- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4231
Part 97
"Shel, ayo kita pulang. " ajak ane sambil mencolek pundak Shela. Tiba-tiba Shela menarik lengan jaket ane.
"Aku mau ikut ke villa, Vin. " kata Shela dingin sambil menatap ane.
"Hah ? Tapi kan ... " ane kaget setengah mati mendengar kata-kata Shela barusan.
"Aku mau ikut ke villa, dengan atau tanpa kamu. " kata Shela dengan nada menahan marah.
“Ikut aku, Shel. “ kata ane sambil memegang tangannya Shela lalu beranjak berdiri.
“Apaan sih ? “ protes Shela.
“Ikut aku, aku mau bicara. “ jawab ane sambil menggeret tangan Shela.
"Bentar ya Put, bentar... " kata ane ke Putri sambil mengacungkan angka lima. Putri cuma tersenyum dan mengangguk.
Kami berdua lalu keluar menuju teras, dan ane sempet ngeliat Wulan tersenyum sinis, entah sinis atau senyum kemenangan. Sedangkan Putri, Citra dan temen-temen lainnya cuma memandangi kami berdua dengan ekspresi bingung.
“Kamu apa-apaan sih, kok malah pengen ikut ?! “ tanya ane dengan nada sewot saat kami sampai di teras.
“Aku nggak tahan terus-terusan dihina sama Wulan, Vin !! Aku juga nggak mau dibilang jadi biang penyebab kamu nggak ikut acara ini !! “ jawab Shela dengan nada tinggi.
“Tapi Wulan emang orangnya seperti itu Shel, kalo kamu malah ikut, sama aja kamu kepancing sama omongannya. “ kata ane.
“Aku tau, tapi kamu nggak liat apa semua temen-temenmu memandang aku kayak gimana ? Di mata mereka aku ini cuma cewek labil, cewek manja yang sukanya ngelarang ini itu, perintah sana perintah sini. Aku nggak mau dicap kayak gitu, Vin. “ kata Shela bertubi-tubi.
“Emang kamu orangnya kayak gitu kok !! “ tiba-tiba aja terdengar suara cewek dari belakang ane.
“Kamu kan emang manja, labil, suka marah-marah nggak jelas. Apa-apa harus dituruti. Heran, kok Vino mau-maunya sama kamu yang jelas-jelas memperlakukan dia kayak pembantu. “ ternyata Wulan udah berdiri di belakang kami sambil bersedekap.
“Kamu ngapain kesini Lan ? Kami lagi bicara. “ kata ane ke Wulan.
“Kamu nggak usah ikut campur mbak. Ini urusan aku sama Vino !! “ timpal Shela dengan nada ketus.
“Halaaah kamu cewek labil tahu apa urusan pacaran ? Emang kamu yakin Vino bener-bener suka sama kamu ? “ tanya Wulan sambil berjalan mendekati kami.
“Maksud mbak ? “ tanya Shela dengan mimik serius.
“Lan ?! Kamu ngomong apa sih ?! Mending kamu masuk aja deh, kami baru bicara soalnya. “ kata ane. Duh Wulan pasti cari gara-gara lagi nih.
“Bentar mbak. Kamu tadi bilang apa ? “ tanya Shela ke Wulan.
“Udahlah Shel, kamu nggak usah ngeladeni... “
“Kamu diem dulu, Vin !! “ kata Shela dengan ketus ke ane. Oh, damn, ane kok ada firasat buruk…
“Tolong ulangi mbak, kamu tadi bilang apa ? “ tanya Shela ke Wulan.
“Aku kan nanya, apa kamu yakin kalo Vino itu bener-bener sayang sama kamu ? “ tanya Wulan sambil memandang sinis ke Shela.
“Iya tentu saja lah, Vino sayang kok sama aku. Aku kan pacarnya, jadi wajar dong kalo dia sayang sama aku. “ jawab Shela dengan yakin.
"Heh, ternyata bener kan, kamu ini masih polos. Udah polos, naif lagi. Ya gini ini cewek kemaren sore kalo pacaran. " kata Wulan.
