Maret 2015
Suasana cuaca bandung yang cukup dingin memaksa gue untuk menarik selimut yang gue punya untuk menutupi gue dari kedinginan. Suara-suara kicauan burung pun mulai terdengar dan pedagang-pedagang kaki lima yang sering berjualan di komplek kosan gue pun mulai berjualan dengan mengelilingi komplek gue.
Perlahan-lahan gue mulai terbangun. Setelah cukup tersadar, gue mulai mencari rokok yang gue punya sambil terus memainkan handphone gue. Jam di dinding kamar gue pun masih menunjukan pukul setengah enam pagi. Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, gue langsung mengunci kamar kosan gue dan menuju teras kosan.
Gue memanaskan mobil gue,melihat kesekitar dan mendapati ibu kos gue yang sedang membersihkan halaman depan rumahnya. Ibu kos gue adalah seorang wanita paruh baya berusia 50an tahun. Ia adalah seseorang yang berasal dari Jakarta dan memutuskan ikut suaminya karena suaminya dimutasi ke bandung.
“Pagi bu” ucap gue
“pagi dek, mau kemana kamu pagi-pagi udah manasin mobil?”
“mau ke Jakarta bu, ada acara keluarga. Ayah saya ulang tahun bu”
“ooh yasudah, kamu hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut dan salam buat ibu bapakmu”
Gue mengangguk dan gue pun berpamitan kepada ibu kos gue. Kemudian, gue mulai melajukan mobil gue untuk segera menuju ke Jakarta.
*****
Siang ini gue memutuskan untuk pergi ke sebuah mall di bilangan Jakarta Selatan bersama nyokap gue untuk mencari kado ulang tahun bokap gue. Mbak mira dan Kak caprina memutuskan untuk tidak ikut dan memilih untuk menitipkan kado-kkado mereka kepada gue dan nyokap gue.
“gimana kuliahmu?lancar?” ucap nyokap gue membuka suara
“alhamdulillah lancer-lancar aja mah”
“kamu jarang makan ya disana?”
“hah?kenapa emangnya mah?”
“kok kayaknya kurusan?” tanya nyokap gue
“pusing mikirin kuliah kali, wajaar” ucap gue sambil tertawa pelan
Kami akhirnya berkeliling mall tersebut dan berhenti di suatu gerai yang menjual jam tangan dan aksesoris untuk pria. Setelah mendapatkan barang yang kami inginkan, kami memutuskan unutk segera beristirahat smabil mencari makan di mall ini.
Setelah perut kami telah terisi, kami berdua memutuskan untuk menuju suatu gerai yang terkenal dengan kopi yang ia jual. Nyokap gue adalah seseorang penikmat minuman di tempat ini dan begitu juga dengan gue.
“kamu yang pesen ya?mamah cari tempat duduk” ucap nyokap gue sambil meninggalkan gue
“kayak biasa kan mah?”
“iya”
Gue berjalan menuju tempat pemesanan dan segera memesan dua minuman untuk gue dan nyokap gue. Setelah membayar, kemudian gue lekas menunggu kedua minuman itu sambil melihat-lihat sekitar.
“satu caramel macchiato dan satu java chip kak roni” ucap suara perempuan tersebut
Gue menoleh dan langsung mengambil kedua minuman itu. Alangkah terkejutnya gue melihat sosok seseorang barista yang berada di depan gue adalah seseorang yang cukup gue kenal dulu.
“khansa?” tanya gue sambil melihat nametagnya
Dia melihat gue dan cukup terkejut dengan kehadiran gue yang berada di depannya.
“roni? Udah lama ya kita gaketemu” ucapya
“lo kok jadi barista disini?”
“iya, gue kerja part time disini. Biar gue ga bosen aja sama hidup gue sekarang”
Kami pun mengobrol walaupun hanya sebentar karena pengunjung yang terbilang cukup ramai di hari ini.
