Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#1253
PART 18


Dua minggu sudah libur lebaran terlalui. Teteh tercinta sudah jarang main dan menemani Gua. Yang dulunya kadang Gua yang bertamu ke rumahnya, atau lebih sering dirinya yang datang ke rumah Nenek. Lalu acara menginap, baik Echa yang menginap di rumah Nenek atau Gua yang menginap di rumahnya kini tidak ada lagi acara menginap seperti itu. Karena...

2 hari setelah Gua sakit diare.

Quote:


"Teh, aku keluar sebentar ya..", ucap Gua seraya bangkit dari ruang tamu rumah.

"Mau kemana Za ?",
"Sebentar lagi kan maghrib..", ucapnya.

"Maghrib masih satu jam lagi, bentaran aja ini..",
"Aku tinggal bentar ya, gak bawa kendaraan kok..", jawab Gua lalu melangkah kearah pintu rumah.

"Za...",
"Kemana ?".

"Rumah Mba Siska Teh..".

...

Setelah Gua tinggalkan Echa di ruang tamu tadi, kini Gua sudah berjalan kearah rumah Pak Rw. Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumahnya, karena jarak rumah kami hanya berbeda 10 rumah.

"Assalamualaikum..", salam Gua ucapkan ketika sudah berdiri di ambang pintu rumahnya.

"Walaikumsalam..",
"Eh nak Eza, sini masuk Le'..", ucap Bu Rw kepada Gua.

Gua pun masuk lalu menyalami Ibu Rw yang sedang menjahit pakaian. Lalu duduk di sofa ruang tamu untuk satu orang dekat pintu.

"Janjian sama Siska ya Le'..",
"Sebentar yo, si Ndo lagi mandi dulu, tadi baru sampai dari Jakarta...", ucap Bu Rw lagi.

Oh ternyata kekasih Gua baru pulang kerja, tumben dia enggak ngabarin kalau mau pulang. Kirain memang lepas dinas.

"Iya Budeh, tadi Mba Siska minta saya kesini..",
"Saya kira enggak pulang, biasanya kan seminggu sekali ya Budeh.. Mba Siska pulang..", ucap Gua.

"Iyo Le', tumben itu dia pulang ke rumah, biasanya ya seminggu sekali..",
"Kangen mungkin Le' sama pacarnya.. hi hi hi hi...".

Eh eh eh.. Kok, Kok ? Iki opo maksudne ? Udah tau apa hubungan Gua sama anak nomor duanya itu ? Atau... Yang dimaksud pacarnya bukan Gua ? Waduh.

"Hehehe.. Mungkin ada urusan Mba Siskanya disini..",
"Ngomong-ngomong Mba Siska sudah punya pacar toh Budeh ?", tanya Gua memancing.

"Halaaah.. Kamu tuh kok suka pura-pura..",
"Itu loch cucunya Bu (menyebutkan nama Nenek Gua), yang rumahnya no. xx..", jawabnya sambil tersenyum lebar.

Aiiissshh... Tengsiiiiiiiiiinnn.

"Duh.. Euu.. Euu..", gerogi-salah-tingkah-canggung.

"Ah kamu malu-malu Le'..",
"Sudah ndak papa, sing penting Budeh amanatkan si ndo sama kamu yo Le'..",
"Walaupun si ndo lebih dewasa dari kamu Le', dan profesinya aparatur negara, yo kamu kan laki-laki toh.. Tolong jagai dia yo Le'..",
"Budeh titip si ndo..", jelasnya Bu Rw kali ini tidak bercanda.

Degh... Hati Gua langsung berdegup kencang.

Ya Alloh, nambah lagi amanat dari orangtua. Gimana ini urusannya, satu, dua, tiga... haduh haduh haduh. Yang satu lagi orangtuanya 'untung' gak demen ama Gua, tapi tetep aja, ada tiga amanat dari orangtua yang harus Gua pikirkan matang-matang, yang mana yang mau Gua jalani. Ckckckck... Ampun asli ampuuun.

"Insha Alloh Budeh, saya jagain Mba Siska..",
"Dan terimakasih, Budeh sudah mengizinkan hubungan kami berdua..", jawab Gua kali ini tanpa canggung lagi.

