Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#1403
PART 20


Satu minggu lagi Gua akan kembali menjalani dunia perkuliahan, waktu kok cepat berlalu banget ya, baru saja kemarin lebaran, sekarang sudah harus menyiapkan kepindahan ke ibu kota. Ya, Gua memilih untuk kost di dekat kampus, sesuai saran Ayahanda dan juga teman kampus Gua. Setelah kami dua hari lalu telponan, teman kampus Gua itu hari ini mengajak Gua untuk melihat-lihat kost-an milik Orangtuanya.

Kini Gua sedang menuju ke ibu kota, ke kampus lebih tepatnya, bukan karena sudah mulai kuliah lagi, tapi...

"Hai Za..".

"Hai, lama ya nunggunya ?".

"Enggak kok, baru aja lima menit disini hehe..",
"Eh mobil baru nih ? Ciieee.. Keren banget Za..".

"Ah ini punya Bokap kok, bukan punya aku.. hehehe..".

"Hmm.. Tapi tetep aja keren",
"Eh, mau langsung liat tempatnya ?".

"Boleh.. Jauh gak ?".

"Enggak kok, kamu ikutin motorku aja ya, masuk mobil kok tenang aja..".

Kami pun bergegas kembali ke kendaraan kami masing-masing, meninggalkan area depan kampus.

...

Singkat cerita Gua mengikuti perempuan yang membawa motor di depan itu dengan si Black yang Gua kendarai. Ternyata tempat yang ingin dia tunjukkan benar-benar dekat, hanya butuh waktu kurang dari 15 menit kami sudah sampai, malah kalau Gua membawa motor bisa lebih cepat.

"Ini Za tempatnya", ucapnya ketika kami berdua sudah berada di depan gerbang sebuah kost-an.

"Nanti mobil boleh di parkir di dalam ?", tanya Gua.

"Boleh lah, ayo masukkin mobilnya..", jawabnya,
"Tuh, disana area parkirnya Za..", lanjutnya seraya menuju area di dalam kosan.

Gua pun memarkirkan si Black diantara mobil lainnya. Setelah kembali turun dari mobil, Gua menyapu pandangan ke sekitar area parkiran ini. Gile, ini kost-an macam apa ya, kok ada mobil dan motor yang keren-keren, apalagi tempatnya gede banget, bayangin aja kost-kostan 40 pintu dengan 2 lantai, lantai dasar ada 20 kamar, lantai 1 ada 10 kamar sama dengan lantai 2. Nah dibawah ini (di lantai dasar) ada area lapang ditengah-tengah, karena bentuk bangunan kost-an letter 'U', dan area lahan parkir agak ke sisi kanan dari gerbang.

Gua pun kembali ke dekat pintu gerbang kost-an, dimana teman perempuan kampus Gua masih menunggu. Kami berjalan menuju salah satu kamar di lantai dasar ini, Gua mengekor dari belakang dan langkahnya terhenti di depan sebuah pintu kayu dengan nomor yang tertancap di depannya, bertuliskan angka 20.

"Ini Za kamar yang nanti jadi tempat tinggal kamu..", ucapnya setelah membuka pintu di depannya itu.

Gua tersenyum lalu melongok ke dalam kamar dari ambang pintu.

"Wah Lis, ini ma mewah banget Lis...", ucap Gua benar-benar terkejut melihat isi dalam kamar ini.

Bukan main ini kamar kost-an, Gua gak bohong, ini ma mirip kamar hotel yang minimal kelasnya bintang 3. Ya kali kost-an ada spring bed plus bed cover, AC, Tv Flat, kulkas kecil, meja+kursi belajar sama kamar mandi di dalam. Gua udah yakin sih bakal 'wah', pertama area kostan yang gede dan ada lahan parkir khusus mobil dan motor, kedua ada air mancur juga kolam ditengah-tengah area kost-an, nah yang ketiga nih, kualitas pintu kamarnya, kayu jati. Asli ini bukan kost-an biasa, apalagi di setiap depan kamar (teras) ada bangku dan meja teras walaupun hanya dari bangku besi.