“ngobrolnya lanjut nanti aja ya? Kasian minuman lo nanti gaenak” ucapnya sambil tertawa
“yaudah deh, oh iya gue minta contact lo deh sa, contact gue ilang semua hehehe”
“sini hp lo”
Dia pun mulai mengetikkan usernamnya di handphone gue.Tak lama kemudian, gue memutuskan unutk menuju nyokap gue dikarenakan khansa yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.
*****
April 2015
Hari ini gue mempunyai janji dengan dina. Gue terpaksa harus menemaninya untuk mengerjakan suatu tugas dari dosennya, yaitu membagikan kuesioner tentang mata kuliah tersebut.
“din, ngga capek?” tanya gue sambil mencoba jongkok utuk meghilangkan rasa capek di diri gue.
Dina menggeleng sambil tersenyum puas menatap kertas-kertas kuesioner dari banyak orang yang kami temui di kawasan bunderan HI, Grand Indonesia dan berkahir di tempat kami sekarang, yaitu taman menteng.
Kami kembali berjalan dan menemukan bangku taman yang disediakan di tempat itu. Kemudian, gue langsung duduk dan membakar rokok milik gue sambil terus mengeluh akibat panas matahari yang cukup terik.
“nih buat lo” ucapnya smabil memberikan satu botol aqua mineral
“ya sebagai rasa terimakasih gue lah sama lo”
“cuman ini?”
“mau apalagi sih?” tanyanya dengan nada yang sedikit dinaikkan
Gue tersenyum menggoda sambil membuka minuman tersebut.
“maunya kita jadian”
Kalimat itu mengundang gelak tawa dari dina , yang kemudian emninju lengan gue dengan sedikit kencang.
“aduh! Elo tuhh ya, sekarang mainnya mukul engga nampar lagi” ucap gue smabil mengelus-ngelus lengan gue
“biarin, gue udah ganti profesi sekarang mau ngalahin pacquiao”
Kontan gue tertawa mendengar ucapannya. Lalu ketika dina ingin melancarkan serangan keduanya, gue pun menahan tangan kanannya dan mencubit hidungnya dengan cukup pelan.
Kini matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, membuat langit yang semula berwarna biru perlahan berubah menjadi oranye tanda senja yang sudah tiba di kota Jakarta.
“lo kapan balik ke bandung ron?”
“besok pagi sih kayaknya, kebetulan besok kuliah gue siang”
“kapan lagi kesini?”
“masih lama kayaknya,bisa aja sih gue tiap jumat balik terus senin pagi pulang, cuman capek juga kan?” ucap gue sambil terus memperhatikan pemandnagan taman ini
“hm… iya sih”
“kenapa lo?kangen ya jarang ketemu gue?”
Kontan dina pun tersenyum dan langsung melayangkan tangannya tepat di pipi kiri gue dengan perlahan.
“ya tugas gue gimana kalo ga ada lo? Kan lo yang nemenin gue”
Gue meringis kesakitan, kemudian memandang perempuan ini dengan tatapan yang dalam.
“mandiri makanya”
Setelah rasa lelah yang menghampiri kami perlahan-lahan mulai hilang, kami memutuskan untuk segera mencari makanan.
Pilihan kami tertuju kepada suatu restoran fastfood yang berada di bilangan sarinah. Setelah kami berdua memesan makanan tersebut, kami pun langsung mencari tempat duduk yang berada dekat dengan jendela.
“iya gue bakal pulang kok dua minggu lagi” ucap gue membuka suara
“maksud lo?”
“lo kan tadi nanya kapan gue pulang, nah mulai dari sekarang gue mutusin buat dua minggu sekali pulang”
“ngapain lo tiap dua minggu sekali pulang?”
“ya biar bisa ketemu lo lah” ucap gue sambil tersenyum
“mau ditampar apa di pukul nih?”
Gue menghela nafas dan membuangnya pelan-pelan
“salah mulu gue dimata lo ah”
“hehehe bercanda , baper lo ah”
“nanti pas nganter gue pulang, mampir dulu ya?nyokap kangen sama lo” ucapnya lagi.
Gue mengangguk dan kami pun segera menghabisi makanan kami. Jam di tangan kiri gue pun sudah menunjukkan pukul 8 malam ketika kami sudah sampai tepat di depan rumah dina.
Kami berdua pun di sambut oleh nyokap bokap dina. Terlihat mereka berdua sedang asyik berada di Ruang keluarga sambil menonton acara tv.
“kamu mau apa deek?” tanya nyokap dina tiba-tiba
“apa aja tantee”
“yaudah yuk ke teras belakang aja” ucap dina sambil menarik tangan gue dan meninggalkan kedua orang tuanya.
Tak lama kemudian, gue sudah duduk di eras rumahnya sambil memandangi kolam ikan yang berada dekat dengan teras belakang bersama dina. Tak lupa, I-pod gue dan lagu-lagu yang berada di i-pod gue pun menemani kami berdua.
“udah lama ya gue ga disini” ucap gue
“iya, lo sombong sih gapernah mau mampir tiap jemput kalo ngga nganter gue.”
“ini lagu apaan mat?kok serem sih ah” ucapnya lagi
“someone new nya banks”
“kok serem?” tanya gue lagi
“eh enak deng”
“mulai kan gajelasnya lo kalo malem malem gini”
Kami kembali terdiam dan memilih untuk menikmati suasana seperti ini. Secangkir kopi yang dihidangkan oleh nyokapnya dina pun kini telah menyisakan ampas kopi yang berwarna hitam pekat.
“din”
“gue sayang lo din”
Setelah ucapan gue barusan, dina mulai menoleh ke arah gue dan menatap gue lekat-lekat.
“gue juga sayang sama lo mat, dari dulu kita temenan”
Gue menghela nafas, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk gue ucapkan.
“maksud gue, bukan sebagai yang kayak sekarang. Bukan sebagai sahabat yang setiap harinya nemenin lo, tapi sayang karena gue pengen berdua terus sama lo”
Dina terdiam, pandangannya kali ini hanya focus kepada langit-langit dan sejumlah bintang yang menghiasi malam ini.
“lo yakin sama gue?” tanya dina tiba-tiba
“kenapa harus ga yakin?”
“ya kita udah nyaman sama hubungan sahabatan kita, apa lo yakin masih mau jalanin hubungan yang beda?”
“
kenapa engga?”
“I’m afraid”
“kenapa?” tanya gue
“ya gue takut, takut lo berubah, takut semua yang kita jalanin jadi beda”
“what do you want to do with me?” tanyanya lagi
Gue menghisap rokok gue dengan perlan, alu mengeluarkan asap-asapnya dengan perlahan juga.
“everything”
“jadi?”
“ya gue mau ngelakuin apa aja sama lo, karena gue ngerasa gue bisa jadi diri sendiri di depan lo dan gue ngerasa semua perempuan yang gue deketin itu ga ada yang sesempurna lo, ga ada yang bisa buat gue ngga mikirin lo dan ga ada yang bisa gantiin lo ketika mereka berada di posisi kayak lo.”
“gue serius sama ucapan gue barusan, kalo emang lo gamau buat jalanin hubungan itu, gue gabakal kenapa-napa. Gue ga akan berubah, gue bakal tetep jadi roni yang ketika lo butuh gue bakal selalu ada sebagai orang yang pertama buat lo, gue janji”
Dina terdiam, terlihat matanya berkaca-kaca mendengar ucapan gue barusan.
“sini ipod lo”
“buat apa?”
“udah sini aja” ucapnya sambil mengambil I-pod gue
Kemudian, ia pun terlihat sibuk dengan I-pod gue. Gue sama sekali tidak tau dengan tujuannya kali ini. Tak lama kemudian, sebuah lagu pun mulai terdengar dari I-pod milik gue.
Say you love me to my face
I'm needing more than your embrace
Just say you want me, that's all it takes
Heart's getting torn from your mistakes
Lagu berjudul Say you love me milik Jessie ware pun ia pilih untuk menemani kami berdua di malam ini. Gue menghayati lagu ini perlahan dan mulai ikut bernyanyi bersama dina. Tak terasa, lagu ini pun telah selesai.
“I love you, ron”
“and I want to spent my time with you” ucapnya lirih dan langsung memeluk gue