"Maksud kamu apa sih mbak ? Kalo ngomong langsung to the point aja deh nggak usah muter-muter !! " jawab Shela dengan nada nggak sabar.
"Mending kamu aja yang bilang Vin, tentang apa yang kita lakukan kemaren malam di kamarmu. " kata Wulan sambil menatap ane.
DUEEEENNNGGG!!! Kata-kata Wulan bagai palu Mjolnir milik Thor yang menghujam kepala ane. Dan Shela juga nggak kalah terkejutnya.
"Lan !! Kamu apa-apaan sih ?! " kata ane dengan perasaan panik ke Wulan. Ah sial, sial !!
"Apa ?! Semalem ?! Jadi bener kalian semalem berbuat nggak senonoh ?! " teriak Shela sambil menuding ane dan Wulan.
"Nggak, nggak Shel, aku... " ane nggak sanggup meneruskan kalimat ane karena perasaan ane udah nggak karu-karuan, antara bingung, sedih, menyesal jadi satu.
"Udah Vin, bilang aja ke pacar kamu itu apa aja yang kita lakukan semalem. Cepat atau lambat dia toh bakal tahu juga. " kata Wulan tersenyum mengejek.
"Jadi saat di telpon tadi itu kamu bohong mbak ?! " tanya Shela ke Wulan dengan nada tinggi.
"Makanya udah aku bilang kan kamu itu polos dan naif. Coba kamu pake logika deh, masa cowok cewek malam-malam di satu rumah nggak ngelakuin apapun ? " tanya Wulan ke Shela yang kelihatan shock berat.
"Lagipula tadi aku sengaja nggak bilang ke kamu soalnya aku pengen liat kamu lari sambil nangis-nangis, persis seperti yang aku alami kemaren sore. " timpal Wulan lagi.
Shela lalu menatap ane dengan tatapan tajam, kelihatan banget kalau dia marah, sedih sekaligus kecewa. Ane cuma menunduk, nggak berani membalas menatap Shela.
"Vin, sekarang kamu jujur sama aku, apa bener semua yang dibilang Mbak Wulan ? Jawab, Vin... " tanya Shela dengan nada suara gemetar.
"Gini.. gini... say.. aku bisa jelask... "
PLAAAAAKKKKKK !!!!! Sebuah tamparan telak mendarat di pipi ane, sebuah tamparan yang jauh lebih keras daripada tamparan Wulan semalem.
"Jangan kamu panggil aku sayang lagi... " kata Shela sambil menunjuk muka ane.
"Shel.. maksudmu... ? " tanya ane pelan sambil memegangi pipi ane yang panas akibat tamparan Shela.
"Aku udah nggak tahan lagi Vin. Aku udah capek kamu bohongi terus. " kata Shela mulai terisak. Dia menatap ane dengan berkaca-kaca.
"Salahku apa sih sampai kamu tega bikin aku sakit hati kayak gini ? "
"Maafkan aku, Shel... " jawab ane pelan, dan cuma kata-kata itu yang bisa ane ucapkan ke Shela.
"Jadi bener kan kalian semalem ngelakuin hal itu ? " tanya Shela dengan nada terbata-bata, air mata berlinang membasahi pipinya.
"Udah tau masih nanya lagi. " jawab Wulan dengan ketus.
"Baiklah, aku akan pergi dan nggak akan ganggu kalian lagi. Semoga kalian menikmati acara di villanya Mbak Putri. " kata Shela terisak sambil menutup mulutnya pakai tangan.
"Nggak, nggak Shel... please, dengerin aku dulu... " ane berusaha membujuk Shela, tapi sepertinya sia-sia.
"Selamat tinggal, Vin, salam ya buat Dina. Mulai besok Senin, aku akan mengundurkan diri dari sasana. " kata Shela lagi lalu berjalan cepat meninggalkan teras menuju halaman rumahnya Putri.
Ane yang nggak kuasa menahan kepergian Shela cuma bisa menatapnya berjalan menjauh dengan perasaan campur aduk, sedangkan Wulan yang berdiri di sebelah ane terlihat senang dan puas sudah membalas dengan telak kepada musuh bebuyutannya.
Shela sayangku, kenapa akhirnya jadi begini....