"Iyo sama-sama Le'",
"Kalau memang jodoh ya alhamdulilah toh..",
"Sekarang kamu selesaikan dulu pendidikan mu, raih cita-citamu yo Le'..",
"Jangan sampai pacaran mengganggu kuliah mu Le'..",
"Toh tujuan kuliah mu kelak untuk bisa membahagiakan masa depan keluarga mu kan..", ucap Bu Rw panjang lebar.

Gua tersenyum dan mengangguk, tapi pikiran Gua melayang jauh entah kemana.

Tidak lama kemudian, Mba Siska keluar dari bagian dalam rumah lainnya. Dan dan dan daaaaann... She's so fakin' beautiful today!!!. Emang dasarnya kalau orang cantik ya cantik aja sih, mau gimana juga tetep aja cuantik. Tapi sore ini kok beda bangeeettt. Duh ck ck ck.. Saingan dah bener nih kekasih hati sama tiga perempuan lain buat Gua nikahin. Fix, kudu lebih cermat lagi milih pendamping buat Gua persunting.

"Udah lama Za ?", tanyanya ketika sudah berdiri di samping sofa yang Gua duduki.

"Enggak kok Mba, baru aja..",
"Ditemenin sama Ibu mu ngobrol daritadi, he he he...", jawab Gua.

"Ooh..",
"Bu, aku pamit keluar dulu ya sama Eza", ucapnya kepada Ibunya itu.

Bu Rw pun mengangguk dan tersenyum menyetujui anak keduanya pergi bersama Gua.

...

"Mba, kita mau kemana ?", tanya Gua bingung sambil berjalan berdampingan dengannya.

"Ke rumah kamu", jawabnya tanpa menoleh kearah Gua sedikitpun.

What da faaaakkk ?!!! Ah gile, yang bener aja ini Mba ?! Oh no no no nooooo... Di rumah... Di rumah itu ada... Ada... Ada... Ada-ada aja emang ini, kuampreeettt!!!.

"Mba sebentar..", ucap Gua seraya memegang lengannya.

Kami pun berhenti di depan rumah Unang.

"Kenapa ?",
"Gak boleh aku main ke rumah mu Za ?", tanyanya dengan sorot mata yang tajam.

"Euu..",
"Bukan.. Bukan gitu Mba..",
"Maksud aku tuh, kenapa kamu enggak bilang disms aja kalau kamu yang mau main ke rumah ku..",
"Kan tadi kamu smsnya nyuruh aku yang ke rumah mu, kenapa sekarang malah balik ke rumah ku ?".

"Salah ya kalau aku minta jemput ke pacar aku sendiri ?", tanyanya masih dengan tatapan yang tajam.

"Bukan gituuu..",
"Rumah kita deket loch, masa minta jemput Mba ?".

"Bisa tanggungjawab gak sih kamu jadi laki ?!!", nada suaranya tajam menusuk hati Gua.

Gua menghela napas kasar, lalu memejamkan mata sejenak.

"Mba..",
"Maafin aku ya, iya aku salah...",
"Aku salah tanggap maksud sms kamu..",
"Aku paham sekarang, maafin aku ya..".

Gua mengerti sekarang tujuan Mba Siska meminta Gua untuk menyambangi rumahnya dahulu baru pergi ke rumah Gua. Karena maksudnya agar Gua menunjukkan sopan-santun dan juga tanggungjawab di depan orangtuanya. Bukan perkara rumah dekat atau sekedar minta jemput. Tapiiii... Ternyata eh ternyata... Ada udang juga dibalik rempeyek.

"Aku udah cerita ke Ibu soal hubungan kita Za..",
"Beliau gak masalah, dan tadi aku sengaja minta kamu ke rumah dulu, biar Beliau percaya kalo kamu bisa jagain aku, tanggungjawab atas diri aku, walaupun cuma sekedar main ke rumah mu...", jelasnya.

"Iya Mba maaf maaf...",
"Maaf ya Mba..", ucap Gua lagi.

"Ya udah ayo jalan lagi..".

Gua pun berjalan lagi menuju rumah Nenek, mengikutinya satu langkah dibelakangnya. Semakin mendekati rumah, kok semakin berat aja ini langkah, feeling Gua gak enak banget ini. Ampun deh ampun beneran.

"Mba..", ucap Gua ketika tinggal 2 rumah lagi sampai di rumah Nenek.

Mba Siska berhenti berjalan lagi, lalu menengok kebelakang dimana Gua berdiri, lalu senyuman itu, ah Mbaaaa... Aku minta ampun Mba.

"Aku mau ketemu Echa..", ucapnya dengan senyuman indah menawan diiringi tatapan mengancam jiwa dan raga Gua.

God please help me... Ini nih rempeyek bertabur udang, krenyes, krekes, kripesss... Bingung Gua, kok bisa tauuuu ada Echa di rumah!

...

Kami berdua sudah berada di teras depan kamar sekarang, tentunya dengan Teteh juga disini. Tidak sempat duduk, dengan keadaan berdiri, obrolan pun dimulai...

"Hai Mba apa kabar ?".

"Baik Cha, kamu sehat ?".

"Alhamdulilah sehat Mba..".

"Tapi kok kayaknya kurang sehat ya..".

"Masa sih Mba ?",
"Aku sehat ah, apa muka ku kelihatan pucat ?".

"Enggak..",
"Sama sekali enggak kelihatan pucat kok..",
"Tapi...".

"Tapi kenapa Mba ?".

Mba Siska menghela napas pelan lalu menyunggingkan senyuman tipis.

Gua yang daritadi diam pun semakin penasaran apa yang ingin diutarakan Mba Siska kepada Echa.

"Tapi kalau kamu memang sehat, seharusnya kamu enggak berada disini Cha..", ucap Mba Siska dengan nada dingin.

"Ma.. Maksudnya apa ya Mba ?", tanya Echa lagi semakin bingung.

"Ck..",
"Cha.. Kamu pikir aku enggak tau setiap hari kamu ada dimana ?",
"Berapa hari kamu nginap disini ?", lanjut Mba Siska.

Degh... Jelas Gua dan Echa terkejut mendengar ucapan kekasih hati Gua itu.

"Maaf Mba..",
"Aku bisa jelasin, kayaknya ada kesalah pahaman diantara kita Mba..", jawab Echa.

"Cha, Kamu tau Eza pacaran sama aku sekarang ?", tanya Mba Siska.

"Iya Mba aku tau kalian udah pacaran..",
"Tapi aku main kesini gak ada maksud untuk ngerusak hubungan kalian berdua Mba..", jawab Echa.

"Kamu udah ngerusak hubungan kami berdua Cha".

"Mba, maafin aku..",
"Aku..", ucapan Echa terpotong.

"Cha denger baik-baik ya..",
"Siapa yang gak akan salah paham kalau pacarnya setiap hari di datengin sama orang lain ?",
"Bahkan sampai nginap loch!".

"Iya aku tau, tapi aku sama Eza kan memang dekat dari dulu..",
"Kami sahabatan dari kecil Mba, dan aku yakin Mba juga tau akan hal itu..", ucap Echa lagi.

"Dan aku pun tau kalau kamu suka sama Eza selama ini", balas Mba Siska.

Echa langsung terdiam dan tidak menjawab lagi.

"Cha, gini deh ya..",
"Kalau posisinya dibalik kamu mau ?",
"Mau kamu Cha ?",
"Aku putusin Eza sekarang di depan kamu",
"Tapi setelah itu aku ajak dia tinggal di kontrakan ku...",
"Rela kamu Cha ?", tanya Mba Siska dengan nada bicara yang sangat sinis.

Echa tertunduk tanpa berani menatap wajah Mba Siska. Gua menghela napas pelan.

"Mba, udah cukup ya Mba..", ucap Gua.
"Kamu cemburu belebihan..".

"ZA!", teriaknya kepada Gua.
"Kamu itu punya perasaan gak sih ?!",
"Dimana hati kamu ?!",
"Mudah ya kamu ngomong aku cemburu berlebihan!", lanjutnya yang emosi kepada Gua.

"Bukan gitu Mba.."
"Aku..".

"Stop Za! Stop kamu berdalih lagi!",
"Jawab yang jujur sekarang Za, kamu juga suka kan sama Echa ?!", tanyanya.

"Iya aku suka sama dia", jawab Gua langsung.

Mba Siska langsung tersenyum seraya menggelengkan kepala.

"Tapi rasa suka aku ke dia gak lebih dari rasa suka dan sayang seperti adik ke kakaknya..",
"Aku udah anggap Echa sebagai kakak aku Mba...", lanjut Gua.

"Ck, mau sampai kapan kamu ngelak sih Za ?", ucap Mba Siska.

"Aku gak ngelak..",
"Ngapain aku macarin kamu sekarang, kalau kesempatan buat macarin Echa dari dulu udah terbuka lebar buat aku ?", jelas Gua,
"Kamu harus tau Mba, aku udah pernah nolak Echa waktu kami masih SMA..", lanjut Gua menjelaskan lagi.

Mba Siska tampak terkejut kali ini mendengar penjelasan Gua.

"Aku milih kamu, karena aku sayang sama kamu Mba..",
"Aku cint..", ucapan Gua terhenti.

Ya, Gua tidak bisa lagi melanjutkan kalimat yang tulus dari dalam hati Gua untuk Mba Siska. Karena suara isak tangis dibelakang Gua menyadarkan diri ini. Bahwasannya kini Gua melukai lagi hati seorang perempuan yang istimewa.

Gua tertunduk, lemas rasanya tubuh ini mendengar suara isak tangisnya itu. Tapi ada sebuah pelukkan yang langsung mendekap tubuh Gua dari depan.

"Cha, kamu denger sendiri apa yang dikatakan Eza kan ?", ucap Mba Siska yang masih memeluk Gua.

Gua tidak bisa melihat Echa, entah dia menjawab apa dari belakang Gua. yang jelas, hanya suara tangisnya lah yang bisa Gua dengar.

Lalu Gua pun tertunduk, dan menyandarkan kening ke bahu kanan Mba Siska yang masih memeluk tubuh ini ketika Gua dengar suara langkah kaki yang berlari menjauh dari teras keluar sana. Tidak lama suara mesin mobil hunda civik menyala dan lama-kelamaan suara mobilnya menghilang, menjauh dari pendengaran Gua.

"Enggak usah kamu mikir kenapa aku bisa setega tadi..",
"Mancing kamu untuk ngungkapin perasaan ke aku di depan dia",
"Karena aku pun berharap ungkapan kamu tadi itu tulus adanya..", ucap Mba Siska dengan wajahnya yang berada tepat disamping wajah Gua.

Lalu Mba Siska mengendurkan pelukkannya, kedua tangannya kini memegangi sisi pinggang Gua. Wajah kami saling berhadapan, dia menatap lekat-lekat mata Gua.

"Za..",
"Dengar baik-baik..", kedua tangannya kini memegangi wajah Gua dengan lembut,
"Dari awal aku ngejalanin hubungan ini sama kamu, sama sekali enggak ada niat untuk main-main..",
"Jadi enggak ada celah sedikitpun yang aku biarkan untuk perempuan lain singgah di hati kamu..", jelasnya.
"Kecuali...", ucapannya terhenti.

Beberapa detik kami saling terdiam dan hanya saling menatap satu sama lain.

"Kecuali kamu memang enggak ada niat serius sama aku", tandasnya.

Gua menelan ludah mendengar ucapannya itu. Gua menghela napas seraya memejamkan mata sebentar.

"Mba, aku cinta sama kamu..", ucap Gua akhirnya.

"Bukan..",
"Bukan itu persoalannya..",
"Aku tanya ke kamu..",
"Kamu serius atau enggak ngejalanin hubungan ini ?", tanyanya.

"Aku serius sama kamu, aku serius ngejalanin semuanya sama kamu Mba..", jawab Gua.

"Kalau gitu batasi hubungan kamu dengan perempuan lain mulai sekarang..", ucapnya dingin.

Apa-apaan ini ? Kok dia malah membatasi hubungan Gua...

"Mba, kenapa kamu jadi kayak gini ?", tanya Gua heran.

"Karena aku tau kelakuan kamu selama ini Za...",
"Enggak salah memang kalau kamu bersikap baik ke semua orang",
"Tapi akan berbeda jika kamu memberikan kebaikkan itu ke setiap perempuan",
"Kamu pasti ngerti apa yang aku maksud.." jelasnya.

...

Kini Gua sedang makan malam bersama sang kekasih, makan nasi goreng pinggir jalan yang rasanya enak sih, tapi indra pengecap Gua sedang tidak berfungsi dengan baik saat ini, rasa nasi goreng menjadi hambar, karena pikiran Gua jauh memikirkan ucapan sang kekasih tadi.

"Kok enggak dimakan lagi ?", tanya Mba Siska dari samping Gua.

"Eh..Euu..",
"Enggak apa-apa Mba, udah kenyang..", jawab Gua pelan.

Mba Siska langsung menaruh sendok dan garpunya diatas piring makan. Gua melirik kearahnya, ternyata makanannya pun belum habis.

"Pulang yuk..", ucapnya seraya berdiri dari bangku plastik.

Kami berdua kini sudah berada di dalam si Black menuju arah pulang. Malam yang panjang sepertinya bagi Gua.

"Za..",
"Mau kamu sekarang gimana ?", tanyanya memecahkan keheningan diantara kami sejak dari tempat makan.

Gua masih fokus mengemudi, lalu ketika melintasi gedung pemkot, Gua arahkan si Black ke kiri dan menuju kearah tempat tongkrongan warga kota. Kami berdua kini duduk di sisi kolam setelah memesan dua Bansus.

"Mba..",
"Aku minta maaf udah enggak jujur soal Echa selama ini..",
"Maksud aku.. Aku gak bilang kalo selama liburan Echa sering kerumah dan nginap..", ucap Gua memulai obrolan.

Mba Siska menatap langit malam diatas sana yang betabur bintang, senyuman kecil tampak terlihat dari wajahnya ketika Gua melirik kearahnya.

"Za, aku enggak akan se-protektif ini kalau kamu gak nakal dari dulu", ucapnya dengan wajah yang masih menengadah ke langit.

Gua hanya terdiam, menunggu penjelasannya lebih jauh.

"Aku udah bilang waktu kita saling jujur kan, kalo aku suka sama kamu sejak lama..", ucapnya lagi,
"Kamu tau sejak kapan perasaan aku ini mulai tumbuh untuk kamu Za ?", tanyanya kemudian.

Gua hanya menggelengkan kepala dengan wajah menghadap dirinya.

"Sejak kamu ditinggal adik sepupu ku..",
"Sejak dia udah enggak ada lagi di dunia ini", lanjutnya.

Gua cukup terkejut mendengar ucapannya itu, Alm. Dini berpulang tahun 2002. Dan itu artinya Mba Siska sudah menyukai Gua selama 4 tahun lalu.

"Mba, aku juga udah bilangkan kalo aku suka sama kamu udah lama, dan aku gak pernah berani selama itu ngungkapin perasaan aku ke kamu..",
"Jujur aja Mba, bagi aku, mendapatkan kamu tuh salah satu goal ku selama ini Mba..", ucap Gua.

"Makasih..",
"Aku cuma minta sama kamu satu hal..",
"Jadilah lebih dewasa menjalani hubungan ini Za..", pintanya.

"Iya Mba, tapi aku juga minta sama kamu, tolong jangan berlebihan menyikapi hubungan aku dengan teman perempuan ku..", balas Gua.

"Eza, mau sampai kapan kamu main-main dengan perempuan ?", tanyanya lagi seraya menengok kearah Gua.

"Aku enggak main-main kok Mba..",
"Aku udah bilang kan, kalo aku mau mainin kamu ataupun Echa, dari dulu aku pacarin Echa, dan aku gak akan ngomong jujur ke Echa soal hubungan kita saat ini..", jelas Gua.

"Kalau kamu enggak main-main, kenapa bisa kamu ciuman dengan Sherlin waktu masih ada Dini ?", tanyanya lagi,
"Lupa kamu siapa yang kamu pacari saat itu ? Dini atau Sherlin ?", tanyanya lagi semakin memojokkan Gua.

"Sebentar Mba, kamu kenapa jadi ngungkit kejadian yang udah lama gitu ?",
"Maksudnya apa ?", tanya Gua sedikit emosi.

"Apa kamu bisa nunjukkin ke aku kalau kamu udah berubah ?",
"Itu awal kamu selingkuhin Dini Za",
"Dan aku enggak tau setelah itu udah berapa banyak perempuan yang kamu pacari..",
"Sampai akhirnya sekarang kita pacaran.."
"Dan nyatanya.. Masih ada aja perempuan lain yang dekat dengan kamu".

Oke Gua ngerti sekarang kenapa dirinya mengungkit soal masa lalu Gua. Karena dimatanya, gua belum berubah dari sejak pertama kali pacaran dengan Alm. Dini hingga sekarang dengan dirinya. Tapi kok Gua enggak terima...

"Mba gini aja deh, kalo kamu emang gak mau sama aku, kenapa kamu terima waktu kemarin-kemarin aku nyatain perasaan ke kamu ?", tanya Gua.

Mba Siska tersenyum, lalu menatapa Gua tajam.

"Kamu gak akan bisa berubah sampai kapanpun Za kalau pikiran kamu kayak anak kecil gini..", jawabnya.

"Anak kecil ? Kamu yang kayak anak kecil, membatasi hubungan aku dengan teman aku..", balas Gua.

"Gini ya Za, kalau aku gak bahas masa lalu kamu, kamu akan terus nyakitin perempuan!",
"Pikir sendiri kalau aku yang seperti kamu!",
"Aku jalan dengan laki-laki lain, aku ajak dia nginap di rumah ku!",
"Bisa kamu terima ?!", ucapnya menyentak Gua.

Fak! Salah ya salah aja! Anak kecil ya anak kecil ajalah Zaaa...Za! Damn!

"Sekarang terserah kamu ya Za, mau berubah atau enggak..",
"Yang jelas aku gak bisa jalanin hubungan ini kalau kamu gak bisa ngerubah sikap dan perilaku kamu!".

Ucapannya itu diiringi dengan tubuhnya yang bangkit dari duduk dan berjalan kearah sebrang jalan. Otomatis Gua pun mengejar dirinya. Gua mengekor dari belakang.

"Mbaa... Mba tunggu dong..", ucap Gua yang sedikit berteriak memanggilnya.

"Aku mau pulang Za, besok subuh aku harus pergi kerja lagi..", ucapnya ketika tangan Gua meraih lengannya dari belakang.

"Iya iya Mba..",
"Tapi jangan main pergi aja dong..",
"Ayo aku anter pulang..", balas Gua seraya menggenggam tangannya dan mengajaknya berbalik kearah si Black terparkir.

...

Di dalam mobil, Gua berusaha mengajaknya bicara baik-baik, tapi sepertinya Mba Siska masih marah sama gua, dirinya hanya menanggapi ucapan Gua dengan menjawab 'Ya' atau 'Enggak'. Cape juga lama-lama, akhirnya Gua diamkan sampai kami tiba di depan rumah Nenek.

"Mba, maafin aku ya...", ucap Gua setelah menarik hand-break.

"Ya..", jawabnya singkat tanpa memandang kearah Gua.

"Mba, aku mau berubah",
"Tolong kasih aku kesempatan..", ucap Gua lagi.

"Buktiin aja omongan kamu itu", balasnya dengan nada suara yang dingin.

Gua hanya bisa menatapnya ketika tangannya mulai membuka seatbelt, lalu badannya berbalik ke sisi pintu mobil dan hendak membukanya.

"Buka kuncinya Za..", ucapnya ketika pintu yang dia tarik tidak terbuka.

Gua tidak menjawab permintaannya itu, dan tidak juga membuka auto-lock. Kini Gua membuka seatbelt yang melingkari tubuh ini. Mba Siska menengok kearah Gua, lalu Gua tersenyum kepadanya. Mba Siska mencondongkan tubuh kepada Gua, mendekatkan wajahnya ke sisi wajah Gua. Tangan kirinya menelusup kearah sisi panel auto-lock...

klik...

"Aku pulang dulu..", ucapnya tepat ditelinga Gua.

Kampret! Kirain mau nyium, ah jantung Gua udah berdeguup kencang waktu wajahnya tepat berada didepan wajah Gua. Syit! Dikadalin ini namanya.

"Mba..", ucap Gua lagi seraya menahan tangannya yang hendak membuka pintu di sampingnya.

Gua langsung mendekatinya dan mencium bibirnya... Maunya gitu sih, tapi sial bagi Gua, telapak tangannya lebih cepat menutup bibir ini. Gua terkejut menatapnya, Mba Siska menggeleng pelan tanpa tersenyum.

"Mau berubah ?".

Gua mengangguk cepat karena tangannya masih menahan bibir ini.

"Ya udah..", ucapnya lagi lalu melepaskan tangannya.

Kembali dirinya berbalik dan hendak keluar dari mobil. Heeuuuh, tunggu dulu atuh, cipika cipiki kek dikit. Gua tahan lagi dirinya, kali ini sedikit cepat dan sedikit kasar Gua putar tubuhnya.

Plak...

Bangkeee... Gua digampar!

"Aku enggak suka dipaksa!", tandasnya dengan sorot mata yang tajam.

Mamvus! emoticon-Nohope emoticon-Frown
dany.agus
dany.agus memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.