- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Manusia Sayur
...
TS
shagy99
Kisah Manusia Sayur
Welcome To My Thread
Halo agan dan sista

Ini pertama kalinya ane nulis di subforum SFTH
biasanya ane ngejajal dilounge 
Bahkan akhir akhir ini cuma jadi SR HT doang karena ga ada waktu untuk nulis thread

Tapi kali ini, ane punya sebuah kisah yang menceritakan tentang pengalaman hidup ane. Pengalaman ketika bertemu sama seorang manusia sayur.
Kenapa ane nyebutnya manusia sayur? Ah agan dan sista baca sendiri aja kisahnya deh

Cerita ini akan ada beberapa part dan ane akan mencoba supaya gak kentang dalam menulis cerita ini.
Kalo dalam penulisan agan dan sista merasa ada yang kurang sreg. Mohon maaf karena saya newbie di subforum SFTH ini
Iyak langsung aja gan kita mulai ceritanyaaaa. Selamat menikmati

Quote:
Quote:
Quote:
FAQ
Q : Nama ente sebenernya siapa sih? Kok di Cerita ada Cita, Bonet, Adit?
A : Ane kalo di luaran biasa di panggil Cita, kalo di keluarga di panggil Adit, dan Bonet itu nama di kantor. Asal usulnya baca aja "Perkenalan TS" di atas.
Q : Apa rasanya dari Non - Vegetarian terus berubah jadi vegetarian?
A : Awalnya susah. Tapi, lama - lama terbiasa sih

Q : Ini cerita terjadinya kapan?
A : Tebak aja sendiri dari beberapa kalimat yang ane taruh disini

Q : Updatenya tiap kapan gan?
A : Tiap hari Sabtu atau Minggu yang jelas. Kalo hari biasa mungkin ada sedikit update
tapi, akan diusahakan seminggu dua kali 
Q : Kentang gan !
A : Kentang juga bagian dari sayur kan gan?

Q : ... (reserved for update)
A : ... (reserved for update)
Quote:
INDEX
Quote:
Quote:
Quote:
Biar ane makin semangat nulis. Boleh lah agan bagi cendolnya 
Minimal kasih bintang 5 aja nih ke trit ane

Minimal kasih bintang 5 aja nih ke trit ane

Quote:
Akhir kata
Salam Sayur !
Salam Sayur !

Diubah oleh shagy99 13-05-2018 23:00
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
134.1K
Kutip
753
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
shagy99
#411
Quote:
Motivasi
Gue memulai hari gue seperti biasa. Mandi, sarapan, lanjut berangkat kerja. Gue selalu memanfaatkan kendaraan umum. Kenapa gue lebih memilih begitu? Alasannya tentu aja biayanya lebih murah dan selama perjalanan di busway gue bebas berpikir tentang apa yang bakal gue tulis sebagai konten hari ini dan meneliti trend apa yang sedang terjadi di masyarakat. Gue biasanya memanfaatkan forum tercinta kita. Kaskus. Kaskus selalu jadi inspirasi gue dalam mencari konten yang segar. Pagi itu gue lagi asyik melihat – lihat Hot Thread Kaskus. Tiba – tiba gue menyadari sesuatu. Gerakan tangan gue pun berhenti di satu artikel.
“Lah, ini id secondary gue dan ini kan tulisan yang ada promosi event kantor gue” gumam gue.
Layar handphone gue pun beralih ke percakapan Whatsapp. Gue mencari kontak Aldi.
“Di, HT nih lumayan. Orang – orang bakal aware tentang event kita” ketik gue di WA.
“Wanjir. Jago juga lu. Tapi, masih ada stok lain kan yang belom di lempar ke Kaskus?” balas Aldi
“Ada sih beberapa” kata gue singkat.
“Lempar gih dah. Sikat” balas Aldi.
“Okee. Santaai”
Gue pun kembali melanjutkan aktivitas gue membaca Hot Thread Kaskus sembari melihat – lihat thread dengan view terbanyak di Lounge. Gak lupa mampir dikit ke Thread BB biar mata segar. Hehehe. Busway yang gue tumpangi pun sampai di tujuan dan gue turun. Gue pun melanjutkan berjalan kaki ke kantor. Ya, gue bakal menjalani hari – hari seperti biasa.
Hari pun berlalu dengan cepat dan gue udah melempar beberapa artikel ke Kaskus dengan cara creative writing. Kalian gak akan sadar kalo dalam artikel itu. Gue sedang mempromosikan sesuatu dan kalian akan tertarik untuk membukanya atau mengikuti acara tersebut. Itu adalah salah satu tugas dari content writer macam gue. Tapi, tenang. Thread Kisah Manusia Sayur ini gak ada maksud buat kayak gitu kok. Setelah 3 hari lewat. Gue di kagetkan dengan Aldi yang datang dan memaki gue.
“ANJIR LU YEEE” kata Aldi tiba – tiba setelah baru sampai kantor dan menaruh tasnya di mejanya yang terletak di sebelah meja gue.
“Apaan dah? Ta*” balas gue santai.
“Eh g*blok. Sejak kapan lu latihan creative writing?” kata Aldi
“Kaga pernah latihan gue b*ngsat. Emang kenapa dah?” tanya gue penasaran.
“Lu gak baca HT Kaskus 2 hari ini?” tanya Aldi.
“Nggak, gue lagi baca Webtoon. Kenapa emang?” kata gue polos.
“Thread lu masuk HT njeng. Berarti sekarang hitungannya 3/5. 5 dari thread lu, 3 diantaranya itu HT. Itu udah ningkat pesat Net. Gue juga kaget sih liatnya dan gaya tulisan lu udah beda jauh setelah gue telusuri. Gue pikir lu belajar dimana gitu” kata Aldi panjang lebar.
“Hah? Gue mau belajar darimana lagi kalo bukan dari lu. Tolo*. Mana ada gue belajar nulis dari orang lain. Sisanya gue ya improvisasi sendiri” balas gue sengit.
“Iya juga yak ler. Berarti gue keren dong” kata Aldi dengan nada sombong.
“Serah lu ler” balas gue sambil tertawa.
Tenang, gue dan Aldi udah biasa memaki satu sama lain. Kayak yang udah gue pernah ceritakan sebelumnya. Gue dan Aldi kalo ngomong bukan kayak bos dan anak buah. Percakapan kita justru kayak teman sepermainan. Justru dengan cara Aldi ngomong kayak gitu. Berarti dia lagi memuji perkembangan gue. Gue melihat layar handphone gue dan ternyata teman lama gue meminta tolong untuk membenahi skripsinya lagi. Gue pun membuka layar percakapan messenger khusus kantor gue dan mencari kontak Vina.
“Bareng ye pulang. Aku nginep di temenku” ketik gue di messenger
“Iyak. Gak lembur kan? Aku mau pulang cepet” balas Vina.
“Langsung pulang kitaa. Ngebuuttt” kata gue lagi.
“Busway aja yuk yuk yuk. Aku mau lihat – lihat jalanan” kata Vina
“Bebas tuan putri” balas gue dengan emoticon membungkuk memberikan hormat.
