Semenjak kejadian salsa yang memutuskan hubungan kami, gue merasakan sama sekali tidak mempunyai semangat untuk melakukan hal-hal apapun. Akibatnya, perkuliahan dan semua kehidupan gue di kota ini pun mulai berantakan.Setelah menimbang-nimbang, gue akhirnya memutuskan untuk pulang ke Jakarta dikarenakan sedang liburan panjang.
Gue pun mulai mengabari nyokap gue bahwa gue akan pulang ke rumah. Setelah ia mengizinkan gue untuk pulang, gue langsung membereskan barang-barang yang akan gue bawa. Gue memanaskan mobil gue dan kemudian menaruh barang barang gue kedalam bagasi mobil. Rey yang menumpang di mobil gue pun menaruh barang-barangnya di bagasi mobil gue. Setelah mengecek kembali dan memastikan barang barang tidak tertinggal, gue langsung memasuki kursi penumpang dan bersiap untuk melanjutkan tidur gue.
Rey pun sudah terbiasa dengan kebiasan gue jika pergi bersamanya dan tanpa omongan apapun dia langsung bergegas memasuki kursi pengemudi dan menyetir mobil gue.
Empat jam kami berada di jalan dan akhirnya kami pun sudah sampai tepat di depan rumah gue. Kemudian, gue membawa barang-barang gue masuk dan langsung menuju kamar gue.
Suasana rumah gue pun terbilang cukup sepi hari ini, hanya ada pembantu dan supir gue yang sedang menjaga rumah gue.
“gue numpang tidur dulu ya ron” ucap rey dan ia langsung menuju Kasur gue
“yaudah, tumben amat lo pake ijin ama gue”
“biar formalitas aja gitu”
*****
Siang kali ini gue hanya mencoba untuk menyibukkan diri gue demi berusaha untuk melupakan salsa dari fikiran gue. Seharian pun gue hanya menyalakan suatu konsol game dan memainkan game-game yang gue punya.
Kebosanan pun mulai melandai gue. Gue mencari handphone gue dan hanya melihat beberapa notifikasi yang berada di handphone gue. Sejenak, gue melihat suatu nama yang sudah cukup lama tidak gue dengar, yaitu dina.
Jemari jemari gue pun mencoba untuk mengirim suatu pesan untuknya.Setelah memastikan pesan tersebut terkirim, gue mencoba mencari gitar gue dan hanya memainkannya dengan asal.
Tanpa menunggu waktu yang lama, handphone gue pun berbunyi tanda ada panggilan masuk. Lalu, gue mencoba untuk melihat dan mengangkat telefon tersebut.
“kenapa mat?” tnya dina dari sebrang sana
“lo dimana?lagi sibuk ngga hari ini?”
“dirumah aja tadi abis dari kampus bentaran. Engga kok. Lo mau ngajakin gue jalan?”
“iya, mau ga?”
“yaudah jam 5 udah sampe sini ya.gapake ngaret.”
Telefon pun dimatikan dan gue mulai mempersiapkan diri gue untuk bertemu dina. Jam di kamar gue pun sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Setelah gue selesai mandi dan bersiap siap, gue pun lekas turun dan memanaskan mobil gue. Tak lupa, gue mengirim pesan kepada dina bahwa gue sudah berada di jalan.
Kemacetan Jakarta pun ikut menemani gue dalam perjalanan gue di sore hari ini menuju rumah dina. Jam di tangan kiri gue pun sudah menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit ketika gue sampai tepat di depan rumahnya.
Gue mencoba mencari handphone gue yang berada di kantong celana gue, mencari nomor dina dan menelfon dina bahwa gue sudah sampai tepat di depan rumahnya. Tak lama kemudian, sosok dina pun sudah berada di luar dan langsung menghampiri mobil gue.
“mau kemana kita mat?”
Gue menggeleng pelan.
“lah lo ngajak gue doang tapi ga tau mau kemana” ucapnya ketus
“gue bosen din dirumah aja padahal liburan”
“jadi kalo lagi jomblo nyarinya gue gitu?”
“hahaha ga gitu juga, kita kan udah lama ga ketemu juga sih din” ucap gue
Kami berdua terdiam dan cukup kebingungan untuk menentukan tujuan kami selanjutnya.
“gimana kalo nonton live music?kebetulan gue tau tempatnya” ucap gue
“boleh deh, sayang juga gue udah rapih gini masa ga kemana-mana”
Gue mengangguk dan langsung melajukan mobil gue. Di sepanjang perjalanan pun, kami tidak ada henti-hentinya untuk mengobrol. Mulai dari topik yang cukup serius, sampai mungkin topik topik yang sangat tidak jelas.
Obrolan obrolan kami pun membunuh waktu kami di jalan. Tanpa terasa, kami pun sudah sampai di tempat tujuan kami dan langsung mencari tempat yang kosong. Café ini pun tergolong cukup terkenal dengan live musicnya dan suasananya yang sangat cozy.
“lo tau film john wick ga sih mat?” ucapnya tiba-tiba
Gue tersenyum simpul mendengar ucapannya.
“tau sih gue, cuman gue belom sempet nonton aja, kenapa emangnya?”
“ah ngga asik lo mat”
“kenapa sih? Bukannya lo ga suka film action ya? Tanya gue terheran-heran
“iya emang gue ga ngerti apa- apa tentang film action, cuman kemaren kan gue gabut terus gue nonton calon suami gue deh”
“siapa?keanu reevers?”
Dengan pelan tiba tiba dina menyikut gue.
“iyaa! Gila deh gue ngeliat dia tuh ganteng banget padahal udah tua ya”
“hahaha dasar lo ah ga berubah dari dulu. Tapi lo tau ga sih din kalo Keanu reevers punya side job juga selain main film?”
“jadi apan dia mat?”
“tebak dong”
"jadi sutradara juga ya?biasanya kan actor terkenal kadnag-kadang jadi sutradar. Atau penyanyi? Sumpah gue gatau mat”
Gue menggeleng pelan lalu tersenyum jahil.
“terus apa dong mat?” tanya dina mendesak
“kadang dia jadi supir pribadi”
“bisa juga jadi bodyguard buat nemenin lari pagi, atau jadi partner buat sekedar nyari baju di mall, partner buat nyanyi lagu bareng bareng di mobil , atau bahkan partner buat pergi ke tempat konser.”
Dina terdiam, lalu tersenyum simpul dan menatap gue dengan lekat-lekat.
“bisa aja lo. Untung gue ga niat mau gampar pipi orang nih.”
Gue tertawa kecil dan mencubit pipinya pelan. Suara live music yang berasal dari café ini pun ikut menemani kami di malam yang cukup indah ini.
Tanpa terasa, jam di tangan kiri gue pun sudah menunjukkan pukul 10 malam. Setelah gue menghabiskan minuman gue, gue bersama dina pun memutuskan untuk keluar dari tempat ini.
“makan yuk” ucap gue
“ayuk, gue juga gajadi makan tadi disana gara-gara liat harganya mat”
“lo lagi kepengen apa din?”
“gimana kalo makan di mcd aja mat? Tapi drivethru aja”
Gue menarik nafas gue perlahan dan mengeluarkannya perlahan kembali.
“terus makannya dimana, Nadine?”
“makannya di mobil aja, di parkiran mcdnya!” ucapnya dengan sangat antusias
Gue mengangguk dan hanya bisa pasrah ketika seorang dina telah mengatakan suatu hal. Beberapa saat kemudian, mobil gue pun melaju menuju ke tempat tersebut. Tak lama kemudian, kami pun sudah smapai dan langsung memesan makanan di tempat itu.
“lo laper apa doyan sih din?” tanya gue ketika melihat dina yang memesan banyak sekali makanan
“tadi dirumah gue ga ada makanan mat. Nyokap gue pergi, terus gue liat kulkas juga ga ada bahan bahan yang bisa dimasak. Nah kebetulan kan lo ngajak jalan y ague mikirnya pasti makan dong, yaudah gue tahan. Eh gue gatau kalo tempat café yang tadi kita datengin harganya bikin jantungan. Yaudah deh gue mau bales dendam makanya gue makan banyak disini”ucapnya dengan polos
Gue menggeleng pelan,menatap wajahnya dalam-dalam dan hanya bisa terseyum melihat tingkahnya yang masih seperti anak kecil.
Kami pun hanya terfokus kepada makanan kami sambil terus asyik mendengarkan lagu-lagu yang berada di mobil gue.Setelah selesai makan, gue mencoba merogoh saku gue untuk mencari rokok gue.
“gila lo langsung ngerokok aja” ucapnya dengan mulutnya yang masih terpenuhi dengan makanan miliknya
“telen dulu baru ngomong, bego”
“hehehehe abisnya kesel gue liat lo baru selesai makan langsung ngerokok”
“mat”
“din”
“IH kok barengan sih!” celetuk dina sambil tertawa
Gue tersenyum dan mengangguk untuk mempersilahkan dina terlebih dahulu.
“gimana kalo misalkan kita udah nikah ya, terus kita ga bahagia sama pasangan kita?” tanyanya tibatiba
“kenapa lo mikir gitu?”
“nggatau, gue lagi random aja. Cuman gue masih sering kepikiran itu aja soalnya umur kita juga udah harus mikir kedepan kan?”
Gue mengangguk. Kemudian gue mencoba menghisap rokok gue dalam-dalam dan langsung mehembuskan asapnya keluar
“ya itu pilihan hidup lo, masa lo gayakin sama pilihan lo din?”
“iyasih..”
“gue juga mikir nanti gue kerja dapet gaji berapa. Apalagi kalo emang mau hidup enak di Jakarta kayak misalnya punya mobil, rumah, sekolahin anak di sekolah yang bagus. Pasti gue harus punya gaji diatas 30 juta ya?” ucapnya lagi
“tergantung dari definisi enak lo gimana. Tapi kalo menurut gue buat tinggal di kota besar kayak Jakarta ini ya kita mungkin harus punya uang segitu.
Dina tersenyum. Sesekali ia mencoba untuk mengambil kentang goring miliknya dan langsung memakannya kembali.
"But I don't mind if after the wedding day to live in a rented apartment or rent a room somewhere with my partner." Ucap dina tiba-tiba sambil tersenyum
Tak terasa, jam pun sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Ketika gue mulai memasuki perumahan dina, tiba-tiba gue mendengar suara dengkuran yang cukup pelan yang berasal dari perempuan yang sudah gue kenal sejak gue kecil.
“dasar aneh” ucap gue pelan
Setelah gue sampai tepat di depan rumahnya, gue pun langsung membangunkan dina dan menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam rumah.
“Hati-hati ya dijalan! Makasih ya udah dianterin sampe rumah!” seru dina dari teras rumahnya sambal melambaikan tangan.
gue mengangguk, dan langsung melajukan mobil gue untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya gue dirumah, gue langsung menuju kamar gue untuk segera beristirahat. Kemudian, gue mencoba untuk mengecek notifikasi yang berada di handphone gue dan mendapatkan sebuah pesan yang berasal dari dina.
“Thanks ron”
“I mean, for tonight”