- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#1326
PART 19
"Maaf..", ucapnya.
Gua hanya bersandar ke jok mobil sambil memandangi teras depan rumah diluar sana setelah menerima tamparannya tadi. Beberapa menit kami saling terdiam, akhirnya Gua pun mematikan mesin si Black yang memang menyala sejak kami sampai daritadi.
"Aku yang minta maaf",
"Maaf udah enggak jujur sama kamu, maaf udah enggak ngertiin perasaan kamu, dan...",
"Maaf untuk sikap memaksa tadi Mba", ucap Gua sambil menatap wajahnya.
Gua genggam tangan kananya yang berada diatas pahanya.
"Maafin aku Mba..",
"Aku janji enggak akan bersikap seperti tadi lagi", lanjut Gua.
Lalu Mba Siska langsung mengecup bibir Gua sekali...
Cup..
"Maafin aku juga udah kasar sama kamu Za..", ucapnya pelan dengan jarak wajah kami yang masih sangat dekat.
Gua hanya terdiam dan menatap matanya, namun Mba Siska tidak balik menatap mata Gua, pandangannya sayu menatap bibir ini, lalu tidak butuh waktu lama untuk bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir Gua...
💋 💋 💋



Lama kami berciuman di dalam mobil, hingga nafas kami memburu. Tangan kirinya sudah meremas rambut belakang Gua sedari tadi. Tangan kanan Gua melingkar kebelakang pinggangnya. Dan akhirnya kami melepas pagutan bibir ini karena sedikit keringat yang timbul di wajah kami berdua menandakan oksigen dalam mobil sudah menipis.
"Za.. huuftt..", ucapnya seraya menyeuka keringat di keningnya.
"Keluar yu Mba..", jawab Gua tersenyum kepadanya.
...
Kami berdua berjalan berdampingan seperti yang sudah-sudah ketika Gua mengantarnya pulang. Mba Siska mengaitkan tangannya ke lengan kiri Gua tapi kali ini tidak menyandarkan kepalanya lagi ke sisi bahu Gua, ya wajarlah, rumah para tetangga masih banyak yang pintunya terbuka.
Ketika kami melewati rumahnya Unang, kedua orangtua Unang sedang bersantai di teras rumahnya, otomatis kami berdua menyapa mereka.
"Punteun Budeh-Padeh..", ucap Gua seraya berjalan pelan bersama Mba Siska.
"Yoo mari Zaa..", ucap Bapaknya Unang.
"Loch ? Le' kamu pacaran toh sama anak'e Pak Rw ?", tanya Ibunya Unang kali ini.
Yaelah, mau enggak mau deh Gua dan Mba Siska berhenti berjalan.
"Eh, euu.. Kita berdua deket aja Budeh..", jawab Gua malu-malu.
"Wah, hebat yo, bisa macari Polw*n kamu tuh..", ucap Ibunya lagi.
"Kapan mau dilamar Le' ?", tanya Bapaknya kali ini.
"Duuh, belum juga lulus kuliah ini Padeh.. Hehehe.. Nantilah..", jawab Gua.
"Oh iya ya, yowes biar jodoh ya Le', enak nanti besanan sama tetangga, deket lagi undangannya hehehe...", ucap Bapaknya lagi.
"Aamiin...", ucap Mba Siska yang mengamini ucapan Bapaknya Unang.
Gua menengok kearah Mba Siska di samping, dirinya tersenyum malu-malu. Tidak lama kami pun pamit, bukannya apa-apa, semakin kepo aja itu nanti pertanyaan. Gua yakin besok gosip sudah menyebar ke seluruh RT/RW nih.
Sekarang Gua sudah berada di teras rumahnya, duduk di bangku kayu. Mba Siska keluar dari dalam rumahnya dengan nampan yang diatasnya tersaji segelas kopi hitam.
"Silahkan sayang..", ucapnya dengan nada suara yang manis sekali.
Wah gile, ada apa gerangan ini, tumben-tumbenan Mba Siska manggil Gua sayang. Ini pertama kalinya dia manggil Gua dengan panggilan sayang. Masa sih cuma karena Gua minta kopi, itupun dia yang nawarin, ah gak nyambung banget. Kemudian sang kekasih pun duduk di bangku kayu sebelah Gua, terhalang meja kayu.
"Makasih ya Mba..",
"Mmm.. Mba..", panggil Gua.
"Iya Eza...", jawabnya semakin manis.
Dan Gua semakin heran, Mba Siska semakin aneh tingkahnya, dirinya tadi menjawab panggilan Gua seraya menyelipkan rambut kebelakang telinganya sambil melirik Gua dengan senyuman manissss sekaleeeh.
Kening Gua berkerut lalu, "Mba, kamu kenapa sih ?".
Mba Siska hanya menggeleng pelan tapi tetap dengan tersenyum kearah Gua. Sumpah deh, Gua bingung kenapa berubah gini sikapnya. Jelas-jelas sore tadi dirinya habis-habisan memarahi Echa dan Gua, apalagi ketika pulang sehabis kami makan, Gua kena tamparannya. Kok sekarang malah manis banget sikapnya, berubah 180 derajat ini ma.
"Mba sumpah ya, aku bingung...",
"Kamu tuh kenapa sih ?",
"Kok jadi mendadak berubah gini ?", tanya Gua to the point.
"Cium dulu...",
"Baru aku kasih tau.. hi hi hi hi..", jawabnya seraya mengerlingkan mata dan tertawa pelan.
Wah... Wah... Wah... Enggak beres ini. Bener-bener enggak beres. Salah makan apa yak nih pacar Gua. Nasi goreng tadi apa yak. Ada apa ini sebenarnya, kalau Gua mesum pasti udah enggak pikir panjang buat nyium dia, tapi masalahnya bukan itu, masalahnya ada yang dia sembunyiin nih, jangan sampe Gua nyium dia tau-tau dia nodongin beceng ke Gua, siapa tau aja tuh beceng nyumput dibalik pinggangnya kan...
"Mba, cukup tadi aku kena gampar ama kamu, perih Mba sumpah..",
"Enggak mau aku kena gampar kamu untuk kedua kalinya..", jawab Gua sambil menggelengkan kepala cepat.
"Ya ampun masih kerasa perih ?",
"Duuuh sayaang kuu maaf yaaa..", ucapnya kali ini sambil bangun dari kursi dan menghampiri Gua.
Gua melotot kearahnya sambil memundurkan tubuh dan bersandar pada bahu kursi di belakang.
"Mba-Mbaa.. Ampun Mbaaa.", ucap Gua ketakutan ketika kedua tangannya mulai mendekati wajah Gua.
Cupp...dikecupnya kening Gua dengan kedua tangannya yang sudah memegangi wajah ini.
Gua yang tadi sudah memejamkan mata karena deg-deg-an kini kembali menatapnya, kali ini Gua tatap wajahnya dengan tatapan melongo. Mba Siska tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Aaarggghh... Kenapa sih dia ? Kok aneh banget.
"Mba kamu kenapa ?", tanya Gua pelan.
Mba Siska malah duduk dipangkuan Gua, lalu kedua tangannya melingkar kebelakang leher Gua, kini kening kami sudah bersentuhan, sangat dekatlah jarak wajah kami berdua.
"Za..", ucapnya pelan.
"Ya Mba ?".
"Aku sayang kamu..".
"Aku juga sayang kamu Mba..".
"Aku seneng waktu tadi Padeh (menyebutkan nama Bapaknya Unang) mendo'a kan hubungan kita".
Oh ternyata ini toh yang membuatnya jadi berubah manis dan baik banget sama Gua. Pantes aja setelah Bapaknya Unang selesai mengucapkan kalimatnya, Mba Siska langsung mengamini ucapan Beliau dengan cepat.
"Seseneng ini kamu Mba ?".
"Semakin banyak yang mendo'a kan hubungan kita, semakin bagus kan Za ?",
"Kamu seneng gak ?", tanyanya.
Gua mengangguk lalu tersenyum, tapi Gua pun menelan ludah, gimana enggak, ini perempuan berarti minta di... di... di Halalin juga! Oh GOD pleaasseee...
"Mba, malu atuh Mba, tar Bapak ama Ibu kamu keluar berabe ini urusannya...",
"Ngeliat anaknya duduk diatas pangkuan manusia tertampan se-seantaro jagat raya...", ucap Gua lalu terkekeh.
Kyuuuttt... Pipi Gua dicubit gemas... mas... mas.. maassss.
"Ha ha ha ha...",
"Kamu tuh pede banget siiiihh..", ucapnya lalu mencubit hidung Gua pelan.
"Hehehe... Tapi masa iya kamu mau sama aku kalo akunya gak cakep gini..",
"Iya enggak iya enggak ?", tanya Gua menggodanya seraya menaik-turunkan alis.
"Iya", ucapnya cepat, lalu...
Cuuppp...
Muuaccchh..
Ooolaalaaaaa... She kiss me again... again... again.. again.. and so long and hot... Indahnya ini malam.
"Cape Mba ?", tanya Gua seraya tersenyum ketika pagutan bibirnya sudah terlepas.
Mba Siska hanya tersenyum malu-malu dengan nafas yang terengah-engah. Dan..
Cup
Cup
Cup
Tiga kali dia mengecup bibir Gua. Kanmaeeenn... Huahahahaha. Insane! I'm insane! Bodo ah ke gep tetangga atau Bapak Rw sekalian!
Gua kaitkan satu lengan ke tengkuknya, lalu menariknya agar wajahnya kembali mendekati wajah Gua. Dia harus tau, kalau laki-laki yang bernama Agatha ini World Class untuk urusan french-kiss. Gua tidak buru-buru mencium bibirnya, Gua condongkan wajah ke sisi kanan, dan wajahnya condong ke sisi kiri, Gua tiup pelan bibirnya lalu dia tersenyum dan langsung menerjang.. sayang Gua lebih cepat menghindari sergapan bibirnya, Gua pun terkekeh pelan.
"Iiihh.. Ezaa!", ucapnya pura-pura kesal.
"Kenapa ?", tanya Gua dengan nada menggoda.
"Tau ah!
"Bete..".
Gua dekatkan lagi bibir ini, lalu..
Slrup.. Gua julurkan lidah menjilat pelan bibir bawah dan atasnya lalu memundurkan wajah lagi.
"Aaaaahh Eza!!",
"Nyebelin!".
"Ha ha ha ha ha...",
"Nyerah ?".
Mba Siska mengangguk dengan wajah cemberut. Gua dekati sisi wajahnya lalu berbisik menggoda tepat di telinganya.
"Ucapin sekali Mba..", bisik Gua.
"Kiss me.."
"Please..".
.
.
.
.
.
Done.
Udah enggak usah dijelasin ya. Cuma kissing aja kok. Apalah cuma bibir yang basah banget, nafas terengah-engah, dan rambut Gua acak-acakan dijambaknya. Huahahahahaha...
***
Kembali ke waktu dua minggu setelah kejadian diatas.
Gua sedang memacu si Black dengan kecepatan sedang di jalan tol siang hari ini. Kacamata hitam yang baru saja dihadiahkan oleh seorang perempuan yang duduk di bangku samping Gua itu sudah Gua kenakan dari mulai kami berangkat saat di rumahnya. Katanya, kata sosok perempuan itu, tingkat ketampanan Gua naik beribu-ribu kali lipat, huahahahah...
Singkat cerita kami sudah berada di salah satu mall ibu kota. Sempat dirinya meminta Gua tetap memakai kacamata, tapi Gua tolak mentah-mentah, kayak orang udik aja Gua pake kacamata hitam di dalam mall, malu kali.
"Za, kita ke lantai 3 ya..", ucapnya ketika kami sedang berjalan.
"Oke..",
"Emang udah pernah kesini ?", tanya Gua ketika tangannya terkait ke lengan Gua.
Dirinya hanya menggeleng pelan seraya tersenyum kepada Gua.
"Aku cuma direkomendasiin temen kampus aja, katanya salon disini bagus hasil perawatannya...", ucapnya setelah kami berada di dalam lift.
Oh syit! Kejadian juga Gua harus jadi gedebog pisang, gimana enggak coba, Gua bete banget udah satu jam nungguin dirinya nyalon! Derita amat ini hari...
Gua bangun ketika sebuah tepukkan pelan di tangan Gua semakin terasa. Yap, Gua ketiduran di sofa untuk tamu salon.
"Heum ?", ucap Gua seraya mengucek-ucek mata.
"Hi hi hi hi...",
"Maaf ya sayang sampe ketiduran nungguin aku..", ucap seorang perempuan cantik yang semakin cantik aja setelah nyalon. Btw, sebenarnya ke salon bukan untuk potong rambut sih, lebih ke perawatan wajahnya.
"Udah selesai ?".
"Udah, baru aja beres".
"Kirain bakal dibangunin pas ni Mall tutup...", ucap Gua sambil bangun dari sofa.
"Iiih bete yaaa..",
"Maafin yaa hehehehe...", balasnya lalu mengaitkan tangannya ke lengan Gua.
Kami berdua mengelilingi Mall ini, sekarang kami sudah berada di salah satu butik, ya ya yaaa.. Sekarang saatnyalah dirinya belanja busana pakaian untuk menambah koleksi dalam lemari bajunya. Gua hanya menjadi komentator dadakan ketika dirinya menunjukkan beberapa pilihannya kepada Gua.
"Yang ini bagus gak Za ?", tanyanya mengangkat salah satu busana yang berada di tangan kanannya.
"Bagus kok..".
"Bagus mana sama yang ini ?", kali ini diangkat busana pada tangan kirinya.
"Eumm...",
"Yang kanan deh..",
"Warnanya lebih adem diliat..".
"Masa sih ?",
"Kayaknya yang kiri ini lebih cocok deh warnanya sama aku Za..".
"Oh, iya sih, warna yang kiri kamu banget...",
"Ya udah yang kiri bagus...".
"Kamu tuh plin-plan deh Za",
"Aku minta saran malah bilang yang ini bagus, yang itu bagus..",
"Heran aku!".
Sehat Non ? Sehatlah ya...
...
Dua kantung belanjaan sudah ada di genggamannya, kini waktunya kami makan siang di sebuah resto yang masih berada di dalam mall ini. Menu japanese food menjadi pilihannya, beberapa hidangan sudah tersaji diatas meja makan resto di depan kami setelah menunggu selama 10 menit lamanya.
"Nih, cobain deh..", ucapnya seraya menyumpit sebuah udang yang dibalut oleh tepung goreng.
"Apaan ini ?",
"Gorengan ?", tanya Gua sambil melirik makanan.
"Hi hi hi hi... Iya bisa disebut gorengan Za..",
"Celupin dulu ke kuah di mangkuk kecil itu Za..", ucapnya menunjuk ke sebuah kuah berwarna gelap seperti kecap cair.
Gua pun mencoba makanan tersebut, dan...Hmmpp.. Enak sih, tapi emang rasanya kayak gorengan. Kuahnya itu manis-asin, ada rasa kaldu ikannya.
"Nih, masih ada yang ini Za..",
"Sayurannya di goreng tepung juga..", ucapnya lagi seraya mengambil makanan lain.
"Ini namanya apa ?".
"Tempura Za", ucapnya lalu tersenyum dan menyuapi Gua.
.........
Gua hanya bersandar ke jok mobil sambil memandangi teras depan rumah diluar sana setelah menerima tamparannya tadi. Beberapa menit kami saling terdiam, akhirnya Gua pun mematikan mesin si Black yang memang menyala sejak kami sampai daritadi.
"Aku yang minta maaf",
"Maaf udah enggak jujur sama kamu, maaf udah enggak ngertiin perasaan kamu, dan...",
"Maaf untuk sikap memaksa tadi Mba", ucap Gua sambil menatap wajahnya.
Gua genggam tangan kananya yang berada diatas pahanya.
"Maafin aku Mba..",
"Aku janji enggak akan bersikap seperti tadi lagi", lanjut Gua.
Lalu Mba Siska langsung mengecup bibir Gua sekali...
Cup..
"Maafin aku juga udah kasar sama kamu Za..", ucapnya pelan dengan jarak wajah kami yang masih sangat dekat.
Gua hanya terdiam dan menatap matanya, namun Mba Siska tidak balik menatap mata Gua, pandangannya sayu menatap bibir ini, lalu tidak butuh waktu lama untuk bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir Gua...
💋 💋 💋



Lama kami berciuman di dalam mobil, hingga nafas kami memburu. Tangan kirinya sudah meremas rambut belakang Gua sedari tadi. Tangan kanan Gua melingkar kebelakang pinggangnya. Dan akhirnya kami melepas pagutan bibir ini karena sedikit keringat yang timbul di wajah kami berdua menandakan oksigen dalam mobil sudah menipis.
"Za.. huuftt..", ucapnya seraya menyeuka keringat di keningnya.
"Keluar yu Mba..", jawab Gua tersenyum kepadanya.
...
Kami berdua berjalan berdampingan seperti yang sudah-sudah ketika Gua mengantarnya pulang. Mba Siska mengaitkan tangannya ke lengan kiri Gua tapi kali ini tidak menyandarkan kepalanya lagi ke sisi bahu Gua, ya wajarlah, rumah para tetangga masih banyak yang pintunya terbuka.
Ketika kami melewati rumahnya Unang, kedua orangtua Unang sedang bersantai di teras rumahnya, otomatis kami berdua menyapa mereka.
"Punteun Budeh-Padeh..", ucap Gua seraya berjalan pelan bersama Mba Siska.
"Yoo mari Zaa..", ucap Bapaknya Unang.
"Loch ? Le' kamu pacaran toh sama anak'e Pak Rw ?", tanya Ibunya Unang kali ini.
Yaelah, mau enggak mau deh Gua dan Mba Siska berhenti berjalan.
"Eh, euu.. Kita berdua deket aja Budeh..", jawab Gua malu-malu.
"Wah, hebat yo, bisa macari Polw*n kamu tuh..", ucap Ibunya lagi.
"Kapan mau dilamar Le' ?", tanya Bapaknya kali ini.
"Duuh, belum juga lulus kuliah ini Padeh.. Hehehe.. Nantilah..", jawab Gua.
"Oh iya ya, yowes biar jodoh ya Le', enak nanti besanan sama tetangga, deket lagi undangannya hehehe...", ucap Bapaknya lagi.
"Aamiin...", ucap Mba Siska yang mengamini ucapan Bapaknya Unang.
Gua menengok kearah Mba Siska di samping, dirinya tersenyum malu-malu. Tidak lama kami pun pamit, bukannya apa-apa, semakin kepo aja itu nanti pertanyaan. Gua yakin besok gosip sudah menyebar ke seluruh RT/RW nih.
Sekarang Gua sudah berada di teras rumahnya, duduk di bangku kayu. Mba Siska keluar dari dalam rumahnya dengan nampan yang diatasnya tersaji segelas kopi hitam.
"Silahkan sayang..", ucapnya dengan nada suara yang manis sekali.
Wah gile, ada apa gerangan ini, tumben-tumbenan Mba Siska manggil Gua sayang. Ini pertama kalinya dia manggil Gua dengan panggilan sayang. Masa sih cuma karena Gua minta kopi, itupun dia yang nawarin, ah gak nyambung banget. Kemudian sang kekasih pun duduk di bangku kayu sebelah Gua, terhalang meja kayu.
"Makasih ya Mba..",
"Mmm.. Mba..", panggil Gua.
"Iya Eza...", jawabnya semakin manis.
Dan Gua semakin heran, Mba Siska semakin aneh tingkahnya, dirinya tadi menjawab panggilan Gua seraya menyelipkan rambut kebelakang telinganya sambil melirik Gua dengan senyuman manissss sekaleeeh.
Kening Gua berkerut lalu, "Mba, kamu kenapa sih ?".
Mba Siska hanya menggeleng pelan tapi tetap dengan tersenyum kearah Gua. Sumpah deh, Gua bingung kenapa berubah gini sikapnya. Jelas-jelas sore tadi dirinya habis-habisan memarahi Echa dan Gua, apalagi ketika pulang sehabis kami makan, Gua kena tamparannya. Kok sekarang malah manis banget sikapnya, berubah 180 derajat ini ma.
"Mba sumpah ya, aku bingung...",
"Kamu tuh kenapa sih ?",
"Kok jadi mendadak berubah gini ?", tanya Gua to the point.
"Cium dulu...",
"Baru aku kasih tau.. hi hi hi hi..", jawabnya seraya mengerlingkan mata dan tertawa pelan.
Wah... Wah... Wah... Enggak beres ini. Bener-bener enggak beres. Salah makan apa yak nih pacar Gua. Nasi goreng tadi apa yak. Ada apa ini sebenarnya, kalau Gua mesum pasti udah enggak pikir panjang buat nyium dia, tapi masalahnya bukan itu, masalahnya ada yang dia sembunyiin nih, jangan sampe Gua nyium dia tau-tau dia nodongin beceng ke Gua, siapa tau aja tuh beceng nyumput dibalik pinggangnya kan...
"Mba, cukup tadi aku kena gampar ama kamu, perih Mba sumpah..",
"Enggak mau aku kena gampar kamu untuk kedua kalinya..", jawab Gua sambil menggelengkan kepala cepat.
"Ya ampun masih kerasa perih ?",
"Duuuh sayaang kuu maaf yaaa..", ucapnya kali ini sambil bangun dari kursi dan menghampiri Gua.
Gua melotot kearahnya sambil memundurkan tubuh dan bersandar pada bahu kursi di belakang.
"Mba-Mbaa.. Ampun Mbaaa.", ucap Gua ketakutan ketika kedua tangannya mulai mendekati wajah Gua.
Cupp...dikecupnya kening Gua dengan kedua tangannya yang sudah memegangi wajah ini.
Gua yang tadi sudah memejamkan mata karena deg-deg-an kini kembali menatapnya, kali ini Gua tatap wajahnya dengan tatapan melongo. Mba Siska tersenyum dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Aaarggghh... Kenapa sih dia ? Kok aneh banget.
"Mba kamu kenapa ?", tanya Gua pelan.
Mba Siska malah duduk dipangkuan Gua, lalu kedua tangannya melingkar kebelakang leher Gua, kini kening kami sudah bersentuhan, sangat dekatlah jarak wajah kami berdua.
"Za..", ucapnya pelan.
"Ya Mba ?".
"Aku sayang kamu..".
"Aku juga sayang kamu Mba..".
"Aku seneng waktu tadi Padeh (menyebutkan nama Bapaknya Unang) mendo'a kan hubungan kita".
Oh ternyata ini toh yang membuatnya jadi berubah manis dan baik banget sama Gua. Pantes aja setelah Bapaknya Unang selesai mengucapkan kalimatnya, Mba Siska langsung mengamini ucapan Beliau dengan cepat.
"Seseneng ini kamu Mba ?".
"Semakin banyak yang mendo'a kan hubungan kita, semakin bagus kan Za ?",
"Kamu seneng gak ?", tanyanya.
Gua mengangguk lalu tersenyum, tapi Gua pun menelan ludah, gimana enggak, ini perempuan berarti minta di... di... di Halalin juga! Oh GOD pleaasseee...
"Mba, malu atuh Mba, tar Bapak ama Ibu kamu keluar berabe ini urusannya...",
"Ngeliat anaknya duduk diatas pangkuan manusia tertampan se-seantaro jagat raya...", ucap Gua lalu terkekeh.
Kyuuuttt... Pipi Gua dicubit gemas... mas... mas.. maassss.
"Ha ha ha ha...",
"Kamu tuh pede banget siiiihh..", ucapnya lalu mencubit hidung Gua pelan.
"Hehehe... Tapi masa iya kamu mau sama aku kalo akunya gak cakep gini..",
"Iya enggak iya enggak ?", tanya Gua menggodanya seraya menaik-turunkan alis.
"Iya", ucapnya cepat, lalu...
Cuuppp...
Muuaccchh..
Ooolaalaaaaa... She kiss me again... again... again.. again.. and so long and hot... Indahnya ini malam.
"Cape Mba ?", tanya Gua seraya tersenyum ketika pagutan bibirnya sudah terlepas.
Mba Siska hanya tersenyum malu-malu dengan nafas yang terengah-engah. Dan..
Cup
Cup
Cup
Tiga kali dia mengecup bibir Gua. Kanmaeeenn... Huahahahaha. Insane! I'm insane! Bodo ah ke gep tetangga atau Bapak Rw sekalian!
Gua kaitkan satu lengan ke tengkuknya, lalu menariknya agar wajahnya kembali mendekati wajah Gua. Dia harus tau, kalau laki-laki yang bernama Agatha ini World Class untuk urusan french-kiss. Gua tidak buru-buru mencium bibirnya, Gua condongkan wajah ke sisi kanan, dan wajahnya condong ke sisi kiri, Gua tiup pelan bibirnya lalu dia tersenyum dan langsung menerjang.. sayang Gua lebih cepat menghindari sergapan bibirnya, Gua pun terkekeh pelan.
"Iiihh.. Ezaa!", ucapnya pura-pura kesal.
"Kenapa ?", tanya Gua dengan nada menggoda.
"Tau ah!
"Bete..".
Gua dekatkan lagi bibir ini, lalu..
Slrup.. Gua julurkan lidah menjilat pelan bibir bawah dan atasnya lalu memundurkan wajah lagi.
"Aaaaahh Eza!!",
"Nyebelin!".
"Ha ha ha ha ha...",
"Nyerah ?".
Mba Siska mengangguk dengan wajah cemberut. Gua dekati sisi wajahnya lalu berbisik menggoda tepat di telinganya.
"Ucapin sekali Mba..", bisik Gua.
"Kiss me.."
"Please..".
.
.
.
.
.
Done.
Udah enggak usah dijelasin ya. Cuma kissing aja kok. Apalah cuma bibir yang basah banget, nafas terengah-engah, dan rambut Gua acak-acakan dijambaknya. Huahahahahaha...
***
Kembali ke waktu dua minggu setelah kejadian diatas.
Gua sedang memacu si Black dengan kecepatan sedang di jalan tol siang hari ini. Kacamata hitam yang baru saja dihadiahkan oleh seorang perempuan yang duduk di bangku samping Gua itu sudah Gua kenakan dari mulai kami berangkat saat di rumahnya. Katanya, kata sosok perempuan itu, tingkat ketampanan Gua naik beribu-ribu kali lipat, huahahahah...
Singkat cerita kami sudah berada di salah satu mall ibu kota. Sempat dirinya meminta Gua tetap memakai kacamata, tapi Gua tolak mentah-mentah, kayak orang udik aja Gua pake kacamata hitam di dalam mall, malu kali.
"Za, kita ke lantai 3 ya..", ucapnya ketika kami sedang berjalan.
"Oke..",
"Emang udah pernah kesini ?", tanya Gua ketika tangannya terkait ke lengan Gua.
Dirinya hanya menggeleng pelan seraya tersenyum kepada Gua.
"Aku cuma direkomendasiin temen kampus aja, katanya salon disini bagus hasil perawatannya...", ucapnya setelah kami berada di dalam lift.
Oh syit! Kejadian juga Gua harus jadi gedebog pisang, gimana enggak coba, Gua bete banget udah satu jam nungguin dirinya nyalon! Derita amat ini hari...
Gua bangun ketika sebuah tepukkan pelan di tangan Gua semakin terasa. Yap, Gua ketiduran di sofa untuk tamu salon.
"Heum ?", ucap Gua seraya mengucek-ucek mata.
"Hi hi hi hi...",
"Maaf ya sayang sampe ketiduran nungguin aku..", ucap seorang perempuan cantik yang semakin cantik aja setelah nyalon. Btw, sebenarnya ke salon bukan untuk potong rambut sih, lebih ke perawatan wajahnya.
"Udah selesai ?".
"Udah, baru aja beres".
"Kirain bakal dibangunin pas ni Mall tutup...", ucap Gua sambil bangun dari sofa.
"Iiih bete yaaa..",
"Maafin yaa hehehehe...", balasnya lalu mengaitkan tangannya ke lengan Gua.
Kami berdua mengelilingi Mall ini, sekarang kami sudah berada di salah satu butik, ya ya yaaa.. Sekarang saatnyalah dirinya belanja busana pakaian untuk menambah koleksi dalam lemari bajunya. Gua hanya menjadi komentator dadakan ketika dirinya menunjukkan beberapa pilihannya kepada Gua.
"Yang ini bagus gak Za ?", tanyanya mengangkat salah satu busana yang berada di tangan kanannya.
"Bagus kok..".
"Bagus mana sama yang ini ?", kali ini diangkat busana pada tangan kirinya.
"Eumm...",
"Yang kanan deh..",
"Warnanya lebih adem diliat..".
"Masa sih ?",
"Kayaknya yang kiri ini lebih cocok deh warnanya sama aku Za..".
"Oh, iya sih, warna yang kiri kamu banget...",
"Ya udah yang kiri bagus...".
"Kamu tuh plin-plan deh Za",
"Aku minta saran malah bilang yang ini bagus, yang itu bagus..",
"Heran aku!".
Sehat Non ? Sehatlah ya...

...
Dua kantung belanjaan sudah ada di genggamannya, kini waktunya kami makan siang di sebuah resto yang masih berada di dalam mall ini. Menu japanese food menjadi pilihannya, beberapa hidangan sudah tersaji diatas meja makan resto di depan kami setelah menunggu selama 10 menit lamanya.
"Nih, cobain deh..", ucapnya seraya menyumpit sebuah udang yang dibalut oleh tepung goreng.
"Apaan ini ?",
"Gorengan ?", tanya Gua sambil melirik makanan.
"Hi hi hi hi... Iya bisa disebut gorengan Za..",
"Celupin dulu ke kuah di mangkuk kecil itu Za..", ucapnya menunjuk ke sebuah kuah berwarna gelap seperti kecap cair.
Gua pun mencoba makanan tersebut, dan...Hmmpp.. Enak sih, tapi emang rasanya kayak gorengan. Kuahnya itu manis-asin, ada rasa kaldu ikannya.
"Nih, masih ada yang ini Za..",
"Sayurannya di goreng tepung juga..", ucapnya lagi seraya mengambil makanan lain.
"Ini namanya apa ?".
"Tempura Za", ucapnya lalu tersenyum dan menyuapi Gua.
.........
===
Spoiler for Notes:
Diubah oleh glitch.7 08-04-2017 22:55
fatqurr memberi reputasi
1
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..


(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 