“Awas ya lembur. Ku jewer nanti” kata Vina dengan emoticon marah
“Iyee bawelllll” balas gue singkat.
Gue melalui hari itu dengan percakapan santai dengan Aldi. Itu yang gue suka ketika gue bekerja dengan Aldi. Orangnya santai dan paling enak di ajak diskusi. Kita diskusi bisa dimana aja. Di kantor, di pantry, di kantin, bahkan bisa di pinggir jalan sambil minum kopi dari abang – abang kopi keliling. Dengan obrolan santai gini, gue bisa lebih membuka wawasan gue tentang konten. Gue bisa belajar banyak dari dia. Gak berasa jam pulang kantor pun tiba dan gue pun bersiap – siap untuk pulang.
“Yuk” Vina tiba – tiba di depan meja gue sambil menguncir rambut panjangnya.
“Ciyeee mau ngapain Vin ama Bonet?” tanya Aldi
“Pulang bareng” kata Vina lagi sambil membetulkan poninya.
“Bisa aja lu emang nyet” kata Aldi sambil menepuk bahu gue.
“Biji mata lu meledak” kata gue sambil beranjak dari kursi.
“Vina, awas tau kalo kamu ketiduran. Nanti di apa – apain Bonet” kata Aldi lagi
“Ngeres banget otak lu ler” dengus gue.
“Gaak. Kak Cit gak pernah gitu. Kak Aldi nih emang ya dasar” balas Vina sambil tertawa.
“Udah Vin jangan di ladenin. Balik yee gengs” kata gue pamit ke anak – anak kantor dan Aldi.
Gue dan Vina pun berjalan ke halte busway. Sambil berjalan gue pun membuka percakapan antara gue dan Vina.
“Vin, ternyata udah beberapa tulisan aku yang HT loh” kata gue ke Vina.
“Oh yaa? Mau liat dong” kata Vina penasaran.
“Nih” gue membuka aplikasi Kaskus Mobile di handphone gue dan memberikannya ke Vina.
Vina membaca thread gue dengan seksama. Hampir beberapa kali dia nabrak tiang listrik karena baca sambil jalan. Tapi, dengan sigap gue tarik lengannya supaya gak nabrak.
“Ntar aja kenapa bacanya kalo udah nunggu busway. Jangan sambil jalan juga” kata gue kesal
“Sssst” Vina meletakan telunjuknya di bibir.
Ketika sampai di halte busway, Vina mengembalikan handphone gue. Kita berdua pun bergegas masuk ke busway.
“Komentar Kak Aldi apa?” tanya Vina dengan mata berbinar.
“Dia bilang skill aku meningkat pesat sih” kata gue sambil menggaruk kepala gue yang tidak gatal.
“Tuuh kaan apa ku bilaaanggg. Kak Cita itu lebih hebat daripada yang Kak Cita kira” Vina terlihat bersemangat.
“Gak juga aah. Mungkin ini hoki” balas gue tersipu malu
Mata Vina menerawang jauh ke tingginya gedung – gedung Jakarta.
“Kak Cita. Akhirnya aku tahu kenapa Kak Cit seneng nulis” kata Vina
“Kenapa?”
“Dengan nulis Kak Cita bisa jadi diri Kak Cita sendiri. Lebih bebas berekspresi juga. Kelihatan dari tulisan Kak Cit itu” Vina memandang gue lekat – lekat.
“Iya mungkin Vin. Dulu aku kalo kesal atau apa. Aku selalu melampiaskannya dengan nulis. Biasanya dulu di blog aku sih” gue menghela nafas.
“Terus ikutin passionmu Kak Cit. Aku yakin Kak Cita bisa lebih dari ini” kata Vina lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari gue.
“Ya, mungkin” balas gue singkat.
“Dengan melihat tulisan Kak Cit tadi. Aku jadi membayangkan. Kak Cit bisa jadi Head Content kayak Kak Aldi. Atau gak posisi kalian bisa setara nanti. Kalian berdua plus Kak Dwi itu tim konten yang hebat. Tinggal menunggu waktu. Aku percaya itu. Jadi, jangan nyerah Pak. Aku ingin melihat Kak Cita di tingkat itu” Vina meninju dada gue pelan.
“Makasih Vin” balas gue sambil tersenyum.
“Sama – sama, mas yang nggak percaya diri” kata Vina sambil tertawa lebar.
“Heh ! Kelakuaanmu yaaaa” kata gue sambil menarik kuncir rambut Vina hingga rambutnya setengah tergerai kembali.
“Heh jangan ih udah capek – capek nguncir rambut juga nih. Lepas lagi deh” Vina manyun di depan gue.
Tak lama kita berdua kembali tertawa bersama. Gue benar – benar menikmati hari – hari gue setelahnya. Apalagi ada Vina yang selalu support gue dan gue juga selalu support Vina ketika dia butuh bantuan. Semuanya berjalan sangat manis. Sampai ketika hari itu datang, hari dimana kebimbangan hati makin memuncak.
0
Kutip
Balas


