BAGIAN 5 – LEBIH DEKAT DENGAN KELUARGAKU
Lokasi: Rumah
Waktu: Malam hari
Korban: Nenekku.
Aku berasal dari keluarga sederhana. Anggota keluargaku terdiri dari ayah, ibu, abangku Rian, aku, dan adikku Indra. Ayahku menjabat sebagai supervisor di salah satu perusahaan swasta di kotaku. Ayahku supel, banyak temannya dari kalangan mana saja dan siapa saja, mulai dari tukang becak, sampai direktur perusahaannya. Selain itu, ayahku juga humoris, dan sangat baik kepada orang, tapi harus kuakui dia kurang sabar dalam menghadapi kami anak-anaknya, aku jarang dimarahi tapi abang dan adikku sering terkena marahnya.
Ibuku adalah seorang guru SD yang juga PNS. Sifat ibu justru kebalikan ayah, ibuku ramah dan penyabar, sehingga dia jarang marah, kalaupun sedang kesal, dia hanya diam saja. Kalau bicara tentang aku, dan saudara-saudaraku, kami semua memiliki selisih usia tiga tahun.
Saat kami pindah ke rumah dinas ini pertama kali, abangku sekolah SMK di luar kota, tapi dia akhirnya pindah ke kota yang sama dengan kami, entah untuk alasan apa. Aku cukup bersyukur berada di keluargaku, karena orangtuaku bersikap cukup demokratis dan mereka terbiasa membicarakan dulu keputusan yang menyangkut semua anggota keluarga.
Suatu ketika, nenekku (ibunya ayah) berkunjung ke rumah dinas untuk pertama kali, kesan pertama yang dia berikan adalah, rumah dinas kami sangat luas. Malam pun tiba, aku meminta nenek untuk tidur di kamarku, tapi nenek menolak karena dia tidak suka dinginnya AC. Aku menawarkan untuk mengecilkan suhu kamarku tapi dia bersikukuh tidur di ruang TV ditemani si Mbok.
Besok pagi, saat sarapan, nenek meminta untuk diantarkan ke rumah bibiku (adik ayah). Kedua orangtuaku bertanya kenapa hanya menginap semalam, padahal rencana awal dia, dia akan menginap selama tiga hari tapi nenekku tetap ingin menginap di rumah bibiku saja. Siang hari, nenekku akhirnya diantarkan ke rumah bibi.
Ketika kami sampai ke rumah bibiku (yang sebenarnya rumah yang keluargaku tempati dulu, namun menurut ayahku lebih baik ditempati adiknya daripada harus dikontrak orang lain), nenekku mulai bercerita:
Quote:
Nenek: Saat tengah malam, nenek mencoba tidur, si Mbok sudah tidur pulas lebih dulu, namun nenek mendengar suara dari dapur dan meja makan
Aku: Suara apa nek memangnya?
Nenek: Suara toples di atas meja makan dan wajan di dapur yang diketuk, berbunyi “Tok….tok….tok….”, dan “Srreettt…sreettt….sreettt….” dan bukan seperti suara hewan yang lewat atau seperti itu, tapi lebih seperti….. dengan jari dengan kuku panjang. Nenek tidak bisa tidur dan hanya berselimut saja tidak berani melihat.
Aku sendiri merinding mendengar cerita nenekku dan tidak tahu harus berkata apa.