*Uhukk uhuk . . . aku tersedak karena kaget mendengar ucapan om Agus.


Aku memang belum memikirkan sejauh itu. Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dulu. Tapi aku teringat ceramah yang diberikan pak ustadz Iman padaku, jika kita tertarik pada seorang wanita, alangkah lebih baiknya segera nikahkan untuk menghindari zina. Tapi di usiaku sekarang, mau dikasih apa istriku dan anakku nanti. Aku saja terkadang masih membenani orang tua.



Setelah selesai makan, aku pergi ke teras rumah sambil menunggu hujan reda. Aku menatap kosong ke arah langit di malam itu. Seketika itu Anna menghampiriku



Tak lama hujan semakin mereda, sampai akhirnya hujan telah berhenti. Akupun bersiap-siap untuk pulang kerumah sambil meminta tolong Anna untuk mengambilkan bajuku.



Waktu berlalu, malam semakin larut, aku berpamitan pada tante Lia dan om Agus untuk pulang. Keesokan harinya, aku bersiap untuk pergi ke kampus. Aku teringat bahwa kemejaku masih disimpan dirumah Anna. Sementara kemejaku yang lainpun sedang dicuci. Apa yang harus aku kenakan? Masa iya pake kaos, di kampus tidak diperbolehkan menggunakan kaos, meskipun kaos yang memiliki kerah.



Aku berjalan keluar, waktu menunjukkan jam 6.20 Anna datang sepagi ini? Untuk apa?



Akupun membuka bingkisan yang dihiasi dengan banyak sekali gambar hello kitty. Dan isinya ternyata sebuah baju. Sebuah kemeja polos berwarna merah maroon. Ya Allah . . . semua seolah dimudahkan, dimana aku sedang membutuhkan kemeja, Anna datang.



Akupun masuk, dan kemeja pemberian ini langsung aku pakai untuk kuliahku hari ini. Kemeja berwarna merah maroon lengan panjang, dengan celana berwarna hitam dan sepatu casual berwarna merah maroon juga. Setelah itu, aku keluar menghampiri Anna setelah berpamitan pada kedua orang tuaku, tentunya juga dengan Karna adikku.



Kami berduapun jalan menuju rumah Sari, sampai pada akhirnya, belum tiba disana, aku melihat seseorang yang tak aku kenal sedang berdiri didepan rumah Sari sambil memegang dan memandangi setangkai mawar berwarna merah. Leo? Bukan . . . aku memang tak mengenalinya.



Seketika itu aku kembali ke rumah mengambil motorku yang kutinggalkan dan berangkat menuju kampus. Pikiranku terus terpaku pada pria yang ada di depan rumah Sari tadi. Siapa dia? Apa dia pacar Sari?



Setibanya kami di kampus, Anna berniat menungguku di mushola yang ada difakultas tempatku belajar. Seketika itu, aku menuju kelas yang ada di lantai dua. Aku terus kepikiran dengan Sari. Apa aku benar-benar cemburu? Aku bukan siapa-siapa Sari. Saat jam istirahat, aku dan Anna sudah janjian untuk bertemu di kantin fakultas sebelumnya.


Dengan sengaja aku melewati kelas Sari hanya ingin mengetahui apakah dia ada atau tidak. Namun saat aku hendak melewatinya, aku melihat Sari sedang mengobrol bersama seseorang, dan orang itu adalah lelaki yang tadi pagi aku lihat. Mereka terlihat bercanda bersama, saling tertawa. Saat aku melewati mereka, Sari menyapaku, tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman kemudian pergi.


Hati ini terasa sedikit sakit melihat mereka. Aku memang tak dapat membohongi perasaanku diri sendiri bahwa aku memang cemburu dengan mereka. Saat aku tiba di kantin, aku mencari-cari Anna. Dan pandanganku terpaku pada seorang wanita berkrudung merah sedang mengobrol dengan seorang lelaki. Aku menyadari bahwa itu adalah Anna. Baru saja merasa panas karena melihat Sari, kini Anna yang memang kekasihku sendiri.



Anna bangkit dari tempatnya dan menghadangku yang sudah mulai emosi Anna mendorongku hingga aku mundur beberapa langkah



Rendypun langsung beranjak pergi dari kantin. Banyak pasang mata melihat ke arahku. Anna mengajakku ke tempat yang tidak terlalu ramai. Aku berjalan sambil terus menghadap kebawah dan memegang kepalaku. Anna yang sedari tadi menggandeng tanganku tak kunjung bicara hingga kami berada di taman fakultas sebelah.



Saat aku melirik ke arah Anna, ia tersenyum sambil menatapku. Meleleh aku melihat kecantikannya, ketika itu emosiku tiba-tiba mereda. Yaah . . . subhanallah sekali.