"Aku mau ikut ke villa, Vin. " kata Shela dingin sambil menatap ane.
"Hah ? Tapi kan ... " ane kaget setengah mati mendengar kata-kata Shela barusan.
"Aku mau ikut ke villa, dengan atau tanpa kamu. " kata Shela dengan nada menahan marah.
“Ikut aku, Shel. “ kata ane sambil memegang tangannya Shela lalu beranjak berdiri.
“Apaan sih ? “ protes Shela.
“Ikut aku, aku mau bicara. “ jawab ane sambil menggeret tangan Shela.
"Bentar ya Put, bentar... " kata ane ke Putri sambil mengacungkan angka lima. Putri cuma tersenyum dan mengangguk.
Kami berdua lalu keluar menuju teras, dan ane sempet ngeliat Wulan tersenyum sinis, entah sinis atau senyum kemenangan. Sedangkan Putri, Citra dan temen-temen lainnya cuma memandangi kami berdua dengan ekspresi bingung.
“Kamu apa-apaan sih, kok malah pengen ikut ?! “ tanya ane dengan nada sewot saat kami sampai di teras.
“Aku nggak tahan terus-terusan dihina sama Wulan, Vin !! Aku juga nggak mau dibilang jadi biang penyebab kamu nggak ikut acara ini !! “ jawab Shela dengan nada tinggi.
“Tapi Wulan emang orangnya seperti itu Shel, kalo kamu malah ikut, sama aja kamu kepancing sama omongannya. “ kata ane.
“Aku tau, tapi kamu nggak liat apa semua temen-temenmu memandang aku kayak gimana ? Di mata mereka aku ini cuma cewek labil, cewek manja yang sukanya ngelarang ini itu, perintah sana perintah sini. Aku nggak mau dicap kayak gitu, Vin. “ kata Shela bertubi-tubi.
“Emang kamu orangnya kayak gitu kok !! “ tiba-tiba aja terdengar suara cewek dari belakang ane.
“Kamu kan emang manja, labil, suka marah-marah nggak jelas. Apa-apa harus dituruti. Heran, kok Vino mau-maunya sama kamu yang jelas-jelas memperlakukan dia kayak pembantu. “ ternyata Wulan udah berdiri di belakang kami sambil bersedekap.
“Kamu ngapain kesini Lan ? Kami lagi bicara. “ kata ane ke Wulan.
“Kamu nggak usah ikut campur mbak. Ini urusan aku sama Vino !! “ timpal Shela dengan nada ketus.
“Halaaah kamu cewek labil tahu apa urusan pacaran ? Emang kamu yakin Vino bener-bener suka sama kamu ? “ tanya Wulan sambil berjalan mendekati kami.
“Maksud mbak ? “ tanya Shela dengan mimik serius.
“Lan ?! Kamu ngomong apa sih ?! Mending kamu masuk aja deh, kami baru bicara soalnya. “ kata ane. Duh Wulan pasti cari gara-gara lagi nih.
“Bentar mbak. Kamu tadi bilang apa ? “ tanya Shela ke Wulan.
“Udahlah Shel, kamu nggak usah ngeladeni... “
“Kamu diem dulu, Vin !! “ kata Shela dengan ketus ke ane. Oh, damn, ane kok ada firasat buruk…
“Tolong ulangi mbak, kamu tadi bilang apa ? “ tanya Shela ke Wulan.
“Aku kan nanya, apa kamu yakin kalo Vino itu bener-bener sayang sama kamu ? “ tanya Wulan sambil memandang sinis ke Shela.
“Iya tentu saja lah, Vino sayang kok sama aku. Aku kan pacarnya, jadi wajar dong kalo dia sayang sama aku. “ jawab Shela dengan yakin.
"Heh, ternyata bener kan, kamu ini masih polos. Udah polos, naif lagi. Ya gini ini cewek kemaren sore kalo pacaran. " kata Wulan.
"Maksud kamu apa sih mbak ? Kalo ngomong langsung to the point aja deh nggak usah muter-muter !! " jawab Shela dengan nada nggak sabar.
"Mending kamu aja yang bilang Vin, tentang apa yang kita lakukan kemaren malam di kamarmu. " kata Wulan sambil menatap ane.
DUEEEENNNGGG!!! Kata-kata Wulan bagai palu Mjolnir milik Thor yang menghujam kepala ane. Dan Shela juga nggak kalah terkejutnya.
"Lan !! Kamu apa-apaan sih ?! " kata ane dengan perasaan panik ke Wulan. Ah sial, sial !!
"Apa ?! Semalem ?! Jadi bener kalian semalem berbuat nggak senonoh ?! " teriak Shela sambil menuding ane dan Wulan.
"Nggak, nggak Shel, aku... " ane nggak sanggup meneruskan kalimat ane karena perasaan ane udah nggak karu-karuan, antara bingung, sedih, menyesal jadi satu.
"Udah Vin, bilang aja ke pacar kamu itu apa aja yang kita lakukan semalem. Cepat atau lambat dia toh bakal tahu juga. " kata Wulan tersenyum mengejek.
"Jadi saat di telpon tadi itu kamu bohong mbak ?! " tanya Shela ke Wulan dengan nada tinggi.
"Makanya udah aku bilang kan kamu itu polos dan naif. Coba kamu pake logika deh, masa cowok cewek malam-malam di satu rumah nggak ngelakuin apapun ? " tanya Wulan ke Shela yang kelihatan shock berat.
"Lagipula tadi aku sengaja nggak bilang ke kamu soalnya aku pengen liat kamu lari sambil nangis-nangis, persis seperti yang aku alami kemaren sore. " timpal Wulan lagi.
Shela lalu menatap ane dengan tatapan tajam, kelihatan banget kalau dia marah, sedih sekaligus kecewa. Ane cuma menunduk, nggak berani membalas menatap Shela.
"Vin, sekarang kamu jujur sama aku, apa bener semua yang dibilang Mbak Wulan ? Jawab, Vin... " tanya Shela dengan nada suara gemetar.
"Gini.. gini... say.. aku bisa jelask... "
PLAAAAAKKKKKK !!!!! Sebuah tamparan telak mendarat di pipi ane, sebuah tamparan yang jauh lebih keras daripada tamparan Wulan semalem.
"Jangan kamu panggil aku sayang lagi... " kata Shela sambil menunjuk muka ane.
"Shel.. maksudmu... ? " tanya ane pelan sambil memegangi pipi ane yang panas akibat tamparan Shela.
"Aku udah nggak tahan lagi Vin. Aku udah capek kamu bohongi terus. " kata Shela mulai terisak. Dia menatap ane dengan berkaca-kaca.
"Salahku apa sih sampai kamu tega bikin aku sakit hati kayak gini ? "
"Maafkan aku, Shel... " jawab ane pelan, dan cuma kata-kata itu yang bisa ane ucapkan ke Shela.
"Jadi bener kan kalian semalem ngelakuin hal itu ? " tanya Shela dengan nada terbata-bata, air mata berlinang membasahi pipinya.
"Udah tau masih nanya lagi. " jawab Wulan dengan ketus.
"Baiklah, aku akan pergi dan nggak akan ganggu kalian lagi. Semoga kalian menikmati acara di villanya Mbak Putri. " kata Shela terisak sambil menutup mulutnya pakai tangan.
"Nggak, nggak Shel... please, dengerin aku dulu... " ane berusaha membujuk Shela, tapi sepertinya sia-sia.
"Selamat tinggal, Vin, salam ya buat Dina. Mulai besok Senin, aku akan mengundurkan diri dari sasana. " kata Shela lagi lalu berjalan cepat meninggalkan teras menuju halaman rumahnya Putri.
Ane yang nggak kuasa menahan kepergian Shela cuma bisa menatapnya berjalan menjauh dengan perasaan campur aduk, sedangkan Wulan yang berdiri di sebelah ane terlihat senang dan puas sudah membalas dengan telak kepada musuh bebuyutannya.
Shela sayangku, kenapa akhirnya jadi begini....

mungkin ini lagu yang bisa menggambarkan perasaan Shela sekarang

Quote:
Diubah oleh gridseeker 12-04-2017 18:37
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan