- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#1474
PART 21
Sabtu Pagi...
Gua sedang berada di supermarket bersama sang kekasih, kebetulan hari ini dia sedang libur, jadi Mba Siska bisa menemani Gua belanja. Belanja ? Yoi, belanja perlengkapan untuk hidup di kost-an. Sebenarnya tidak banyak yang akan Gua beli sih, hanya perlengkapan mandi, dan beberapa kebutuhan lainnya.
"Za, ada yang kamu perluin lagi gak ?", tanya sang kekasih.
"Udah kayaknya Mba, gak ada lagi...", jawab Gua sambil melirik ke keranjang yang Gua pegang.
"Nanti kalau ada yang kurang bilang ya, biar aku aja yang cariin..", ucapnya.
Gua tersenyum mendengar ucapannya seraya mengangguk, lalu kami pun berjalan kearah kasir. Ketika kasir sedang menghitung belanjaan, Mba Siska mengeluarkan dompetnya, sontak Gua langsung menahan tangannya.
"Mba gak usah, aku aja, ini juga kan keperluan aku..", ucap Gua.
"Udah gak apa-apa Za, aku lagi ada rejeki..", jawabnya seraya tersenyum.
Gua biarkan dirinya membayar belanjaan, karena percuma berdebat dengannya, selain malu dilihat oleh kasir, antrian dibelakang kami pun semakin bertambah banyak. Beres membayar belanjaan, kami berdua keluar supermarket menuju parkiran mobil. Lalu Gua yang mengemudikan mobil milik sang kekasih itu, Gua arahkan mobil ke pusat kuliner di kota kami sesuai permintaannya.
"Mba, baru belum pada buka kayaknya...", ucap Gua sambil memelankan laju mobil.
"Udah Za, baru pada buka, tuh liat pegawainya lagi beres-beres...", jawabnya.
Gua pun memarkirkan mobil, lalu kami berdua turun dan masuk ke salah satu cafe. Kami duduk di bangku meja yang mengarah ke sungai. Gua lirik jam tangan, menunjukkan pukul 10.30 a.m.
"Selamat datang Mba, Mas..", ucap seorang pramusaji,
"Silahkan ini daftar menunya..", menyodorkan daftar menu,
"Mohon maaf sebelumnya, untuk menu utama seperti nasi, harus menunggu agak lama, karena kami baru buka...", lanjutnya menjelaskan.
"Oh oke...", ucap Mba Siska,
"Kalo gitu saya pesan fried fries dan nugget aja..",
"Kamu mau apa Za ?", tanyanya kepada Gua.
"Cheeseburger..", jawab Gua,
"Minumnya air mineral aja sama..", ucapan Gua terhenti.
"Sama kopi hitam plus gula ya Mas..", ucapnya kepada pramusaji,
"Dan orange juice nya satu..".
Setelah selesai menulis pesanan, pramusaji meninggalkan meja kami. Mba Siska tersenyum dengan kedua tangannya ditaruh diatas punggung tangan Gua.
"Masih banyak yang aku belum tau kesukaan kamu Za selain kopi hitam..", ucapnya.
Gua tersenyum kepadanya, lalu membalikkan tangan agar Gua bisa menggenggam tangannya.
"Untuk apa emangnya Mba ?", tanya Gua dengan tetap tersenyum.
"Seenggaknya aku bisa tau kebiasaan kamu, makanan atau minuman kesukaan kamu dan hal lainnya..", jawabnya.
"Bagi aku gak terlalu penting kok Mba, apa yang aku suka dan aku enggak suka bukan hal yang harus kamu ketahui..", ucap Gua lagi.
"Kok gitu ?", tanyanya heran.
"Karena keberadaan kamu lah yang terpenting buat aku..",
"Dan tanpa perlu aku kasih tau ke kamu juga, suatu hari kamu akan tau kok kebiasaan aku dari yang baik dan yang buruk...",
"Dari warna favorit aku sampai makanan kesukaan ku, semuanya pasti akan kamu ketahui kalo kita selalu bersama kan ?", jawab Gua,
"Dan itu semua gak akan ada artinya kalo kamu gak ada di sisi aku Mba..", lanjut Gua mengakhiri penjelasan kepadanya.
Mba Siska tersenyum, lalu menyelipkan helaian rambut sisi wajahnya ke belakang telinga. Matanya menatap tangan kami yang saling menggenggam diatas meja makan sambil tersipu malu.
"Kamu tuh jago ngegombal ya Za..", ucapnya kali ini melirik kepada Gua.
"Enggak Mba, aku gak gombal kok..",
"Kenyataannya emang gitukan Mba ?",
"Coba deh kamu pikirin..",
"Aku kasih tau semua hal yang aku suka dan aku gak suka ke kamu, tapi kamu dan aku gak dalam hubungan seperti sekarang, untuk apa coba semua itu ?",
"Jadi, Biarkan aja semuanya berjalan seperti seharusnya, tanpa bertanya 'kamu suka apa ?', toh dengan kita selalu bersama, semuanya akan kita ketahui seiring berjalannya waktu..", jawab Gua.
"Intinya lebih mengenal satu sama lain karena selalu bersama ?".
Gua menganggukkan kepala dan tersenyum kepada Mba Siska. Lalu tidak lama kemudian datanglah makanan pesanan kami. Walaupun bukan makan siang, karena menu yang Mba Siska pesan hanyalah sebuah camilan, tapi cukup untuk sekedar mengganjal perut. Berbeda dengan Gua yang memang pasti cukup mengenyangkan dengan satu porsi cheeseburger.
Sambil menyantap makanan, kami mengobrol soal pekerjaannya yang semakin hari kian bertambah. Seolah-olah beban pekerjaannya terpancar dari raut wajahnya. Mba Siska memang akhir-akhir ini terlihat lelah di saat kami bertemu seminggu sekali. Kasihan juga melihatnya seperti itu, tapi mau gimana lagi, namanya juga kerja, pastilah ada masanya terbebani, sekalipun itu bidang yang kita minati dari awal. Lalu obrolan tiba-tiba berbelok ke tikungan tajam.
"Za..".
"Heum ?".
"Perasaan kamu ke Echa sebenarnya gimana ?".
Gua yang memang sudah selesai menyantap cheeseburger pun mengambil sebungkus rokok dalam saku jaket.
"Aku sambil merokok boleh ?".
Mba Siska mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Gua pun membakar sang racun setelah menadapatkan izinnya.
"Gini Mba... Ada hal-hal yang menjadi pertimbangan buat aku mencintai seseorang..", ucap Gua memulai percakapan setelah mengehmbuskan asap kebawah meja makan.
"Bukankah setiap orang juga mempunyai pertimbangannya sendiri Za untuk mencari pasangan ?", tanyanya.
"Iya maksud aku begitu..",
"Tapi soal Echa ini berbeda...", jawab Gua.
"Maksudnya ?".
Gua meneguk sedikit kopi hitam manis yang masih terisi penuh.
"Mba...",
"Apa yang dilihat orang lain, termasuk kamu gak seperti apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Echa..",
"Kami dekat dari kecil, kami satu smp, satu sma, sekarang walaupun beda kampus tapi kami masih sering ketemu..",
"Dan dimata kamu juga orang lain pasti kami ada hubungan lebih dari sekedar sahabat kan ?", tanya Gua.
"Iya..".
"Nah kenyataannya ?",
"Aku dan dia cuma sebatas sahabat, lebih dari itu aku anggap dia sebagai kakak",
"Dia suka sama aku..",
"Aku juga gak bohong, aku suka sama dia Mba..", jelas Gua.
Mba Siska tersenyum lalu meneguk sedikit orang juice miliknya.
"Tapi..",
"Rasa suka aku ke dia gak lebih dari rasa suka adik ke kakaknya, rasa ingin melindungi keluarga sendiri.. Itu aja kok..", jelas Gua lagi.
"Tapi enggak menutup kemungkinan kalau suatu saat kamu juga bisa menyayangi dan mencintai Echa tanpa ada kata 'kakak-adik' kan ?", tanyanya.
"Yap.. Tapi sejak kami kecil sampai saat ini perasaan aku belum berubah, perasaan aku ke dia hanyalah perasaan kekeluargaan, aku belum pernah jatuh cinta sama Echa...", jawab Gua.
"Selama kalian dekat dari kecil sampai sekarang masa sih gak ada perasaan lebih ke Echa Za ?", tanyanya lagi.
"Sekarang gini, aku bukan tipe orang yang mudah jatuh hati karena mengenal perempuan sejak lama...",
"Malah sebaliknya, kamu lihat sendiri, selama ini aku dekat dengan Echa, tapi aku anggap dia gak lebih dari seorang Kakak bagi aku...",
"Karena alasan itulah aku gak bisa mencintai dia Mba..",
"Ada banyak orang yang memang bisa saling suka dan sayang karena selalu bersama, tapi jangan lupa, diantara orang-orang itu ada juga yang seperti aku..",
"Yang gak bisa menjalin hubungan karena rasa nyaman udah menganggap Echa bagian dari keluarga aku, menjadi kakak aku, bisa aja aku paksakan menjalin hubungan dengan Echa, dan apa mungkin kalau suatu saat kami putus, hubungan kami masih bisa seperti sekarang ?",
"Sulit Mba... Karena pasti ada hati yang terluka diantara kami jika tetap dipaksakan...",
"Echa akan tersakiti dari awal kalo kami mencoba hubungan itu.., karena aku gak mencintai Echa", jelas Gua.
"Jadi sekarang kamu beneran gak cinta sama Echa ?", tanyanya lagi.
Gua menggelengkan kepala sambil menghisap sang racun lalu mematikannya ke asbak.
"Enggak Mba, tenang aja..", jawab Gua akhirnya.
Mba Siska tersenyum manis kepada Gua, lalu memegang lembut pipi kanan ini.
"Love You Za".
"Love You too Mba".
***
Hari ini tiba juga, hari minggu pagi.
Gua bersama Mba Siska, Nenek dan Ayahanda sudah berada di kost-an. Sebelumnya, Gua dan Mba Siska memakai mobil Mba Siska, karena tipe mobilnya yang lebih besar untuk menampung beberapa barang yang Gua bawa dari rumah ke kost-an, kemudian Ayahanda bersama Nenek menggunakan si Black.
"Wah bagus ya kamarnya Za..", ucap Nenek ketika masuk ke dalam kamar kost-an.
"Iya Nek, gak salah kan milih tempat ini hehe...", jawab Gua.
Tiba-tiba Ayahanda menarik lengan Gua keluar kamar. Sedangkan Nenek dan Mba Siska merapihkan beberapa perlengkapan pribadi Gua untuk ditempatkan di dalam kamar.
Diteras depan kamar Gua diintrogasi.
"Heh, berapa biayanya nih kost-an ?", tanyanya menyelidik.
Anjir, mampus Gua kalo bilang harga aslinya, tapi kalau jujur soal Lisa gimana, mampus juga. Kalau bohong nyebutin angka sekian ratus ribu pasti gak percaya Beliau.
"Eeu.. Ini.. Ini sebulan cuma..",
"Cuma satu juta...", jawab Gua ngawur.
"Muke gile Lu A'!", ucapnya kaget,
"Heh.. Jangan mentang-mentang uang tabungan banyak terus foya-foya kamu A'!",
"Kamu tuh dikasih kebebasan ngatur uang bukan berarti bisa seenaknya juga menghambur-hamburkannya..",
"Sekarang Ayah tanya, kenapa kamu gak kost di tempat yang biasa aja ?",
"Malu ? Atau karena ngerasa jadi orang banyak uang gak mau tinggal ditempat yang biasa aja ?!", ucapnya menghakimi.
Jujur Gua terusik juga dengan ucapannya. Gua milih kost-an ini bukan karena Gua ingin sok-sok'an atau hidup mewah.
"Gini-gini Yah, jujur aja nih..",
"Anak yang punya kost-an temen sekelas aku, dia kasih diskon harga, jadi aku bayar cuma 500 ribu perbulan.. Yang penting jangan ketauan penghuni kost lain..", jawab Gua jujur.
"Enggak mungkin A, bisnis ya bisnis, teman ya teman, bedalah..",
"Eh.. Sebentar..",
"Temen kamu itu perempuan ?", ucapnya khawatir.
Gua hanya nyengir kuda sambil menaik turunkan alis. Dan Ayahanda langsung menggelengkan kepalanya seraya menepok jidat. Lalu Beliau bangkit dari kursi besi.
"Ayah cuma enggak mau kamu dapet gelar lebih cepet A'...", ucapnya seraya merogoh saku celananya dan mengeluarkan cerutu.
"Hah ? Maksudnya ?",
"Kan aku baru masuk kuliah, masih lama lulusnya..", ucap Gua heran.
"Enggak mungkin kalau kamu gak ada 'main' dengan temanmu itu",
"Dan Ayah takut gelar almarhum diberikan lebih cepat oleh wanita yang sedang beres-beres di dalam sana..", ucapnya seraya melirik ke arah kamar dibelakang kami.
Sembarangan banget ini Bokap kalau ngomong, yang bener aja coy, masa iya Gua bakal di dor. Tapi Bokap tau aja lagi Gua sama Lisa ada affair.
"Mudah-mudahan enggak ketauan deh", ucap Gua pelan sambil membayangkan Mba Siska menoyor pala Gua dengan revolver.
"Ya jangan main api kalau gak mau kebakar A'..",
"Ngawur aja kamu...", tandas Ayahanda.
...
Sekitar pukul 14.00 wib Ayahanda dan Nenek sudah kembali pulang memakai si Black. Sedangakan Gua dan sang kekasih tetap berada di ibu kota, karena besok perkuliahan sudah dimulai, sedangkan sang kekasih besok sudah kembali bekerja lagi. Sekitar pukul 15.00 wib, Gua mengantar Mba Siska pergi ke salah satu mall yang ada disini untuk belanja bulanan.
"Kamu mau belanja apa aja Mba ?", tanya Gua ketika kami berdua sudah sampai di dalam Mall.
"Keperluan dapur sih banyaknya Za..", jawabnya.
"Ooh, masak sendiri sekarang ?", tanya Gua lagi.
"Iya, kan ada kamu juga biar sekalian aku masakin.. hi hi hi..", jawabnya lalu mengaitkan tangan kanannya ke lengan kiri Gua.
Wow asyik ada yang masakin nih, bukannya apa-apa, selama dia kontrak rumah di ibu kota, Mba Siska selalu beli makan di luar, katanya malas kalau masak untuk sendiri. Eh sekarang malah semangat masak buat Gua. Mantap yo... Ini sih udah kayak suami-istri, belanja kebutuhan pokok berdua. Ugh, indahnyooo...
"Mau aku masakin apa Za ?", tanyanya ketika Mba Siska melihat-lihat ayam dan daging di sebuah freezer.
"Apa aja mba, yang bisa kamu masak, pasti aku makan kok..".
Mba Siska tersenyum lalu mengerlingkan mata sebelah dan memberikan satu jempolnya keatas.
Gua tidak tau dia mau masak apa, yang jelas bahan-bahan sudah masuk trolley belanjaan. Kemudian kami berdua berjalan lagi ke arah perlengkapan perempuan, seperti make-up dsb.
Setelah dirasa semua kebutuhannya legkap, kami pun menuju kasir, dan saat tiba giliran kami membayar, gantian kini Gua yang membayar belanjaannya, karena Gua merasa enggak enak kemarin Mba Siska sudah menghabiskan beberapa rupiah untuk kebutuhan kost-an Gua.
Selama perjalanan pulang ke kontrakannya, si kekasih hati Gua itu tidak mau berbicara sedikitpun, wajahnya bete. Sampai juga kami di kontrakannya, dan setelah memarkir mobil di halaman parkir depan teras, kami masuk ke dalam rumah kontrakan.
Gua duduk di sofa ruang tamu setelah menaruh belanjaan diatas meja, sedangkan Mba Siska masuk ke kamarnya. Tidak lama kemudian, Mba Siska keluar lagi dari kamar dengan pakaian yang lebih santai, sangat santai malah karena dirinya mengenakan daster motif batik tanpa lengan. Beeuuhh.. Tingkat keseksian, kefeminiman dan keibuannya melonjak drastis, uyeeaah... Bener-bener deh, lumer hati Abang melihat dirimu Mbaaaa Mba.
Mba Siska membawa kantung belanjaan kearah dapur, selang beberapa menit segelas kopi hitam dan segelas air mineral sudah disajikan di atas meja ruang tamu ini. Aw aw aw... Istriable bangets, biar kata lagi ngambeuk tetap aja Mba Siska menyediakan minum untuk Gua, apalagi sekarang, sedang memasak di dapur untuk makan malam kami berdua.
Gua menikmati kopi hitam di sore hari dengan sang racun yang sudah habis 2 batang sambil menonton acara tv. Masih asyik nonton acara gak jelas, tiba-tiba hp Gua bergetar, Gua ambil hp dari saku celana dan membuka sms yang baru masuk itu.
Gua memang lupa bilang ke Lisa kalau hari ini Mba Siska ikut, bukan hanya Ayah dan Nenek saja yang ingin melihat kost-an. Btw, Lisa memang tau kalau status Gua tidak lagi single, karena... Ehm, selesai 'test-drive' bersama Lisa seminggu lalu di kamar no.20, Gua jujur kepadanya kalau Gua sudah memiliki kekasih, malah Gua tunjukkan foto saat bersama Mba Siska dari hp n-gage classic Gua, soalnya si Lisa nih enggak percaya kalau Gua udah punya pacar. Terus perasaan Lisa setelah mengetahui hubungan Gua dengan Mba Siska gimana ? Biasa aja tuh, katanya sih biasa aja, tapi cemburu juga kan akhirnya, biarin deh, mau gimana lagi coba ?. Apalagi Lisa udah tau juga profesi kekasih Gua, makin bete aja dia mau deketin Gua. Maaf ya Lis, sing penting kan bisa test drive di lain waktu, ups... huahahahaha. Si Eza brengs3x banget. Iya biarin, masa lalu ini, udah lewat mau diapain lagi. Jangan iri ama kemaksiatan bro...
Selesai berbalas sms dengan Lisa, Gua mencium aroma ayam yang digoreng, wanginya menusuk hidung Gua, mantaps nih kayaknya. Dan sepertinya, sebentar lagi selesai nih sang kekasih memasak. Gua pun bangkit dari duduk dan berjalan melangkah ke arah dapur. Gua lihat sang kekasih masih sibuk di depan kompor dengan tangan kanannya memegang spatula, pelan-pelan Gua dekati dirinya, Gua tengok dari sisi bahunya kedepan untuk melihat masakannya, beberapa potong ayam sedang asyik bermandi minyak dengan irisan bawang bombay diatas penggorengan.
"Pinter masaknya ya", bisik Gua tepat ditelinga kanan sang kekasih hati.
"Astagfirulloh!", ucapya berteriak kaget,
"Iih.. Ngagetin aja kamu!", ucapnya lagi sambil membalikan badan kearah Gua,
"Kaget eza! Ngeselin!", spatula di tangan kanannya diangkat dan hendak dipukulkan kearah wajah Gua.
Otomatis Gua mundur beberapa langkah sambil tertawa pelan.
"Hahaha... Maaf Mba, iseng aja aku.. Hehehe...", ucap Gua masih terkekeh.
"Kelewatan isengnya!",
"Huh!", ucapnya judes dan bete.
Mba Siska kembali dengan aktifitasnya memasak ayam tadi, dan tidak menghiraukan Gua. Duh Gua malah gagal fokus melihat pesonanya karena daster batik tanpa lengan yang dia kenakan membuat pikiran Gua membayangkan tangan kanannya yang dia angkat tadi menunjukkan mulusnya bagian ketiaknya itu, bak iklan roll-on untuk ketiak, mulus bersih dan menggoda. Syit! Fantasi Gua ngawur hahahaha...
"Mba jangan marah lagi dong", ucap Gua seraya berjalan mendekatinya lagi.
Mba Siska masih diam dan asyik dengan masak-masakannya itu. Kini Gua peluk tubuhnya dari belakang, Gua lingkarkan kedua tangan kebagian pinggangnya, dan oh my goodness... Memang sih rambutnya model potong pendek ala Polcan pada umumnya, tapi masih bisa dan cukup untuk diikat, nah Mba Siska memang sedari tadi sudah mengikat rambut bagian belakangnya itu, otomatis dong leher bagian belakangnya yang putih dengan rambut tipisnya terlihat jelas oleh Gua. Beuh memabukkan benar deh aroma parfum yang bercampur bekas keringatnya itu di hidung Gua, sumpah bukan jorok, tapi membangkitkan gairah loch. Ah Gua cipikaw-cipikiw ah.
Cup.. "Eh.. Ezaa..".
Cupp.. "Isshh, geli Za..".
Cupp.. "Udah Za, aku lagi masak".
Slurpp.. "Ssshh... Aahh.. Zaa". Brrr.. tubuhnya bergetar.
Gua sedang berada di supermarket bersama sang kekasih, kebetulan hari ini dia sedang libur, jadi Mba Siska bisa menemani Gua belanja. Belanja ? Yoi, belanja perlengkapan untuk hidup di kost-an. Sebenarnya tidak banyak yang akan Gua beli sih, hanya perlengkapan mandi, dan beberapa kebutuhan lainnya.
"Za, ada yang kamu perluin lagi gak ?", tanya sang kekasih.
"Udah kayaknya Mba, gak ada lagi...", jawab Gua sambil melirik ke keranjang yang Gua pegang.
"Nanti kalau ada yang kurang bilang ya, biar aku aja yang cariin..", ucapnya.
Gua tersenyum mendengar ucapannya seraya mengangguk, lalu kami pun berjalan kearah kasir. Ketika kasir sedang menghitung belanjaan, Mba Siska mengeluarkan dompetnya, sontak Gua langsung menahan tangannya.
"Mba gak usah, aku aja, ini juga kan keperluan aku..", ucap Gua.
"Udah gak apa-apa Za, aku lagi ada rejeki..", jawabnya seraya tersenyum.
Gua biarkan dirinya membayar belanjaan, karena percuma berdebat dengannya, selain malu dilihat oleh kasir, antrian dibelakang kami pun semakin bertambah banyak. Beres membayar belanjaan, kami berdua keluar supermarket menuju parkiran mobil. Lalu Gua yang mengemudikan mobil milik sang kekasih itu, Gua arahkan mobil ke pusat kuliner di kota kami sesuai permintaannya.
"Mba, baru belum pada buka kayaknya...", ucap Gua sambil memelankan laju mobil.
"Udah Za, baru pada buka, tuh liat pegawainya lagi beres-beres...", jawabnya.
Gua pun memarkirkan mobil, lalu kami berdua turun dan masuk ke salah satu cafe. Kami duduk di bangku meja yang mengarah ke sungai. Gua lirik jam tangan, menunjukkan pukul 10.30 a.m.
"Selamat datang Mba, Mas..", ucap seorang pramusaji,
"Silahkan ini daftar menunya..", menyodorkan daftar menu,
"Mohon maaf sebelumnya, untuk menu utama seperti nasi, harus menunggu agak lama, karena kami baru buka...", lanjutnya menjelaskan.
"Oh oke...", ucap Mba Siska,
"Kalo gitu saya pesan fried fries dan nugget aja..",
"Kamu mau apa Za ?", tanyanya kepada Gua.
"Cheeseburger..", jawab Gua,
"Minumnya air mineral aja sama..", ucapan Gua terhenti.
"Sama kopi hitam plus gula ya Mas..", ucapnya kepada pramusaji,
"Dan orange juice nya satu..".
Setelah selesai menulis pesanan, pramusaji meninggalkan meja kami. Mba Siska tersenyum dengan kedua tangannya ditaruh diatas punggung tangan Gua.
"Masih banyak yang aku belum tau kesukaan kamu Za selain kopi hitam..", ucapnya.
Gua tersenyum kepadanya, lalu membalikkan tangan agar Gua bisa menggenggam tangannya.
"Untuk apa emangnya Mba ?", tanya Gua dengan tetap tersenyum.
"Seenggaknya aku bisa tau kebiasaan kamu, makanan atau minuman kesukaan kamu dan hal lainnya..", jawabnya.
"Bagi aku gak terlalu penting kok Mba, apa yang aku suka dan aku enggak suka bukan hal yang harus kamu ketahui..", ucap Gua lagi.
"Kok gitu ?", tanyanya heran.
"Karena keberadaan kamu lah yang terpenting buat aku..",
"Dan tanpa perlu aku kasih tau ke kamu juga, suatu hari kamu akan tau kok kebiasaan aku dari yang baik dan yang buruk...",
"Dari warna favorit aku sampai makanan kesukaan ku, semuanya pasti akan kamu ketahui kalo kita selalu bersama kan ?", jawab Gua,
"Dan itu semua gak akan ada artinya kalo kamu gak ada di sisi aku Mba..", lanjut Gua mengakhiri penjelasan kepadanya.
Mba Siska tersenyum, lalu menyelipkan helaian rambut sisi wajahnya ke belakang telinga. Matanya menatap tangan kami yang saling menggenggam diatas meja makan sambil tersipu malu.
"Kamu tuh jago ngegombal ya Za..", ucapnya kali ini melirik kepada Gua.
"Enggak Mba, aku gak gombal kok..",
"Kenyataannya emang gitukan Mba ?",
"Coba deh kamu pikirin..",
"Aku kasih tau semua hal yang aku suka dan aku gak suka ke kamu, tapi kamu dan aku gak dalam hubungan seperti sekarang, untuk apa coba semua itu ?",
"Jadi, Biarkan aja semuanya berjalan seperti seharusnya, tanpa bertanya 'kamu suka apa ?', toh dengan kita selalu bersama, semuanya akan kita ketahui seiring berjalannya waktu..", jawab Gua.
"Intinya lebih mengenal satu sama lain karena selalu bersama ?".
Gua menganggukkan kepala dan tersenyum kepada Mba Siska. Lalu tidak lama kemudian datanglah makanan pesanan kami. Walaupun bukan makan siang, karena menu yang Mba Siska pesan hanyalah sebuah camilan, tapi cukup untuk sekedar mengganjal perut. Berbeda dengan Gua yang memang pasti cukup mengenyangkan dengan satu porsi cheeseburger.
Sambil menyantap makanan, kami mengobrol soal pekerjaannya yang semakin hari kian bertambah. Seolah-olah beban pekerjaannya terpancar dari raut wajahnya. Mba Siska memang akhir-akhir ini terlihat lelah di saat kami bertemu seminggu sekali. Kasihan juga melihatnya seperti itu, tapi mau gimana lagi, namanya juga kerja, pastilah ada masanya terbebani, sekalipun itu bidang yang kita minati dari awal. Lalu obrolan tiba-tiba berbelok ke tikungan tajam.
"Za..".
"Heum ?".
"Perasaan kamu ke Echa sebenarnya gimana ?".
Gua yang memang sudah selesai menyantap cheeseburger pun mengambil sebungkus rokok dalam saku jaket.
"Aku sambil merokok boleh ?".
Mba Siska mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Gua pun membakar sang racun setelah menadapatkan izinnya.
"Gini Mba... Ada hal-hal yang menjadi pertimbangan buat aku mencintai seseorang..", ucap Gua memulai percakapan setelah mengehmbuskan asap kebawah meja makan.
"Bukankah setiap orang juga mempunyai pertimbangannya sendiri Za untuk mencari pasangan ?", tanyanya.
"Iya maksud aku begitu..",
"Tapi soal Echa ini berbeda...", jawab Gua.
"Maksudnya ?".
Gua meneguk sedikit kopi hitam manis yang masih terisi penuh.
"Mba...",
"Apa yang dilihat orang lain, termasuk kamu gak seperti apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan Echa..",
"Kami dekat dari kecil, kami satu smp, satu sma, sekarang walaupun beda kampus tapi kami masih sering ketemu..",
"Dan dimata kamu juga orang lain pasti kami ada hubungan lebih dari sekedar sahabat kan ?", tanya Gua.
"Iya..".
"Nah kenyataannya ?",
"Aku dan dia cuma sebatas sahabat, lebih dari itu aku anggap dia sebagai kakak",
"Dia suka sama aku..",
"Aku juga gak bohong, aku suka sama dia Mba..", jelas Gua.
Mba Siska tersenyum lalu meneguk sedikit orang juice miliknya.
"Tapi..",
"Rasa suka aku ke dia gak lebih dari rasa suka adik ke kakaknya, rasa ingin melindungi keluarga sendiri.. Itu aja kok..", jelas Gua lagi.
"Tapi enggak menutup kemungkinan kalau suatu saat kamu juga bisa menyayangi dan mencintai Echa tanpa ada kata 'kakak-adik' kan ?", tanyanya.
"Yap.. Tapi sejak kami kecil sampai saat ini perasaan aku belum berubah, perasaan aku ke dia hanyalah perasaan kekeluargaan, aku belum pernah jatuh cinta sama Echa...", jawab Gua.
"Selama kalian dekat dari kecil sampai sekarang masa sih gak ada perasaan lebih ke Echa Za ?", tanyanya lagi.
"Sekarang gini, aku bukan tipe orang yang mudah jatuh hati karena mengenal perempuan sejak lama...",
"Malah sebaliknya, kamu lihat sendiri, selama ini aku dekat dengan Echa, tapi aku anggap dia gak lebih dari seorang Kakak bagi aku...",
"Karena alasan itulah aku gak bisa mencintai dia Mba..",
"Ada banyak orang yang memang bisa saling suka dan sayang karena selalu bersama, tapi jangan lupa, diantara orang-orang itu ada juga yang seperti aku..",
"Yang gak bisa menjalin hubungan karena rasa nyaman udah menganggap Echa bagian dari keluarga aku, menjadi kakak aku, bisa aja aku paksakan menjalin hubungan dengan Echa, dan apa mungkin kalau suatu saat kami putus, hubungan kami masih bisa seperti sekarang ?",
"Sulit Mba... Karena pasti ada hati yang terluka diantara kami jika tetap dipaksakan...",
"Echa akan tersakiti dari awal kalo kami mencoba hubungan itu.., karena aku gak mencintai Echa", jelas Gua.
Spoiler for Brothezone:
"Jadi sekarang kamu beneran gak cinta sama Echa ?", tanyanya lagi.
Gua menggelengkan kepala sambil menghisap sang racun lalu mematikannya ke asbak.
"Enggak Mba, tenang aja..", jawab Gua akhirnya.
Mba Siska tersenyum manis kepada Gua, lalu memegang lembut pipi kanan ini.
"Love You Za".
"Love You too Mba".
***
Hari ini tiba juga, hari minggu pagi.
Gua bersama Mba Siska, Nenek dan Ayahanda sudah berada di kost-an. Sebelumnya, Gua dan Mba Siska memakai mobil Mba Siska, karena tipe mobilnya yang lebih besar untuk menampung beberapa barang yang Gua bawa dari rumah ke kost-an, kemudian Ayahanda bersama Nenek menggunakan si Black.
"Wah bagus ya kamarnya Za..", ucap Nenek ketika masuk ke dalam kamar kost-an.
"Iya Nek, gak salah kan milih tempat ini hehe...", jawab Gua.
Tiba-tiba Ayahanda menarik lengan Gua keluar kamar. Sedangkan Nenek dan Mba Siska merapihkan beberapa perlengkapan pribadi Gua untuk ditempatkan di dalam kamar.
Diteras depan kamar Gua diintrogasi.
"Heh, berapa biayanya nih kost-an ?", tanyanya menyelidik.
Anjir, mampus Gua kalo bilang harga aslinya, tapi kalau jujur soal Lisa gimana, mampus juga. Kalau bohong nyebutin angka sekian ratus ribu pasti gak percaya Beliau.
"Eeu.. Ini.. Ini sebulan cuma..",
"Cuma satu juta...", jawab Gua ngawur.
"Muke gile Lu A'!", ucapnya kaget,
"Heh.. Jangan mentang-mentang uang tabungan banyak terus foya-foya kamu A'!",
"Kamu tuh dikasih kebebasan ngatur uang bukan berarti bisa seenaknya juga menghambur-hamburkannya..",
"Sekarang Ayah tanya, kenapa kamu gak kost di tempat yang biasa aja ?",
"Malu ? Atau karena ngerasa jadi orang banyak uang gak mau tinggal ditempat yang biasa aja ?!", ucapnya menghakimi.
Jujur Gua terusik juga dengan ucapannya. Gua milih kost-an ini bukan karena Gua ingin sok-sok'an atau hidup mewah.
"Gini-gini Yah, jujur aja nih..",
"Anak yang punya kost-an temen sekelas aku, dia kasih diskon harga, jadi aku bayar cuma 500 ribu perbulan.. Yang penting jangan ketauan penghuni kost lain..", jawab Gua jujur.
"Enggak mungkin A, bisnis ya bisnis, teman ya teman, bedalah..",
"Eh.. Sebentar..",
"Temen kamu itu perempuan ?", ucapnya khawatir.
Gua hanya nyengir kuda sambil menaik turunkan alis. Dan Ayahanda langsung menggelengkan kepalanya seraya menepok jidat. Lalu Beliau bangkit dari kursi besi.
"Ayah cuma enggak mau kamu dapet gelar lebih cepet A'...", ucapnya seraya merogoh saku celananya dan mengeluarkan cerutu.
"Hah ? Maksudnya ?",
"Kan aku baru masuk kuliah, masih lama lulusnya..", ucap Gua heran.
"Enggak mungkin kalau kamu gak ada 'main' dengan temanmu itu",
"Dan Ayah takut gelar almarhum diberikan lebih cepat oleh wanita yang sedang beres-beres di dalam sana..", ucapnya seraya melirik ke arah kamar dibelakang kami.
Sembarangan banget ini Bokap kalau ngomong, yang bener aja coy, masa iya Gua bakal di dor. Tapi Bokap tau aja lagi Gua sama Lisa ada affair.
"Mudah-mudahan enggak ketauan deh", ucap Gua pelan sambil membayangkan Mba Siska menoyor pala Gua dengan revolver.
"Ya jangan main api kalau gak mau kebakar A'..",
"Ngawur aja kamu...", tandas Ayahanda.
...
Sekitar pukul 14.00 wib Ayahanda dan Nenek sudah kembali pulang memakai si Black. Sedangakan Gua dan sang kekasih tetap berada di ibu kota, karena besok perkuliahan sudah dimulai, sedangkan sang kekasih besok sudah kembali bekerja lagi. Sekitar pukul 15.00 wib, Gua mengantar Mba Siska pergi ke salah satu mall yang ada disini untuk belanja bulanan.
"Kamu mau belanja apa aja Mba ?", tanya Gua ketika kami berdua sudah sampai di dalam Mall.
"Keperluan dapur sih banyaknya Za..", jawabnya.
"Ooh, masak sendiri sekarang ?", tanya Gua lagi.
"Iya, kan ada kamu juga biar sekalian aku masakin.. hi hi hi..", jawabnya lalu mengaitkan tangan kanannya ke lengan kiri Gua.
Wow asyik ada yang masakin nih, bukannya apa-apa, selama dia kontrak rumah di ibu kota, Mba Siska selalu beli makan di luar, katanya malas kalau masak untuk sendiri. Eh sekarang malah semangat masak buat Gua. Mantap yo... Ini sih udah kayak suami-istri, belanja kebutuhan pokok berdua. Ugh, indahnyooo...
"Mau aku masakin apa Za ?", tanyanya ketika Mba Siska melihat-lihat ayam dan daging di sebuah freezer.
"Apa aja mba, yang bisa kamu masak, pasti aku makan kok..".
Mba Siska tersenyum lalu mengerlingkan mata sebelah dan memberikan satu jempolnya keatas.
Gua tidak tau dia mau masak apa, yang jelas bahan-bahan sudah masuk trolley belanjaan. Kemudian kami berdua berjalan lagi ke arah perlengkapan perempuan, seperti make-up dsb.
Setelah dirasa semua kebutuhannya legkap, kami pun menuju kasir, dan saat tiba giliran kami membayar, gantian kini Gua yang membayar belanjaannya, karena Gua merasa enggak enak kemarin Mba Siska sudah menghabiskan beberapa rupiah untuk kebutuhan kost-an Gua.
Selama perjalanan pulang ke kontrakannya, si kekasih hati Gua itu tidak mau berbicara sedikitpun, wajahnya bete. Sampai juga kami di kontrakannya, dan setelah memarkir mobil di halaman parkir depan teras, kami masuk ke dalam rumah kontrakan.
Gua duduk di sofa ruang tamu setelah menaruh belanjaan diatas meja, sedangkan Mba Siska masuk ke kamarnya. Tidak lama kemudian, Mba Siska keluar lagi dari kamar dengan pakaian yang lebih santai, sangat santai malah karena dirinya mengenakan daster motif batik tanpa lengan. Beeuuhh.. Tingkat keseksian, kefeminiman dan keibuannya melonjak drastis, uyeeaah... Bener-bener deh, lumer hati Abang melihat dirimu Mbaaaa Mba.
Mba Siska membawa kantung belanjaan kearah dapur, selang beberapa menit segelas kopi hitam dan segelas air mineral sudah disajikan di atas meja ruang tamu ini. Aw aw aw... Istriable bangets, biar kata lagi ngambeuk tetap aja Mba Siska menyediakan minum untuk Gua, apalagi sekarang, sedang memasak di dapur untuk makan malam kami berdua.
Gua menikmati kopi hitam di sore hari dengan sang racun yang sudah habis 2 batang sambil menonton acara tv. Masih asyik nonton acara gak jelas, tiba-tiba hp Gua bergetar, Gua ambil hp dari saku celana dan membuka sms yang baru masuk itu.
Quote:
Gua memang lupa bilang ke Lisa kalau hari ini Mba Siska ikut, bukan hanya Ayah dan Nenek saja yang ingin melihat kost-an. Btw, Lisa memang tau kalau status Gua tidak lagi single, karena... Ehm, selesai 'test-drive' bersama Lisa seminggu lalu di kamar no.20, Gua jujur kepadanya kalau Gua sudah memiliki kekasih, malah Gua tunjukkan foto saat bersama Mba Siska dari hp n-gage classic Gua, soalnya si Lisa nih enggak percaya kalau Gua udah punya pacar. Terus perasaan Lisa setelah mengetahui hubungan Gua dengan Mba Siska gimana ? Biasa aja tuh, katanya sih biasa aja, tapi cemburu juga kan akhirnya, biarin deh, mau gimana lagi coba ?. Apalagi Lisa udah tau juga profesi kekasih Gua, makin bete aja dia mau deketin Gua. Maaf ya Lis, sing penting kan bisa test drive di lain waktu, ups... huahahahaha. Si Eza brengs3x banget. Iya biarin, masa lalu ini, udah lewat mau diapain lagi. Jangan iri ama kemaksiatan bro...
Selesai berbalas sms dengan Lisa, Gua mencium aroma ayam yang digoreng, wanginya menusuk hidung Gua, mantaps nih kayaknya. Dan sepertinya, sebentar lagi selesai nih sang kekasih memasak. Gua pun bangkit dari duduk dan berjalan melangkah ke arah dapur. Gua lihat sang kekasih masih sibuk di depan kompor dengan tangan kanannya memegang spatula, pelan-pelan Gua dekati dirinya, Gua tengok dari sisi bahunya kedepan untuk melihat masakannya, beberapa potong ayam sedang asyik bermandi minyak dengan irisan bawang bombay diatas penggorengan.
"Pinter masaknya ya", bisik Gua tepat ditelinga kanan sang kekasih hati.
"Astagfirulloh!", ucapya berteriak kaget,
"Iih.. Ngagetin aja kamu!", ucapnya lagi sambil membalikan badan kearah Gua,
"Kaget eza! Ngeselin!", spatula di tangan kanannya diangkat dan hendak dipukulkan kearah wajah Gua.
Otomatis Gua mundur beberapa langkah sambil tertawa pelan.
"Hahaha... Maaf Mba, iseng aja aku.. Hehehe...", ucap Gua masih terkekeh.
"Kelewatan isengnya!",
"Huh!", ucapnya judes dan bete.
Mba Siska kembali dengan aktifitasnya memasak ayam tadi, dan tidak menghiraukan Gua. Duh Gua malah gagal fokus melihat pesonanya karena daster batik tanpa lengan yang dia kenakan membuat pikiran Gua membayangkan tangan kanannya yang dia angkat tadi menunjukkan mulusnya bagian ketiaknya itu, bak iklan roll-on untuk ketiak, mulus bersih dan menggoda. Syit! Fantasi Gua ngawur hahahaha...
"Mba jangan marah lagi dong", ucap Gua seraya berjalan mendekatinya lagi.
Mba Siska masih diam dan asyik dengan masak-masakannya itu. Kini Gua peluk tubuhnya dari belakang, Gua lingkarkan kedua tangan kebagian pinggangnya, dan oh my goodness... Memang sih rambutnya model potong pendek ala Polcan pada umumnya, tapi masih bisa dan cukup untuk diikat, nah Mba Siska memang sedari tadi sudah mengikat rambut bagian belakangnya itu, otomatis dong leher bagian belakangnya yang putih dengan rambut tipisnya terlihat jelas oleh Gua. Beuh memabukkan benar deh aroma parfum yang bercampur bekas keringatnya itu di hidung Gua, sumpah bukan jorok, tapi membangkitkan gairah loch. Ah Gua cipikaw-cipikiw ah.
Cup.. "Eh.. Ezaa..".
Cupp.. "Isshh, geli Za..".
Cupp.. "Udah Za, aku lagi masak".
Slurpp.. "Ssshh... Aahh.. Zaa". Brrr.. tubuhnya bergetar.
fatqurr dan dany.agus memberi reputasi
2
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..

). 
(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 



: