- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4168
Part 95
"Semalem Wulan nginep di rumah kamu kan ? " tanya Shela sambil menatap tajam ke ane dengan suara gemetar, seolah-olah ada iblis yang mau keluar dari tubuhnya.
"Itu... itu.. kok kamu tahu... ? " jawab ane dengan gelagapan.
"Dina yang cerita !! " bentak Shela.
"Gini, say.. aku ... "
"JAWAB !!!! IYA KAN ?!!! " teriak Shela dengan keras penuh emosi.
“Iya.. iya… Shel… “ jawab ane sambil menganggukkan kepala berkali-kali. Mending jujur deh soalnya ane udah ketangkap basah.
“KALIAN NGAPAIN AJA SEMALEM ?! KALIAN MAIN GILA YA ?!! “ teriak Shela lagi, dan sumpah, baru kali ini ane lihat Shela semarah ini.
“Ah enggak, kamu jangan asal nuduh dong… “ jawab ane, dan sekali lagi sumpaaah baru kali ini juga ane merasakan kengerian yang luar biasa seperti ini.
“BOHONG !!! “ … wiiing.. BRUKKK !! Shela lagi-lagi mendorong ane dengan keras sampai ane membentur tembok. Tenaganya Shela kuat banget, ane jelas bukan tandingannya.
“Sekarang mending kamu JUJUR sama aku, kamu ngapain aja sama Wulan SEMALEM ?!! “ tanya Shela dengan nada mengancam, dan sambil mencengkram kerah jaket ane.
“A.. aku… a.. “ ane bener-bener nggak tahu mau jawab apa, antara bingung dan takut yang luar biasa. Lagian kalopun ane jujur, itu nggak menjamin Shela nggak bakal menghajar ane.
“JAWAAAAAB … !!! “ teriak Shela, yang sepertinya kesabarannya udah hampir habis.
“Shel.. please… tolong dengerin penjelasanku dulu, toloong… “ ane berusaha sekuatnya meredam kemarahan Shela.
Tapi Shela nggak menjawab, dia masih mencengkram kerah jaket ane dengan kuat sembari menatap mata ane dengan penuh kemarahan. Nafasnya tersengal-sengal, menandakan kalo dia lagi emosi tingkat dewa. Oke, Vin.. kamu yang harus tenang, yang bisa menyelamatkan kamu dari kamar IGD cuma otak dan lidah.
“Gini, Shel… kan kemaren setelah Wulan aku tampar, kan dia terus pergi tuh… “ ane menjelaskan dengan pelan-pelan, sekaligus memikirkan kata-kata selanjutnya.
“Ngomong yang CEPET !! Lelet banget sih ?! “ bentak Shela nggak sabar.
“Iya tapi lepasin dulu dong. “ pinta ane sambil menunjuk tangan Shela yang masih mencengkram kerah jaket ane.
Shela lalu melepaskan kerah jaket ane, tapi tatapan matanya masih nggak lepas menatap ane, pandangan penuh amarah, benci, kecewa, dan mungkin juga sedih.
"Cepet kamu jelasin, gak usah bertele-tele atau kamu tahu sendiri akibatnya !! " bentak Shela sambil mengepalkan tangan.
"Ja.. jadi.. gini Shel, kemaren setelah kamu pulang, Wulan tiba-tiba balik ke rumahku karena ternyata tas, dompet dan HP-nya ketinggalan. " jawab ane.
"Jam berapa ? " tanya Shela. Sip, nada suaranya udah mulai turun.
"Eeh jam... jaam.. jam sepuluh.. iya sekitar jam sepuluh. " jawab ane.
"Emang dia dari mana kok tiba-tiba bisa balik ke rumahmu ? " tanya Shela lagi.
"Katanya sih dari rumah temennya, cuma aku nggak nanya siapa. " jawab ane.
"Terus kenapa dia bisa nginep ? Kenapa nggak kamu suruh pulang ? " tanya Shela lagi, oh, ini bagian krusial, awas jangan sampai kepleset lidah.
"Gini, kan waktu itu udah malam, udah jam sepuluh lebih, aku nggak tega nyuruh dia pulang, makanya aku minta dia nginep. " jawab ane.
Mendengar penjelasan ane yang terakhir, Shela terdiam, tapi matanya masih terus aja menatap ane.
"Alasan kamu apa tadi ? Nggak tega nyuruh dia pulang ? " tanya Shela, kali ini nada suaranya mulai berubah.
"Kan udah malem Shel, jadi... " ah sial... sepertinya ane salah ngasih alasan.
"Terus kamu mikir nggak, perasaan aku gimana saat tahu pacarnya satu rumah dengan cewek lain ? " tanya Shela, dengan nada suara gemetar.
"Tunggu Shel, denger dulu, ini nggak seperti yang kamu kira, aku... "
"KAMU MIKIR NGGAK ?!!! " teriak Shela seraya mencengkram kembali kerah jaket ane, dan ane pun sadar kalau ane salah jawab sehingga Shela malah kalap lagi.
Tiba-tiba Shela menarik kerah jaket ane dengan kuat lalu ... winggg ... BRUKKK !!! Ane pun terlempar ke lantai sampai beberapa meter. Shela bener-bener kuat, sangat kuat bagai monster dan ane sekarang bikin sang monster marah besar.
"Aku bela-belain pulang malam, sampai setengah jam aku nunggu taxi. Dan KAMU !! Malah dengan enaknya ngijinin cewek lain NGINEP !! " teriak Shela penuh emosi, dan dia berjalan menghampiri ane.
"Dan yang bikin aku makin sakit hati, Vin, cewek itu adalah WULAN !!! " lagi-lagi Shela berteriak, sepertinya kemarahannya udah memuncak.
"Iya, aku ngaku salah Shel, maafkan aku.. tapi percayalah aku sama Wulan nggak ngapa-ngapain... " jawab ane gelagapan, dan tentu aja bohong.
"BOHONG !!! " teriak Shela
Dan ... BUAAAKKKK.. !!! Sebuah pukulan sepenuh hati dilancarkan Shela ke arah dada ane tapi untung aja ane bisa menangkisnya pake tangan kanan tapi.. BRUKKK !! Ane tetep aja terdorong kebelakang sampai terjengkang. Ternyata kekuatan pukulan Shela jauh lebih kuat daripada saat sparring dulu. Ah iya tentu aja, dia sekarang pasti memukul dengan penuh emosi.
Ane berusaha bangun dengan menahan sakit yang amat sangat plus senut-senut pada tangan ane. Dan Shela kembali menghampiri ane dengan tangan mengepal, sepertinya dia siap melancarkan pukulan kedua, yang dipastikan jauh lebih kuat. Tapi ternyata dugaan ane salah dan .. BUAAAAKKKK!!! Sebuah tendangan kaki kanan Shela mengarah ke pinggang kiri ane dan untungnya lagi ane bisa menangkis dengan lengan kiri ane, tapi saking kuatnya ane lagi-lagi terjerembab ke lantai.
"Aku tahu selama ini emang bisanya cuma ngerepotin kamu Vin, tapi setidaknya aku berusaha menjadi pacar yang baik buat kamu... " kata Shela dengan suara terbata-bata.
"Dan ini balasannya... " timpal Shela dengan suara mulai terisak.
"Shel, maafkan aku, tapi aku sama Wulan nggak ... " ane berusaha kembali bangkit berdiri dengan kedua tangan yang senut-senut luar biasa plus kesemutan. Bahkan tangan kanan ane sampai gemetar nggak berhenti-berhenti.
"Kamu sadar nggak sih, kalau kamu hari ini udah bikin aku sakit hati. Aku kecewa banget sama kamu Vin, aku kecewa... " kata Shela terisak sambil menutup mulutnya dengan tangan, air matanya mulai berlinang membasahi pipinya.
Ane cuma terdiam melihat Shela sesenggukan di depan ane, dan memang seharusnya Wulan nggak ane ijinkan untuk nginep semalem. Tapi ane juga serba salah, nggak mungkin juga ane nyuruh Wulan pulang malam-malam, apalagi saat itu udah jam sebelas.
Tapi disisi lain bener kata Shela, cewek mana yang nggak sakit hati mendengar cowoknya tidur serumah dengan cewek lain, dan dalam kasus ini Wulan, yang Shela udah tahu kalau Wulan suka sama ane. Udah nggak ada harapan, sepertinya hubungan ane sama Shela bakalan berakhir disini.
"Oke, tapi aku mencoba berpikir jernih. Mungkin ini juga bukan sepenuhnya salah kamu .... " kata Shela tiba-tiba.
"Iya Shel, makanya dengerin aku dulu... "
"Berapa nomornya Wulan ? " tanya Shela.
"Apa ? " ane kaget banget mendengar pertanyaan Shela.
"Aku tanya berapa nomornya Wulan !! " tanya Shela lagi dengan nada membentak.
"Kamu mau ngapain telpon Wulan, Shel ? Kamu aja lagi emosi gini ... "
"BERAPA NOMORNYA WULAN ?!! " teriak Shela.
"Iya bentar... " jawab ane sambil mengeluarkan HP dari saku. Tampaknya situasi udah diujung tanduk, dan hubungan ane sama Shela tinggal hitungan menit.
"Kosong delapan tujuh delapan ... " ane menyebutkan nomornya Wulan dan Shela mengetiknya di HP-nya, sambil sesekali terisak.
Seperti yang ane duga, setelah selesai mengetik nomornya Wulan, Shela memencet tombol call lalu menempelkan HP-nya di telinganya. Setelah lama menunggu...
"Halo Mbak Wulan. " kata Shela.
"...................... "
"Ini Shela, mbak. "
"...................... "
"Aku mau nanya hal penting mbak. "
"...................... "
"Terserah kamu mau ngatain aku labil atau apa, tapi tolong jawab dulu pertanyaanku. "
"...................... "
Ane menatap Shela menelpon Wulan dengan perasaan nggak karu-karuan sekaligus putus asa. Sepertinya emang tamat sudah hubungan ane sama Shela. Seminggu lalu ane jadian di aula sasana ini, dan di tempat yang sama ane bakalan putus dengan Shela.
"Semalam kamu ngapain aja sama Vino ? " tanya Shela sambil melirik tajam ke ane.
"...................... "
"Ya jelas urusanku mbak, Vino itu pacarku, dan aku nggak terima kalo dia semalam tidur serumah sama cewek lain !! "
"...................... "
"Mbak, aku sekarang lagi nggak mau berantem. Jawab aja pertanyaanku, kalian ngapain aja semalem ?! "
"...................... "
"Iya emang, aku nangis, puas kamu ?! "
"...................... "
“Tolong mbak, nggak usah muter-muter, jawab aja kamu ngapain aja sama Vino semalem ?! Kalian berbuat nggak senonoh ya ?! “
"...................... "
“Oh ya ? Terus ? “
"...................... "
“Emang Vino bilang kayak gitu mbak ? “ tanya Shela sambil mengernyitkan dahi.
"...................... "
Shela mendengarkan Wulan ngomong sambil sesekali melirik ke ane. Entah kenapa ekspresi Shela berubah yang tadinya garang bagai kerasukan iblis sekarang agak sedikit tenang. Lho ada apa ini ? Emang Wulan bilang apaan ?
"...................... "
“Kan udah aku bilang, terserah kamu mau ngatain aku kayak apa, tapi yang jelas aku minta kamu jangan dekatin Vino lagi !! “
"...................... "
“Vino itu pacar aku, dan aku punya HAK buat melarang cewek manapun yang mengganggu hubungan kami berdua !! “
"...................... "
“Kamu bener-bener cari masalah sama aku mbak !! Sekarang kamu dimana ?! Kita lanjutin urusan kita yang kemaren ?! “
"...................... "
“Eh, halo mbak, HALOOO !! “
“Diputus lagi… “ desis Shela sambil menatap layar HP-nya.
Setelah menutup telponnya, Shela nggak bicara sepatah katapun melainkan cuma diam sambil menatap ane. Ane pun udah siap menerima kenyataan paling buruk, diputus sama Shela sekaligus hadiah perpisahan berupa beberapa buah bogem dan tendangan spesial.
“Gimana, Shel, Wulan ngomong apa tadi ? “ ane memberanikan diri bertanya tapi dengan hati berdebar-debar plus keringat dingin mengucur deras.
“Shel.. ? “ tanya ane lagi setelah Shela lagi-lagi cuma diem.
“Baiklah, aku percaya sama kamu. “ jawab Shela pelan sambil memalingkan muka.
HAAAHH ?! Ane bener-bener nggak percaya dengan kata-kata Shela barusan, antara nggak percaya, bingung, sekaligus seneng bukan main. Ane nggak tahu apa yang diomongin sama Wulan di telpon, tapi yang jelas sepertinya Wulan nggak bilang apapun soal “aktivitas” kami semalam. Makasih, Lan, makasih ….
“Jadi kamu udah maafin aku ? “ tanya ane penuh harap.
Shela lagi-lagi nggak menjawab, dan cuma menatap ane penuh arti, tapi kalo dari tatapannya sih udah nggak semarah tadi. Oke, Vin sepertinya sih situasi udah aman, dan …. BUUKKKK!!! Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di perut ane, nggak keras sih tapi tetep aja serasa seperti hantaman tongkat baseball. Kontan aja ane langsung membungkuk kesakitan sambil memegangi perut.
“Kamu apa-apaan sih ?! “ teriak ane sambil meringis kesakitan.
“Aku maafin kamu kali ini. “ kata Shela dengan dingin sambil mengacungkan kepalan tangannya yang barusan digunakan buat memukul perut ane.
“Iya tapi maafin kok masih pake acara mukul perut segala ? “ protes ane.
“Itu karena aku udah terlanjur kesel sama kamu !! “ jawab Shela ketus.
Ane diem aja nggak berani membantah, sambil menahan sakit di perut ditambah senut-senut di kedua lengan ane. Tapi ane masih penasaran, kira-kira Wulan ngomong apaan ya di telpon ? Tapi yang jelas, malam ini ane tetep harus mencegah Shela ikut ke villa, soalnya ane nggak yakin Wulan bakalan berbaik hati lagi seperti sekarang.
“Kamu mau kemana say ? “ tanya ane ke Shela yang berjalan meninggalkan ane.
“Kamu nggak liat apa aku bawa baju ganti ?! Apa aku harus pake seragam ke rumahnya Mbak Putri ?!! “ jawab Shela dengan nada tinggi tinggi sekali.
“I.. iya say… “ jawab ane.
“Nyebelin !! “ gerutu Shela sambil ngeloyor keluar aula. Duh, Shela masih marah rupanya.
BRAAAKKK!! Dari luar kedengeran suara pintu ruang ganti dibanting. Hah.. Shela beneran marah dan sepertinya sang tuan putri bakalan lama marahnya. Ane pun duduk di bangku aula sambil mengelus-elus kedua lengan ane yang masih terasa senut-senut. Nggak beberapa lama Shela muncul dengan memakai kaos oblong dan celana jeans biru kesukaannya, dan dengan wajah cemberut tentunya.
“Say, kita nggak jadi ikut ke villa kan ? “ tanya ane ke Shela yang lagi sibuk memasukkan bajunya ke sportbag-nya.
“Say… udah dong ngambeknya … “ bujuk ane ke Shela yang cuma diem aja.
Shela nggak menjawab, cuma melirik ke ane dengan tatapan sinis. Tapi seperti yang pernah ane katakan, kalo Shela udah diem lama, berarti dia udah nggak marah ato setidaknya marahnya udah mulai reda.
“Bawain. “ kata Shela sambil menyodorkan sportbag-nya ke ane.
“Gini say, temen-temen malam ini kan ada acara nginep nih … “ jawab ane sambil menerima sportbag-nya Shela.
“Terus ? “ tanya Shela sambil melirik ke ane.
“Gimana kalo malam ini kita juga ngadain acara nginep, tapi cuma aku dan kamu … “ kata ane nyengir sambil jari ane menunjuk ke dada ane dan ke Shela.
“Maksudmu nginep di hotel ya ? “ tanya Shela seraya menatap ane penuh arti.
“Kalo kamunya mau sih haha.. “ jawab ane cengengesan.
“Kayaknya kamu ini perlu ke psikiater deh. “ kata Shela dengan nada ketus.
“Buat apa ? “ tanya ane penasaran.
“Buat nyembuhin penyakit mesum kamu !! “ jawab Shela bersungut-sungut sambil ngeloyor pergi.
“Kan kita bisa nyari yang twin bed say. “ kata ane sambil mengikuti Shela.
“Ogaah !! “ jawab Shela makin kesal.
Gimana sih, orang cuma ngajak main game Tekken kok dibilang mesum
sorry, bersambung dolo ya guys
soalnya ane ngantuk,
gara2 semalem keasyikan di warnet
karena laptop ane dipinjem Wul... maksud ane dipinjem tetangganya Wulan
eh nggak ding, maksudnya dipinjem temennya tetangganya Wulan
"Itu... itu.. kok kamu tahu... ? " jawab ane dengan gelagapan.
"Dina yang cerita !! " bentak Shela.
"Gini, say.. aku ... "
"JAWAB !!!! IYA KAN ?!!! " teriak Shela dengan keras penuh emosi.
“Iya.. iya… Shel… “ jawab ane sambil menganggukkan kepala berkali-kali. Mending jujur deh soalnya ane udah ketangkap basah.
“KALIAN NGAPAIN AJA SEMALEM ?! KALIAN MAIN GILA YA ?!! “ teriak Shela lagi, dan sumpah, baru kali ini ane lihat Shela semarah ini.
“Ah enggak, kamu jangan asal nuduh dong… “ jawab ane, dan sekali lagi sumpaaah baru kali ini juga ane merasakan kengerian yang luar biasa seperti ini.
“BOHONG !!! “ … wiiing.. BRUKKK !! Shela lagi-lagi mendorong ane dengan keras sampai ane membentur tembok. Tenaganya Shela kuat banget, ane jelas bukan tandingannya.
“Sekarang mending kamu JUJUR sama aku, kamu ngapain aja sama Wulan SEMALEM ?!! “ tanya Shela dengan nada mengancam, dan sambil mencengkram kerah jaket ane.
“A.. aku… a.. “ ane bener-bener nggak tahu mau jawab apa, antara bingung dan takut yang luar biasa. Lagian kalopun ane jujur, itu nggak menjamin Shela nggak bakal menghajar ane.
“JAWAAAAAB … !!! “ teriak Shela, yang sepertinya kesabarannya udah hampir habis.
“Shel.. please… tolong dengerin penjelasanku dulu, toloong… “ ane berusaha sekuatnya meredam kemarahan Shela.
Tapi Shela nggak menjawab, dia masih mencengkram kerah jaket ane dengan kuat sembari menatap mata ane dengan penuh kemarahan. Nafasnya tersengal-sengal, menandakan kalo dia lagi emosi tingkat dewa. Oke, Vin.. kamu yang harus tenang, yang bisa menyelamatkan kamu dari kamar IGD cuma otak dan lidah.
“Gini, Shel… kan kemaren setelah Wulan aku tampar, kan dia terus pergi tuh… “ ane menjelaskan dengan pelan-pelan, sekaligus memikirkan kata-kata selanjutnya.
“Ngomong yang CEPET !! Lelet banget sih ?! “ bentak Shela nggak sabar.
“Iya tapi lepasin dulu dong. “ pinta ane sambil menunjuk tangan Shela yang masih mencengkram kerah jaket ane.
Shela lalu melepaskan kerah jaket ane, tapi tatapan matanya masih nggak lepas menatap ane, pandangan penuh amarah, benci, kecewa, dan mungkin juga sedih.
"Cepet kamu jelasin, gak usah bertele-tele atau kamu tahu sendiri akibatnya !! " bentak Shela sambil mengepalkan tangan.
"Ja.. jadi.. gini Shel, kemaren setelah kamu pulang, Wulan tiba-tiba balik ke rumahku karena ternyata tas, dompet dan HP-nya ketinggalan. " jawab ane.
"Jam berapa ? " tanya Shela. Sip, nada suaranya udah mulai turun.
"Eeh jam... jaam.. jam sepuluh.. iya sekitar jam sepuluh. " jawab ane.
"Emang dia dari mana kok tiba-tiba bisa balik ke rumahmu ? " tanya Shela lagi.
"Katanya sih dari rumah temennya, cuma aku nggak nanya siapa. " jawab ane.
"Terus kenapa dia bisa nginep ? Kenapa nggak kamu suruh pulang ? " tanya Shela lagi, oh, ini bagian krusial, awas jangan sampai kepleset lidah.
"Gini, kan waktu itu udah malam, udah jam sepuluh lebih, aku nggak tega nyuruh dia pulang, makanya aku minta dia nginep. " jawab ane.
Mendengar penjelasan ane yang terakhir, Shela terdiam, tapi matanya masih terus aja menatap ane.
"Alasan kamu apa tadi ? Nggak tega nyuruh dia pulang ? " tanya Shela, kali ini nada suaranya mulai berubah.
"Kan udah malem Shel, jadi... " ah sial... sepertinya ane salah ngasih alasan.
"Terus kamu mikir nggak, perasaan aku gimana saat tahu pacarnya satu rumah dengan cewek lain ? " tanya Shela, dengan nada suara gemetar.
"Tunggu Shel, denger dulu, ini nggak seperti yang kamu kira, aku... "
"KAMU MIKIR NGGAK ?!!! " teriak Shela seraya mencengkram kembali kerah jaket ane, dan ane pun sadar kalau ane salah jawab sehingga Shela malah kalap lagi.
Tiba-tiba Shela menarik kerah jaket ane dengan kuat lalu ... winggg ... BRUKKK !!! Ane pun terlempar ke lantai sampai beberapa meter. Shela bener-bener kuat, sangat kuat bagai monster dan ane sekarang bikin sang monster marah besar.
"Aku bela-belain pulang malam, sampai setengah jam aku nunggu taxi. Dan KAMU !! Malah dengan enaknya ngijinin cewek lain NGINEP !! " teriak Shela penuh emosi, dan dia berjalan menghampiri ane.
"Dan yang bikin aku makin sakit hati, Vin, cewek itu adalah WULAN !!! " lagi-lagi Shela berteriak, sepertinya kemarahannya udah memuncak.
"Iya, aku ngaku salah Shel, maafkan aku.. tapi percayalah aku sama Wulan nggak ngapa-ngapain... " jawab ane gelagapan, dan tentu aja bohong.
"BOHONG !!! " teriak Shela
Dan ... BUAAAKKKK.. !!! Sebuah pukulan sepenuh hati dilancarkan Shela ke arah dada ane tapi untung aja ane bisa menangkisnya pake tangan kanan tapi.. BRUKKK !! Ane tetep aja terdorong kebelakang sampai terjengkang. Ternyata kekuatan pukulan Shela jauh lebih kuat daripada saat sparring dulu. Ah iya tentu aja, dia sekarang pasti memukul dengan penuh emosi.
Ane berusaha bangun dengan menahan sakit yang amat sangat plus senut-senut pada tangan ane. Dan Shela kembali menghampiri ane dengan tangan mengepal, sepertinya dia siap melancarkan pukulan kedua, yang dipastikan jauh lebih kuat. Tapi ternyata dugaan ane salah dan .. BUAAAAKKKK!!! Sebuah tendangan kaki kanan Shela mengarah ke pinggang kiri ane dan untungnya lagi ane bisa menangkis dengan lengan kiri ane, tapi saking kuatnya ane lagi-lagi terjerembab ke lantai.
"Aku tahu selama ini emang bisanya cuma ngerepotin kamu Vin, tapi setidaknya aku berusaha menjadi pacar yang baik buat kamu... " kata Shela dengan suara terbata-bata.
"Dan ini balasannya... " timpal Shela dengan suara mulai terisak.
"Shel, maafkan aku, tapi aku sama Wulan nggak ... " ane berusaha kembali bangkit berdiri dengan kedua tangan yang senut-senut luar biasa plus kesemutan. Bahkan tangan kanan ane sampai gemetar nggak berhenti-berhenti.
"Kamu sadar nggak sih, kalau kamu hari ini udah bikin aku sakit hati. Aku kecewa banget sama kamu Vin, aku kecewa... " kata Shela terisak sambil menutup mulutnya dengan tangan, air matanya mulai berlinang membasahi pipinya.
Ane cuma terdiam melihat Shela sesenggukan di depan ane, dan memang seharusnya Wulan nggak ane ijinkan untuk nginep semalem. Tapi ane juga serba salah, nggak mungkin juga ane nyuruh Wulan pulang malam-malam, apalagi saat itu udah jam sebelas.
Tapi disisi lain bener kata Shela, cewek mana yang nggak sakit hati mendengar cowoknya tidur serumah dengan cewek lain, dan dalam kasus ini Wulan, yang Shela udah tahu kalau Wulan suka sama ane. Udah nggak ada harapan, sepertinya hubungan ane sama Shela bakalan berakhir disini.
"Oke, tapi aku mencoba berpikir jernih. Mungkin ini juga bukan sepenuhnya salah kamu .... " kata Shela tiba-tiba.
"Iya Shel, makanya dengerin aku dulu... "
"Berapa nomornya Wulan ? " tanya Shela.
"Apa ? " ane kaget banget mendengar pertanyaan Shela.
"Aku tanya berapa nomornya Wulan !! " tanya Shela lagi dengan nada membentak.
"Kamu mau ngapain telpon Wulan, Shel ? Kamu aja lagi emosi gini ... "
"BERAPA NOMORNYA WULAN ?!! " teriak Shela.
"Iya bentar... " jawab ane sambil mengeluarkan HP dari saku. Tampaknya situasi udah diujung tanduk, dan hubungan ane sama Shela tinggal hitungan menit.
"Kosong delapan tujuh delapan ... " ane menyebutkan nomornya Wulan dan Shela mengetiknya di HP-nya, sambil sesekali terisak.
Seperti yang ane duga, setelah selesai mengetik nomornya Wulan, Shela memencet tombol call lalu menempelkan HP-nya di telinganya. Setelah lama menunggu...
"Halo Mbak Wulan. " kata Shela.
"...................... "
"Ini Shela, mbak. "
"...................... "
"Aku mau nanya hal penting mbak. "
"...................... "
"Terserah kamu mau ngatain aku labil atau apa, tapi tolong jawab dulu pertanyaanku. "
"...................... "Ane menatap Shela menelpon Wulan dengan perasaan nggak karu-karuan sekaligus putus asa. Sepertinya emang tamat sudah hubungan ane sama Shela. Seminggu lalu ane jadian di aula sasana ini, dan di tempat yang sama ane bakalan putus dengan Shela.
"Semalam kamu ngapain aja sama Vino ? " tanya Shela sambil melirik tajam ke ane.
"...................... "
"Ya jelas urusanku mbak, Vino itu pacarku, dan aku nggak terima kalo dia semalam tidur serumah sama cewek lain !! "
"...................... "
"Mbak, aku sekarang lagi nggak mau berantem. Jawab aja pertanyaanku, kalian ngapain aja semalem ?! "
"...................... "
"Iya emang, aku nangis, puas kamu ?! "
"...................... "
“Tolong mbak, nggak usah muter-muter, jawab aja kamu ngapain aja sama Vino semalem ?! Kalian berbuat nggak senonoh ya ?! “
"...................... "
“Oh ya ? Terus ? “
"...................... "
“Emang Vino bilang kayak gitu mbak ? “ tanya Shela sambil mengernyitkan dahi.
"...................... "Shela mendengarkan Wulan ngomong sambil sesekali melirik ke ane. Entah kenapa ekspresi Shela berubah yang tadinya garang bagai kerasukan iblis sekarang agak sedikit tenang. Lho ada apa ini ? Emang Wulan bilang apaan ?
"...................... "
“Kan udah aku bilang, terserah kamu mau ngatain aku kayak apa, tapi yang jelas aku minta kamu jangan dekatin Vino lagi !! “
"...................... "
“Vino itu pacar aku, dan aku punya HAK buat melarang cewek manapun yang mengganggu hubungan kami berdua !! “
"...................... "
“Kamu bener-bener cari masalah sama aku mbak !! Sekarang kamu dimana ?! Kita lanjutin urusan kita yang kemaren ?! “
"...................... "
“Eh, halo mbak, HALOOO !! “
“Diputus lagi… “ desis Shela sambil menatap layar HP-nya.Setelah menutup telponnya, Shela nggak bicara sepatah katapun melainkan cuma diam sambil menatap ane. Ane pun udah siap menerima kenyataan paling buruk, diputus sama Shela sekaligus hadiah perpisahan berupa beberapa buah bogem dan tendangan spesial.
“Gimana, Shel, Wulan ngomong apa tadi ? “ ane memberanikan diri bertanya tapi dengan hati berdebar-debar plus keringat dingin mengucur deras.
“Shel.. ? “ tanya ane lagi setelah Shela lagi-lagi cuma diem.
“Baiklah, aku percaya sama kamu. “ jawab Shela pelan sambil memalingkan muka.
HAAAHH ?! Ane bener-bener nggak percaya dengan kata-kata Shela barusan, antara nggak percaya, bingung, sekaligus seneng bukan main. Ane nggak tahu apa yang diomongin sama Wulan di telpon, tapi yang jelas sepertinya Wulan nggak bilang apapun soal “aktivitas” kami semalam. Makasih, Lan, makasih ….
“Jadi kamu udah maafin aku ? “ tanya ane penuh harap.
Shela lagi-lagi nggak menjawab, dan cuma menatap ane penuh arti, tapi kalo dari tatapannya sih udah nggak semarah tadi. Oke, Vin sepertinya sih situasi udah aman, dan …. BUUKKKK!!! Tiba-tiba sebuah pukulan mendarat di perut ane, nggak keras sih tapi tetep aja serasa seperti hantaman tongkat baseball. Kontan aja ane langsung membungkuk kesakitan sambil memegangi perut.
“Kamu apa-apaan sih ?! “ teriak ane sambil meringis kesakitan.
“Aku maafin kamu kali ini. “ kata Shela dengan dingin sambil mengacungkan kepalan tangannya yang barusan digunakan buat memukul perut ane.
“Iya tapi maafin kok masih pake acara mukul perut segala ? “ protes ane.
“Itu karena aku udah terlanjur kesel sama kamu !! “ jawab Shela ketus.
Ane diem aja nggak berani membantah, sambil menahan sakit di perut ditambah senut-senut di kedua lengan ane. Tapi ane masih penasaran, kira-kira Wulan ngomong apaan ya di telpon ? Tapi yang jelas, malam ini ane tetep harus mencegah Shela ikut ke villa, soalnya ane nggak yakin Wulan bakalan berbaik hati lagi seperti sekarang.
“Kamu mau kemana say ? “ tanya ane ke Shela yang berjalan meninggalkan ane.
“Kamu nggak liat apa aku bawa baju ganti ?! Apa aku harus pake seragam ke rumahnya Mbak Putri ?!! “ jawab Shela dengan nada tinggi tinggi sekali.
“I.. iya say… “ jawab ane.
“Nyebelin !! “ gerutu Shela sambil ngeloyor keluar aula. Duh, Shela masih marah rupanya.
BRAAAKKK!! Dari luar kedengeran suara pintu ruang ganti dibanting. Hah.. Shela beneran marah dan sepertinya sang tuan putri bakalan lama marahnya. Ane pun duduk di bangku aula sambil mengelus-elus kedua lengan ane yang masih terasa senut-senut. Nggak beberapa lama Shela muncul dengan memakai kaos oblong dan celana jeans biru kesukaannya, dan dengan wajah cemberut tentunya.
“Say, kita nggak jadi ikut ke villa kan ? “ tanya ane ke Shela yang lagi sibuk memasukkan bajunya ke sportbag-nya.
“Say… udah dong ngambeknya … “ bujuk ane ke Shela yang cuma diem aja.
Shela nggak menjawab, cuma melirik ke ane dengan tatapan sinis. Tapi seperti yang pernah ane katakan, kalo Shela udah diem lama, berarti dia udah nggak marah ato setidaknya marahnya udah mulai reda.
“Bawain. “ kata Shela sambil menyodorkan sportbag-nya ke ane.
“Gini say, temen-temen malam ini kan ada acara nginep nih … “ jawab ane sambil menerima sportbag-nya Shela.
“Terus ? “ tanya Shela sambil melirik ke ane.
“Gimana kalo malam ini kita juga ngadain acara nginep, tapi cuma aku dan kamu … “ kata ane nyengir sambil jari ane menunjuk ke dada ane dan ke Shela.
“Maksudmu nginep di hotel ya ? “ tanya Shela seraya menatap ane penuh arti.
“Kalo kamunya mau sih haha.. “ jawab ane cengengesan.
“Kayaknya kamu ini perlu ke psikiater deh. “ kata Shela dengan nada ketus.
“Buat apa ? “ tanya ane penasaran.
“Buat nyembuhin penyakit mesum kamu !! “ jawab Shela bersungut-sungut sambil ngeloyor pergi.
“Kan kita bisa nyari yang twin bed say. “ kata ane sambil mengikuti Shela.
“Ogaah !! “ jawab Shela makin kesal.
Gimana sih, orang cuma ngajak main game Tekken kok dibilang mesum

sorry, bersambung dolo ya guys
soalnya ane ngantuk,

gara2 semalem keasyikan di warnet
karena laptop ane dipinjem Wul... maksud ane dipinjem tetangganya Wulan

eh nggak ding, maksudnya dipinjem temennya tetangganya Wulan

Diubah oleh gridseeker 11-04-2017 11:34
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan