- Beranda
- Stories from the Heart
T University 2 (Season 2)
...
TS
anism
T University 2 (Season 2)

Cover Super Keren by Awayaye <Ane minta
> Terima banyak untuk respon positif agan dan aganwati di thread sebelumnya. T University.
Bagi yang belum membacanya. Bisa mengklik judul dibawah ini.
T University
Spoiler for Daftar Isi/Case 1 : Lost Son:
Case 1 Finish
Spoiler for Case 2 : Lativa's Twins Terror:
Case 2 Finish
Spoiler for Case 3 : Arelia And Edward:
Case 3 Finish
Spoiler for Samantha And Mom:
Finish
Spoiler for Case 4 : Johnny Comes Back To China or England:
Case 4 Finish
Spoiler for Case 5 : King Killer's Son:
Case 5 Finish
Spoiler for Case 6 : Losing In A Plane:
Diubah oleh anism 30-05-2019 17:56
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
198
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#47
Lativa Twin's Terror 5 : Love, Threat, And Faith 2
Tidak ada suara sama sekali dari kamar. Ada suara tendangan yang agak lemah.
Entah mengapa Arelia merasa ada yang salah dengan hal itu. Ia pun berlari ke kamar Lativa. Ternyata belum sempat Arelia berkata-kata. Johnny telah membungkam orang yang menindih Lativa.
Ternyata Ia mencoba untuk membekap wanita itu. Tiada ampun bagi orang yang mencoba melukai Lativa. Johnny menundukkan seorang wanita berambut panjang. Namun Ia terkejut saat melihat orang yang di bungkamnya memiliki wajah yang persis dengan pacarnya.
Sementara yang lain membantu Lativa bangkit dan mengambil napas. Arelia menghardik Rativa dengan kasar. Ia menekan pipi wanita itu dengan jari-jarinya. Wajah wanita itu memang persis dengan sahabat mereka. Tapi, Ia tahu apa bedanya. Rativa punya mata yang masih penuh dengan aura pembunuhan hingga sekarang.
“Kamu memata-matainya sejak berapa lama?”, tanya Samantha. Rativa tidak bergeming dan malah tertawa.
“Lativa, kamu hebat sekali. Setelah lari dari takdirmu dengan mengorbankan aku untuk di bakar. Kamu memiliki hidup yang bahagia. Aku tidak akan pernah memaafkanmu!”, teriakan Rativa membahana.
“Aku tidak bermaksud begitu. Kau juga tahu aku menggantikanmu untuk menikahi Pak Tua itu.”, Lativa tidak kuasa membendung air matanya.
“Aku telah menghabisi orang tua kita. Selanjutnya adalah kamu!”, ancam Rativa yang ingin meronta dari pegangan Gerald yang kuat.
Mendengar itu Lativa pingsan. Ia tidak menyangka bahwa Ia tidak akan bertemu lagi dengan orang tuanya. Kali ini sungguh untuk selama-lamanya.
Arelia menjadi tertarik. Ia maju ke depan dan mencoba menatap mata Rativa. Rativa menatapnya penuh benci. Arelia tidak takut. Tepatnya, sebagian dari mereka tidak takut. Mereka telah cukup terbiasa menatap mata seorang pembunuh. Selalu ada dendam dan benci di dalamnya.
Arelia menarik sebuah kursi untuk didudukinya dan mencoba memulai sebuah percakapan.
“Kenapa kamu harus mengubah seluruh penampilanmu jika kamu hanya ingin membunuh Lativa?”
“Aku benci menjadi sama dengannya.”, masih dengan tatapan bengis.
“Dia masih menyimpan kalung kalian.”, ujar Arelia.
“Aku memintanya untuk menyingkirkan semua itu. Karena aku tahu hari ini akan terjadi. Untung kami telah cukup siaga. Samantha menyadari mungkin kamu akan datang. Tapi, dia sangat mencintaimu. Saat itu taruhannya adalah nyawa.”
Rativa terdiam. Air matanya menggantung. Dia melihat kembarannya yang masih belum siuman. Dia tahu bahwa sejak awal Lativa telah sadar kehadirannya. Mungkin Lativa hanya berharap untuk bertemu kembali dengannya. Meskipun Ia tahu taruhannya nyawa. Dia melihat bahwa
Lativa sama sekali tidak melawan saat Ia mencekik Lativa.
Menyadari itu semua, Rativa mundur. Lativa malah menepis bantuan teman-temannya dan memeluk Rativa. Ia telah menemukan saudaranya kembali. Tiada benci, Yang ada adalah haru dan kerinduan mendalam Lativa akan kehangatan keluarga.
Cinta dan Kepercayaan mampu mengalahkan rasa benci.
Case 2 Finish
Tidak ada suara sama sekali dari kamar. Ada suara tendangan yang agak lemah.
Entah mengapa Arelia merasa ada yang salah dengan hal itu. Ia pun berlari ke kamar Lativa. Ternyata belum sempat Arelia berkata-kata. Johnny telah membungkam orang yang menindih Lativa.
Ternyata Ia mencoba untuk membekap wanita itu. Tiada ampun bagi orang yang mencoba melukai Lativa. Johnny menundukkan seorang wanita berambut panjang. Namun Ia terkejut saat melihat orang yang di bungkamnya memiliki wajah yang persis dengan pacarnya.
Sementara yang lain membantu Lativa bangkit dan mengambil napas. Arelia menghardik Rativa dengan kasar. Ia menekan pipi wanita itu dengan jari-jarinya. Wajah wanita itu memang persis dengan sahabat mereka. Tapi, Ia tahu apa bedanya. Rativa punya mata yang masih penuh dengan aura pembunuhan hingga sekarang.
“Kamu memata-matainya sejak berapa lama?”, tanya Samantha. Rativa tidak bergeming dan malah tertawa.
“Lativa, kamu hebat sekali. Setelah lari dari takdirmu dengan mengorbankan aku untuk di bakar. Kamu memiliki hidup yang bahagia. Aku tidak akan pernah memaafkanmu!”, teriakan Rativa membahana.
“Aku tidak bermaksud begitu. Kau juga tahu aku menggantikanmu untuk menikahi Pak Tua itu.”, Lativa tidak kuasa membendung air matanya.
“Aku telah menghabisi orang tua kita. Selanjutnya adalah kamu!”, ancam Rativa yang ingin meronta dari pegangan Gerald yang kuat.
Mendengar itu Lativa pingsan. Ia tidak menyangka bahwa Ia tidak akan bertemu lagi dengan orang tuanya. Kali ini sungguh untuk selama-lamanya.
Arelia menjadi tertarik. Ia maju ke depan dan mencoba menatap mata Rativa. Rativa menatapnya penuh benci. Arelia tidak takut. Tepatnya, sebagian dari mereka tidak takut. Mereka telah cukup terbiasa menatap mata seorang pembunuh. Selalu ada dendam dan benci di dalamnya.
Arelia menarik sebuah kursi untuk didudukinya dan mencoba memulai sebuah percakapan.
“Kenapa kamu harus mengubah seluruh penampilanmu jika kamu hanya ingin membunuh Lativa?”
“Aku benci menjadi sama dengannya.”, masih dengan tatapan bengis.
“Dia masih menyimpan kalung kalian.”, ujar Arelia.
“Aku memintanya untuk menyingkirkan semua itu. Karena aku tahu hari ini akan terjadi. Untung kami telah cukup siaga. Samantha menyadari mungkin kamu akan datang. Tapi, dia sangat mencintaimu. Saat itu taruhannya adalah nyawa.”
Rativa terdiam. Air matanya menggantung. Dia melihat kembarannya yang masih belum siuman. Dia tahu bahwa sejak awal Lativa telah sadar kehadirannya. Mungkin Lativa hanya berharap untuk bertemu kembali dengannya. Meskipun Ia tahu taruhannya nyawa. Dia melihat bahwa
Lativa sama sekali tidak melawan saat Ia mencekik Lativa.
Menyadari itu semua, Rativa mundur. Lativa malah menepis bantuan teman-temannya dan memeluk Rativa. Ia telah menemukan saudaranya kembali. Tiada benci, Yang ada adalah haru dan kerinduan mendalam Lativa akan kehangatan keluarga.
Cinta dan Kepercayaan mampu mengalahkan rasa benci.
Case 2 Finish
Diubah oleh anism 05-04-2017 14:30
0