"Lis, jujur sama aku deh..",
"Berapa biaya perbulannya ini kost-an ?", tanya Gua.

"Udah lah gak usah dipikirin, kan aku udah bilang 250 ribu setengah harga, berarti aslinya 500 ribu...",
"Dan 3 bulan pertama kamu gak usah bayar..", jawabnya santai.

"Aku enggak mau kalo gitu..",
"Bohong banget kamu", ucap Gua seraya duduk di kursi besi depan kamar.

"Iih kok marah sih Za..",
"Jangan marah dong...", ucapnya genit sambil memegang kaos lengan Gua.

"Jujur dulu sama aku, berapa biaya perbulannya...", jawab Gua lagi.

"Tapi kalau kamu udah tau harga aslinya, kamu harus tetap kost disini ya..",
"Janji dulu pokoknya...", ucapnya.

"Ya tergantunglah Lis..",
"Kalo biayanya diluar kemampuan ku yaa aku gak berani kost..", jawab Gua.

"Tuh kan! Pokoknya biayanya 250 ribu aja Ezaaaa...", suaranya makin manja.

"Udah sebutin dulu harga aslinya..", cecar Gua.

"Iya-iya-iyaaa..", ucapnya cemberut kali ini.

....
....
....

"Yeee malah diem kamu, berapa Lis ?", tanya Gua lagi karena Lisa masih terdiam.

"1.750...", jawabnya pelan.

"HAH ?!", sontak Gua kaget bukan main mendengarnya.

Kan bener, diatas 1000K. Ah gile si Lisa, yang bener aja Gua cuma bayar 250. Gua pun langsung menolak ngekost disini, tentunya secara halus, Gua mengatakan kalo tabungan Gua bisa habis sebelum waktunya jika sampai selesai kuliah tinggal kost disini. Walaupun Lisa tetap ngotot kalau Gua bayar perbulan hanya 250 ribu.

"Enggak bisa Lis, aku gak enak sama kamu..",
"Apalagi sama Bapak kamu Lis..", ucap Gua setelah kami berdebat cukup lama.

"Kan aku udah bilang daritadi, Bapak tau kok kamu bayar 250 ribu perbulannya, dan Bapak ngijinin, asal kamu enggak bilang ke penghuni kost-an yang lain..", balasnya masih tetap ngotot.

"Gini aja deh Lis, aku mau kost disini tapi cuma sampai semester 2, dan aku bayar full tanpa potongan harga..", ucap Gua akhirnya memberi saran.

"Enggak! Pokoknya enggak full",
"Udah deh Za, kamu tuh dikasih kemudahan kok malah nolak sih ?!".

Lah kenapa jadi dia yang marah. Hadeeuhh perempuaaan-perempuan!.

Sedikit alot akhirnya kami sepakat dengan harga 750 ribu/bulan Gua harus bayar sewa kamar. Dan awalnya Gua berniat membayar lunas langsung satu tahun, tapi lagi-lagi Lisa menolaknya, dia minta Gua bayar perbulan saja setiap akhir bulan. Itupun pembayaran pertama di bulan ke empat nanti, karena tetap saja, Lisa memberikan Gua gratis 3 bulan pertama biaya kost. Ya, Gua bersyukur alhamdulilah diberikan kemudahan dan rejeki lewat Lisa dan keluarganya. Tapi bagaimanapun Gua tau, nanti pada akhirnya selalu ada udang dibalik rempeyek! Heuh!.

"Za, bentar ya..",
"Aku ambil remote AC dulu di rumah, lupa kemarin pas beres-beres kamar ini kebawa hi hi hi hi...", ucapnya.

"Oh oke..",
"Eh iya, rumah kamu jauh dari sini ?", tanya Gua sebelum dia beranjak pergi.

"Lumayan, dibilang jauh juga enggak, dibilang deket juga enggak..",
"Kamu tunggu aja disini ya, aku cuma sebentar kok..", ucapnya seraya kembali berjalan kearah motornya.

Gua masih duduk di depan kamar dan menghisap sebatang rokok. Sedang asyik-asyik menikmati tiap hisapan racun dan memandangi suasana kost-an yang sepi, ada sebuah mobil mewah masuk dan parkir di sebelah si Black. Seorang pria turun dari mobil tersebut, menenteng kantung plastik yang cukup besar dan sebuah tas ransel di punggungnya.

Pria itu berjalan kearah Gua, sedikit Gua memperhatikan dandanannya, yang cukup modis dan berkelas, tapi karena dia sedang menenteng kantung plastik membuat imej-nya sedikit turun dimata Gua hehehe...

"Siang Mas...", sapa Gua ketika dirinya melintas di depan Gua.

"Siang juga Mas", jawabnya sambil tersenyum dan tetap berjalan.

Mata Gua mengikuti langkahnya yang masih berjalan dan ternyata...

"Penghuni baru Mas ?", tanyanya lagi seraya menaruh kantung plastik di depan pintu kamar sebelah kamar Gua.

Ternyata, Pria itu penghuni kamar nomor 19, tepat di sebelah kamar Gua.

"Oh iya Mas, saya calon tetangga baru Mas..", ucapan Gua terhenti.

"Oh, nama saya Wisnu", ucapnya.

Gua pun berdiri dan menghampirinya yang masih merogoh saku jaketnya.

"Kenalkan saya Reza, panggil saja saya Eza..", ucap Gua seraya mengulurkan tangan untuk berkenalan.

Lalu Mas Wisnu menjabat tangan Gua, kemudian setelah menemukan kunci kamar, dirinya pun langsung membuka pintu kamar.

"Fuuh.. pengap nih kamar ditinggalin 2 minggu doang..", ucapnya lalu berbalik kearah Gua,
"Duduk situ yuk Za..", ucapnya lagi sambil menunjuk kursi besi depan kamar Gua.

Kami pun akhirnya duduk di depan kamar nomor 20. Sambil mengeluarkan sebatang rokok, Mas Wisnu kembali mengajak Gua ngobrol...

"Dari mana asalnya Za ?", tanyanya lalu membakar sebatang rokok.

"Saya dari kota xxx...",
"Mas sendiri asalnya darimana ?", tanya Gua balik.

"Saya dari jawa timur...",
"Disini kerja, oh ya dirimu kerja dimana Za ?", tanyanya kepada Gua.

"Saya masih kuliah semester awal Mas, kuliah di xxx situ...", jawab Gua seraya menghembuskan asap rokok dari mulut.

"Hah ?!", dirinya kaget,
"Eh yang bener masih kuliah ?".

"Iya Mas, emang kenapa ya ?", tanya Gua bingung.

"Eh, enggak apa-apa sih..",
"Kalau dilihat-lihat, wajah mu memang masih anak sekolahan..",
"Tapi...", ucapannya terhenti.

"Tapi apa Mas ?", tanya Gua penasaran.

"Ah enggak apa-apa Za.. hehehe.."
"Kamu pasti anak orang berada ya...", jawabnya.

"Ah enggak juga Mas, biasa aja..",
"Ada apa sih Mas ?",
"Saya bingung...".

"Mohon maaf ya sebelumnya Za..", ucapnya sopan,
"Semua penghuni kost-an sini sudah bekerja semua, dan yaaa.. Kamu tau kan biaya kost-an disini berapa ?",
"Makanya saya kaget mendengar dirimu baru masuk kuliah, dan wajarlah kalau saya asumsikan kamu dari keluarga berada...", jelasnya seraya tersenyum kepada Gua.

Ooh ini toh maksudnya, pantes aja Mas Wisnu kaget tadi. Tapi Gua juga tidak kalah kaget mendengar penjelasannya, gimana enggak, Gua dikadalin si Lisa. Dia emang gak bilang sih kalo kost-an milik Bapaknya itu semuanya orang-orang yang sudah bekerja, tapi kan kalo udah gini, Gua juga yang jadi gak enak dan serba-salah. Kesannya Gua orang mampu banget, anak kuliah masuk kost-an elite. Jujur aja, Gua lebih suka kost-an biasa pada umumnya. Dan karena Lisa memaksa lah Gua memilih kost disini, ditambah ada benarnya juga sih, rejeki kok ditolak.

"Emang, bener-bener gak ada anak kuliah yang kost disini Mas ?", tanya Gua.

"Selama ini belum pernah ada Za",
"Makanya saya kaget hehehe...",
"Biaya hidup disini kan mahal Za, apalagi kalau sampai anak kuliah kost disini, kebayang kan tuh biayanya makin gede..", jelasnya.

"Iya juga sih Mas..",
"Ngomong-ngomong, Mas kerja dimana ?",
"Maksud saya di perusahaan apa ?".

"Saya kerja di salah satu perusahaan provider Za..",
"Ya bukan bermaksud apa-apa nih, alhamdulilah saya manager..",
"Kalo saya bukan manager, enggak mungkin saya juga berani ambil kost disini, melarat saya yang ada hahaha..", jelasnya.

Hmmm.. Iya juga sih, Mas Wisnu kalau diperhatikan dandanannya modis, mobilnya juga berkelas, enggak mungkin kalau jabatannya hanya pegawai biasa. Dan obrolan kami pun berlanjut seputar pekerjaan beberapa penghuni kost lainnya. Dari yang pebisnis jual-beli hp (memiliki toko hp lebih dari tiga), yang tinggal di kamar nomor 18 bersama istrinya, lalu ada lagi penghuni kost lainnya di kamar nomor 2 yang seorang lawyer muda, dan kamar nomor 3 dihuni oleh seseorang yang berprofesi sebagai Female-DJ.

Oh ya, kamar Gua bersebrangan dengan kamar no.1, lalu kamar Mas Wisnu yang no.19 bersebrangan dengan kamar no.2, begitu seterusnya hingga kamar no.10 yang bersebrangan dengan kamar no.11 di lantai dasar ini. Oh ya, diantara kamar no.10 dan no.11 ada sebuah dapur, dimana disitu lengkap peralatan memasak sampai ke bumbu dapurnya, bebas siapa saja yang memakai dan menggunakannya asal jangan lupa diganti.

Setelah mendengar sedikit cerita dan informasi soal suasana juga keakraban sesama penghuni kost, Gua menarik kesimpulan bahwa Mas Wisnu hanya dekat dengan penghuni kost yang dia ceritakan tadi, sisanya solo karir, alias kurang bersosialisasi, ya wajarlah, namanya juga kerja dan mungkin sibuk.
Jadi sampai kost-an hanya istirahat, begitu kata Mas Wisnu.

Gua sempat menanyakan siapa penghuni kost-an kamar no. 1 yang letaknya tepat bersebrangan dengan kamar Gua. Dan jawabannya cukup membuat Gua terkejut...
Mas Wisnu bilang, kamar no.1 dan kamar yang baru Gua tempati, no. 20 ini tidak disewakan, alias kosong. Lalu Mas Wisnu menjelaskan lagi bahwa khusus kedua kamar tersebut sebenarnya diperuntukkan kepada pemilik/keluarga yang memiliki kost-an. Maksudnya kamar no.1 dan no.20 khusus dihuni oleh sang pemilik kost-an jika sedang menginap ke sini.

Lah, padahal kata si Lisa rumahnya kan gak gitu jauh ke kost-an ini, masa sih pakai menginap segala kalau lagi ke sini. Selidik punya selidik, ternyata kata Mas Wisnu lagi, pemilik kost-an ini tinggal di Semarang! What the hell ?! Wah kebangetan si Lisa. Gua harus minta penjelasannya nanti.

"Ya sudah Za",
"Saya pamit dulu ke kamar ya, mau istirahat dan beres-beres nih, biasa abis mudik...", ucapnya seraya berdiri.

"Oh oke Mas, makasih nih perkenalan dan informasinya hehe...", jawab Gua.

"Santai aja, kita kan bakal sering ketemu sebagai tetangga kost..".

...

Tidak lama kemudian Lisa pun datang dan menghentikan motornya tepat di depan teras kamar. Hmm.. Lama juga dia.

"Maaf ya Za lama, tadi aku cari dulu remote-nya..", ucapnya sambil berjalan mendekati Gua.

"Enggak apa-apa Lis, aku juga nyantai kok..", jawab Gua.

"Yuk Za masuk..", ajaknya lalu masuk ke dalam kamar.

Gua duduk di kursi belajar. Memperhatikan sekeliling ruangan yang akan Gua tempati untuk beberapa waktu ke depan. Lisa menyalakan AC, lalu duduk diatas spring-bed.

"Gimana Za ? Nyaman kan ?", tanyanya tersenyum kepada Gua.

"Nyaman, bakal betah kok...',
"Makasih banyak ya Lis atas bantuannya", jawab Gua.

"Seneng aku kalo kamu suka",
"Sama-sama Ezaa..", semakin merekah saja senyumannya.

"Lis..".

"Ya Za ?".

"Ada hal yang perlu aku omongin sama kamu soal kost-an ini..".

Gua ceritakan obrolan Gua dengan Mas Wisnu tadi kepada Lisa, cukup sedikit terkejut wajahnya ketika cerita Gua sampai kepersoalan pemilik kost yang tinggal di Semarang. Lisa pun menjelaskan bahwa memang orangtua dan keluarga besarnya tinggal di sana, sedangkan Lisa bersama keluarga kakaknya yang sudah menikah, tinggal di Jakarta ini. Memang kost-kosta-an ini milik orangtuanya. Lisa dan kakaknya itulah yang menjaga dan menjalankan usaha keluarganya ini. Gua hanya menggeleng pelan soal kejujuran Lisa.

"Maafin aku ya Za..",
"Aku cuma mau bantu kamu aja kok", ucapnya setelah menjelaskan.

"Enggak Lis..",
"Enggak perlu kamu minta maaf, karena kamu enggak salah kok",
"Nah, sekarang aku cuma mau ketemu Kakak kamu, aku takut kalo kamu nanti kena marah soal biaya sewa kamar ini untuk aku..", ucap Gua.

"Za soal biaya kost-an itu aku jujur kok, beneran aku udah bilang sama Kakak, dan dia enggak masalahin..", jawab Lisa.

"Soal gratis 3 bulan pertama ?", tanya Gua lagi.

"Hehehe... Kalo itu aku yang talangin dulu..", jawabnya sambil tersenyum malu-malu.

"Ha ha ha... Dasar kamu tuh ya Lis, ada-ada aja, hehehe..",
"Ya udah nanti temuin aku ke kakak mu ya Lis, aku mau bayar langsung tanpa ada gratisan lagi..",
"Enggak enaklah aku Lis udah dibantu banyak sama kamu nih", jelas Gua seraya tersenyum.

Akhirnya kami pun sepakat untuk menemui Kakaknya setelah makan dulu. Laper lah udah siang belum diisi ini perut. Singkat cerita Gua dan Lisa berangkat ke rumah makan naik motornya maticnya. Selesai mengisi amunisi tenaga, kami berdua pun langsung berangkat lagi ke daerah rumah kakaknya. Hais... Ini komplek perumahan elite coy. Keluarganya memang orang berada nih si Lisa, Gua jadi sungkan.

Kami berdua sudah sampai di depan gerbang rumah Kakaknya yang berlantai 2, di halaman parkirnya tampak dua buah mobil, salah satunya membuat Gua cukup terkesima. Jenis sport-car pabrikan Mitsu-Lancer Evo IV berwarna putih susu yang benar-benar membuat Gua ingin menjajalnya.

"Ayo Za masuk", ucapnya ketika Gua masih berdiri menatap mobil Evo itu.

"Eh iya Lis..", jawab Gua mengikutinya berjalan lagi masuk ke dalam rumah.

Gua, Lisa, Kakaknya (laki-laki) dan istrinya kini berada di ruang tamu rumah ini, Gua dan kakaknya itu membicarakan perihal biaya sewa kost-an, lalu disepakatilah harga 500 ribu/bulan tanpa gratis 3 bulan pertama seperti yang ditawarkan Lisa. Dan langsung Gua bayar selama 6 bulan pertama dimuka. Obrolan pun berlanjut ke hal lainnya, tapi Gua rasa ini obrolan kok malah ngecengin Gua ama Lisa, apa yang Gua pikirin selama ini berarti bener, bukan kepede'an.

"Ya pantes aja Lisa ngebet sama Eza, lah Eza nya cakep gini ya Mas..", ucap Kakak iparnya kepada sang Suami.

"Hahaha... Iya ya, Lisa nya selalu cerita soal Eza ke kami berdua, katanya ada teman satu kelasnya di kampus yang dia suka..", timpal Kakak Lisa melirik ke Gua.

"Iiih apaan sih Kak, malu tau buka kartu ku di depan orangnya", jawab Lisa dengan wajah kesal kepada Kakaknya itu.

Ya kurang-lebih begitulah cengan dan obrolan santai diantara kami berempat. Gua cuma bisa menanggapi dengan senyuman seindah mungkin, padahal ma dalam hati ada yang ganjel. Gimana nanti ini urusannya kalo Lisa berharap lebih, dan udah pasti begitu sih.

Selesai membayar uang sewa kost-an selama 6 bulan dan beramah-tamah, Gua dan Lisa pun pamit karena waktu sudah menjelang sore. Niatnya sih mau langsung balik ke kost-an, tapi sepertinya Lisa tau apa yang ada dipikiran Gua ketika melewati si Evo putih syusyu ini.

"Za..".

"Eh, iya Lis ?".

"Mau test drive ?".

Gua tersenyum lebar, ya kali Gua tolak, gak mungkin Gua menyia-nyiakan menjajal sistem turbochargerdan sistem penggerak all wheel drive, yang ada dibalik mesinnya itu. Dan... rasanya Gua pingin teriak sekencang-kencangnya, mengumpat kesal! Tidak sesuai ekspetasi. Gimana mau nyoba tarikan mesinnya kalo jalanan macet cet cet cet kampeureceeetttt!!!! Syit!.

Sekali lagi, Lisa memang perempuan yang mengerti Gua tanpa perlu bertanya.

"Lain kali Za, malam hari kalau mau test performanya ya, sabar...", ucapnya dari jok sebelah Gua.

"Eh..",
"Ii iya Lis, sorry yak..",
"Keliatan ya aku keselnya, hehehe..", jawab Gua sambil melirik ke tangannya yang membelai lembut lengan kiri Gua.

"Ya udah, kita langsung ke kost-an aja ya..", ucapnya seraya tersenyum teduh kepada Gua.

Gua mengarahkan mobilnya kembali ke kost-an. Selesai memarkirkan mobil, kami pun turun dan berjalan ke kamar no.20.
Sampai di dalam kamar, Gua langsung merebahkan tubuh diatas springbed empuk. Wah adem banget ini kamar ya, untung bangetlah dapet fasilitas kayak gini, harga murah, kamar luas dan lingkungan yang be to the bas...

Gua kembali bangun, duduk diatas kasur ketika Lisa keluar dari kamar mandi.

"Lis, mobil Evo itu punya kakak mu ?", tanya Gua sambil melirik kearahnya di ambang pintu kamar mandi.

"Bukan..",
"Itu punya aku Za", jawabnya, lalu mengusap wajahnya yang basah dengan tisu.

Weis, nih perempuan keren juga selera mobilnya. Anak otomotif nih nampaknyoo...

Lisa pun berjalan menghampiri Gua, berdiri tepat di depan Gua. Gua melirik ke wajahnya dengan mendongakkan kepala.

"Za..".

"Ya ?".

"Mau 'test drive' lagi ?".

Brugh..

Tubuh Lisa kini berada dipangkuan Gua. Kedua tangannya melingkar kebelakang tengkuk Gua. Matanya sayu menatap Gua, kening kami bersentuhan, bibirnya menyunggingkan senyuman.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Spoiler for Test Drive:
Diubah oleh glitch.7 05-04-2017 21:46
fatqurr
kadalbuntingzzz
JabLai cOY
JabLai cOY dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.