Berubah
Quote:
“puk”, tangan kak Suci mengelus kepalaku
Akupun menatapnya dan entah kenapa dia menangis.
“Teo”, kata Cepha
Akupun melihat ke arahnya, dia seperti ingin mengatakan sesuatu namun terhenti, tak lama menunduk.
“kenapa?”, tanyaku pada mereka berdua
Tapi tidak ada yang menjawab. Akupun berdiri dan menuju pintu keluar café lalu bersandar di mobil Cepha. Langit terlihat mendung dan tak lama hujan pun turun, aku melihat ke arah langit yang gelap. Setiap tetesan yang mengenai tubuhku seakan menambah sakitnya dada ini.
“Teo!”, teriak kak Suci
Akupun melihatnya, dengan sekejap dia berlari menghampiriku, memelukku dengan erat.
“dek, kalau mau nangis jangan di tahan dek”, katanya
“nangis kenapa?”, tanyaku
Lalu dia menatapku sangat dalam dan mulai menangis kembali, aku bingung. Aku yang merasakan sakit tapi dia yang menangis. Dia memelukku sangat erat, terdengar jelas isak tangisnya yang di barengi dengan hujan yang semakin lama semakin deras, langit yang gelap.
“Teo”, kata Cepha yang berada di depanku
“kita pulang”, katanya
Lalu kami pun pulang, sepanjang perjalanan kak Suci terus mendekap lenganku, sesekali dia menangis. Cepha pun sesekali melihat ke belakang. Kami mengantar kak Suci dulu sampai gang rumahnya, baru Cepha mengantarku pulang.
“lu ga apa-apa”, kata Cepha
“kenapa?”, kataku
“baru pertama kali gua liat lu kaya gini”, katanya
“kaya gini gimana?”, kataku
Cepha pun kembali diam, sesampainya di rumah dia berpesan, selama liburan dia ada di sini, jadi kalau ada apa-apa jangan sungkan menghubunginya. Akupun masuk ke rumah, terlihat bibi diruang tamu bersama Violet. Akupun langsung menuju kamar, mandi dan tidur. Hari liburpun tidak terasa olehku sampai akhirnya tiba waktu masuk sekolah.
Saat tiba di sekolah
“lu hampir telat loh dek”, kata kak Suci yang menungguku di gerbang
“hmph”, responku datar
“dek senyum napa”, kata kak Suci
“kenapa?”, kataku
“jarang-jarang loh dek gua nungguin lu pagi-pagi gini”, katanya
“hmph”, responku
“gua ga suka lu kaya gini dek”, kata kak Suci sambil menahan langkahku
“kenapa?”, kataku
Lalu kak Suci memegang pipiku lalu mengarahkan mukaku ke kaca. Di situ bisa ku lihat diriku dan dirinya. Lalu dia mencubit pipiku kencang.
“sakit?”, katanya
“sakit”, kataku
“ko lu diem aja sih dek gua cubit? Biasanya lu langsung bawel”, katanya
Lalu kak Suci berdiri di belakangku dan mengusap kepalaku. Aku pun menoleh
“ngapain?”, kataku
“ga bisa lu balik jadi diri lu yang dulu dek? Yang bawel waktu gua cubit, yang langsung masang muka ngantuk waktu gua elusin kepala lu??”, katanya dengan mata berkaca
“hmph”, responku
“ dasar bego!”, kata kak Suci lalu dia berlari meninggalkanku
Saat tiba di kelas
“Teo, gua mau ngomong”, kata Ali
Aku hanya meliriknya lalu pergi duduk ke bangkuku. Ku lihat di samping ada tas Rathi. Bel masuk pun berbunyi, terlihat Rathi masuk. Akupun langsung berdiri agar dia bisa duduk. Sepanjang pelajaran Rathi selalu meminta maaf kepadaku, tapi aku tidak meresponnya.
Saat jam istirahat.
“Teo gua mau ngomong”, kata Ali menghampiriku
Akupun melewatinya tapi dia menahanku.
“penting”, katanya
Lalu aku di bawa ke ruang lab, Rathi juga ikut bersama kami.
“gua mau jelasin masalah yang kemarin, gua tau gua salah”, kata Ali.
Mereka berduapun menjelaskan panjang lebar kenapa bisa berakhir seperti ini, dan ujungnya mereka minta maaf dan dengan jelas mereka mengahkhiri hubungan mereka demi diriku.
“kamu percayakan sama aku? Aku bener-bener minta maaf yang aku udah nyakitin kamu”, kata Rathi
“please teo, terima Rathi lagi, gua janji ga akan ganggu kalian”, kata Ali
“udah ngomongnya? Gua laper”, kataku lalu pergi meninggalkan mereka
“yang please yang, kamu jangan kaya gini”, kata Rathi menahanku
Mereka terus mengoceh dan meminta maaf sampai akhirnya.
“sssstt, berisik gua laper”, kataku lalu pergi
Mereka terdiam disana, aku meliriknya sebentar lalu melanjutkan jalanku. Setibanya di kantin Rik, Bob dan Iam menghujaniku dengan berbagai pertanyaan mengenai hubunganku dengan Rathi. Namun aku tidak memberikan respon atau jawaban apapun. Setelah pamit dengan mereka aku kembali kekelas, entah kenapa Luna duduk di sebelahku.
“maaf ya Teo aku di minta tukeran”, kata Luna
aku hanya diam dan duduk. Sepanjang pelajaran guruku banyak bercanda, saat yang lain tertawa aku tidak merasa ada yang lucu dari candaannya.
“Teo, dari tadi bapak liat kamu ga ketawa”, kata guru kimia
“kenapa?”, kataku
“teman kamu yang lain ketawa kamu ga, ada masalah?”, katanya
Aku hanya menggelengkan kepala.
“terus ada apa?”, katanya
Aku tetap menggelengkan kepalaku. Lalu kelas pun kembali di lanjutkan sampai pelajaran berakhir. Aku langsung membereskan buku dan tas lalu bersiap pulang. Terlihat Rathi di depanku mencoba memegang tanganku tapi aku menepisnya dan meninggalkannya. Meninggalkan semua nya yang pernah ada.