- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Quote:
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
cover by: bgs93
Quote:
saat senja tiba,
kau adalah hal pasti yang akan selalu kurindukan
nafas yang akan selalu kuinginkan untuk sisa hidupku.
mata disaat aku tidak lagi bisa
membedakan sisi di setiap warna.
kau lah yang akan selalu kunanti
menutup kedua mataku saat nafas tak lagi bagian dari tubuhku.
kau adalah hal pasti yang akan selalu kurindukan
nafas yang akan selalu kuinginkan untuk sisa hidupku.
mata disaat aku tidak lagi bisa
membedakan sisi di setiap warna.
kau lah yang akan selalu kunanti
menutup kedua mataku saat nafas tak lagi bagian dari tubuhku.
poetry by: junker007
Quote:
Salam warga SFTH semua ijinkan ane berpastisipasi
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Mungkin banyak yg bertanya cerita ini nyata atau rekaan ? Gini aja, daripada agan-agan semua pusing memikirkannya mending anggap saja cerita fiktif deh
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan
. Dan jangan lupa buat komen, rate dan cendolnya kalo berkenan, biar ane juga lebih semangat melakukan update.
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya. Mungkin banyak yg bertanya cerita ini nyata atau rekaan ? Gini aja, daripada agan-agan semua pusing memikirkannya mending anggap saja cerita fiktif deh
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan
. Dan jangan lupa buat komen, rate dan cendolnya kalo berkenan, biar ane juga lebih semangat melakukan update.
Quote:
F.A.Q
Cerita ini fiksi atau nyata ?
Seperti yang sudah ane jelaskan tadi, biar sama-sama enak lebih baik anggap saja cerita fiksi.
Kenapa nama tempat tidak disebutkan dengan jelas, misalnya nama kota, jalan, dan lainnya
Karena ane bermaksud "melindungi" orang-orang yang ane sebut di cerita
Jadi cerita ini beneran terjadi gan ?
Sudahlah, lebih baik nikmati ceritanya aja, hehe
Cerita ini fiksi atau nyata ?
Seperti yang sudah ane jelaskan tadi, biar sama-sama enak lebih baik anggap saja cerita fiksi.
Kenapa nama tempat tidak disebutkan dengan jelas, misalnya nama kota, jalan, dan lainnya
Karena ane bermaksud "melindungi" orang-orang yang ane sebut di cerita
Jadi cerita ini beneran terjadi gan ?
Sudahlah, lebih baik nikmati ceritanya aja, hehe
Quote:
Quote:
Indeks
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75
Part 76
Part 77
Part 78
Part 79
Part 80
Part 81
Part 82
Part 83
Part 84
Part 85
Part 86
Part 87
Part 88
part 89
Part 90
Part 91
Part 92
Part 93
Part 94
Part 95
Part 96
Part 97
Part 98
Part 99
Part 100
Part 101
Part 102
Part 103
Part 104
Part 105
Part 106
Part 107
Part 108
Part 109
EPILOG
Additional Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Final Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62
Part 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75
Part 76
Part 77
Part 78
Part 79
Part 80
Part 81
Part 82
Part 83
Part 84
Part 85
Part 86
Part 87
Part 88
part 89
Part 90
Part 91
Part 92
Part 93
Part 94
Part 95
Part 96
Part 97
Part 98
Part 99
Part 100
Part 101
Part 102
Part 103
Part 104
Part 105
Part 106
Part 107
Part 108
Part 109
EPILOG
Additional Part
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Final Part
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
Kutip
5.4K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#4059
Part 7
Quote:
“Kamu mau makan apa Ra ? “ tanya ane ke Rara yang duduk di depan ane.
“Apa aja mas. “ jawab Rara singkat.
“Soto ayam mau ? Sama kayak aku ? “ tanya ane, dan Rara cuma mengangguk pelan.
Ane lalu pesan soto ayam dua mangkok dan es jeruk dua gelas ke ibu-ibu pelayan kantin. Untung aja sotonya masih ada karena biasanya jam segini kantin udah habis-habisan.
“Jadi ada apa nih, sepertinya kok penting banget. “ tanya ane.
“Mas, aku mau nanya ke kamu, tapi tolong jangan marah ya. “ jawab Rara dengan pelan.
“Nanya apaan ? “ ane makin penasaran.
“Besok Jumat malam kamu ada acara nggak ? “ tanya Rara.
“Hah ? Ooh… nggak ada sih. “ jawab ane. Wih, Rara boleh juga nih, belum apa-apa udah langsung tancap gas.
“Beneran nggak ada mas ? “ tanya Rara keliatan ragu-ragu.
“Iya lah, aku mah tiap sore di rumah, orang pacar aja nggak punya, emang mau kemana ? " jawab ane ketawa.
"Terus Mbak Wulan itu ... ? " tanya Rara.
"Oh, bukan, kami cuma temenan dan lagipula Wulan itu udah punya cowok. " jawab ane.
"Emang Jumat malam kenapa Ra ? " tanya ane.
"Jadi gini mas, besok malam aku ada acara pesta ulang tahun di rumah temenku... " Rara kelihatan ragu-ragu buat meneruskan kalimatnya.
"Oke, terus ... ? " tanya ane penasaran. Semoga semoga semoga...
"Kamu bisa kan mas nemenin aku ? " tanya Rara dengan nada pelan. Wah asyik !! Tapi tunggu dulu, lets make things clear first...
"Maksudmu aku berdua sama kamu pergi ke rumah temenmu itu ? " tanya ane memastikan. Dan Rara mengangguk pelan.
"Tunggu dulu Ra, bukannya aku nolak ya, tapi aku, kamu... ngg maksudku... kita kan baru kenal kemaren dan besok kita jalan berdua. Rasanya kok gimana gitu. " kata ane.
"Ya kalau kamu keberatan sih nggak papa kok mas. " jawab Rara.
"Oh bukan gitu, cuma kamu yakin pergi sama aku ? Kamu kan belum kenal banget sama aku, apa kamu nggak takut aku apa-apain ? " tanya ane.
"Nggak mas, aku yakin kok kalo kamu ini orang baik. " jawab Rara tersenyum.
"Masa ? Kok kamu bisa seyakin itu ? " tanya ane lagi.
"Feeling. " jawab Rara yakin.
Ane cuma tersenyum mendengar jawaban Rara. Oh, boy, feeling yah ? Ternyata Rara emang sepolos yang ane kira.
"Tapi ntar kalo kamu ngajak aku, ada yang cemburu nggak hehe. " kata ane bercanda.
"Ya itulah mas, tujuan aku ngajak kamu. " jawab Rara.
"Maksudmu ? " tanya ane.
Rara keliatan ragu-ragu buat menjawab. Sepertinya alasan dia ngajak ane jalan emang ada udang di balik batu.
"Udah ayo bilang aja terus terang, aku gak bakal marah kok. " bujuk ane.
"Bener ya mas kamu nggak bakal marah ? "
"Iya. " jawab ane nggak sabar.
"Gini mas, di kelas aku punya temen cowok, dan dia udah lama suka sama aku dan selalu aja ngejar aku. Dan tadi siang dia nembak aku ... "
"Oh gitu. Terus gimana ? Kamu terima ? " tanya ane.
"Itu masalahnya mas, aku nggak suka sama dia. " jawab Rara menggelengkan kepala.
"Ya kamu tinggal bilang aja ke dia kalau kamu nggak suka. Simpel kan ? " kata ane.
"Udah mas, aku udah bilang kalo kita berteman aja, tapi dia bilang nggak akan menyerah ngejar aku. " jawab Rara.
"Oke, aku mulai paham nih. Biar aku tebak, tujuan kamu ngajak aku ke pesta itu mau nunjukkin ke dia kalau kamu udah punya pacar ? " tanya ane.
"Kamu jangan marah ya mas, soalnya aku beneran udah bingung ngadepin dia, dan aku pikir ini satu-satunya cara buat dia jauhin aku. " kata Rara.
"Aku tahu permintaanku ini konyol, jadi kalau kamu nggak mau juga nggak papa kok mas. " kata Rara lagi.
"Emang acaranya jam berapa sih ? " tanya ane.
"Jam tujuh mas. "
"Oke deh, aku bakalan nemenin kamu ke pesta temenmu itu. " jawab ane meyakinkan.
"Beneran ? Wah makasih banget mas. " jawab Rara riang.
"Lagipula mas, selama ini kan aku nggak punya kenalan cowok jadi aku bingung mau minta tolong sama siapa. " kata Rara sambil melepas kacamatanya lalu mengelapnya pake kain kecil dari saku kemejanya.
Wuihhh !! Ane nyaris nggak percaya, ternyata kalo Rara nggak pake kacamata dia lumayan cantik juga. Jadi kalo dia pake kacamata skornya 85, saat nggak pake skornya naik drastis jadi 95. Tapi kalo dibanding Wulan ya masih jauh, yang menurut ane skornya Wulan bisa mencapai 150 lebih.
"Tapi aku punya permintaan Ra. " kata ane.
"Apa itu mas ? " tanya Rara.
"Gimana kalau malam Minggu kita jalan-jalan ? " tanya ane. Semoga aja Rara mau, harap ane dalam hati.
"Boleh. " jawab Rara cepat. Wih, cepet banget jawabnya...
Tunggu Vin, jangan terlalu frontal, jangan terlalu ngarep, inget kejadian pas sama Wulan tempo hari. PDKT ke cewek mah dibawa nyantai aja, kalo ngarepnya ketinggian jatuhnya juga bakal sakit.
Selesai makan di kantin, jam udah menunjukkan jam 13.55. Ane pun nawarin Rara buat nganter pulang itung-itung sekalian tahu rumahnya biar besok lebih cepat jemputnya.
"Rumah kamu di mana Ra ? " tanya ane pas kami jalan di koridor menuju lobby kampus.
"Deket kok mas. Ntar aku tunjukin deh. " jawab Rara.
"Oke. " jawab ane.
Hanya saja saat kami udah sampai lobby, kami bertemu dengan seseorang atau tepatnya seorang cewek yang ...
"Lho, Lan ? Kok kamu belum pulang ? " tanya ane ke Wulan yang lagi duduk di bangku lobby.
"Kayaknya jemputanku nggak dateng, Vin. " jawab Wulan tersenyum kecut.
"Yovie nggak jemput kamu ? " tanya ane. Wulan nggak menjawab cuma menggeleng pelan.
"Kalian kok juga masih di sini ? " tanya Wulan kemudian.
"Iya mbak tapi ini udah mau pulang kok. " jawab Rara tersenyum.
"Tadi habis ngobrol di kantin, dan ini mau nganter Rara pulang. " kata ane.
"Ooo... ? Tapi inget langsung pulang lho Vin, jangan mampir-mampir. " kata Wulan bernada ngeledek.
"Ya nggak lah. Aku mana berani macem-macem sama anak orang hahaha. " jawab ane sekenanya sambil ketawa. Sedangkan Rara cuma tersipu malu.
"Oke deh. Kalo gitu aku juga mau pulang. " jawab Wulan sambil beranjak berdiri.
"Naik bis ? " tanya ane.
Wulan lagi-lagi nggak menjawab cuma mengangguk sambil tersenyum. Tapi keliatan banget kalau dia kecewa Yovie nggak datang menjemputnya. Ada apa nih ? Apa mereka ada masalah lagi ? tanya ane dalam hati.
"Aku duluan ya. Ayo Vin, Mbak Rara... " kata Wulan berjalan meninggalkan kami sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati ya mbak. " jawab Rara.
Duh, ternyata Wulan hari ini nggak dijemput Yovie, berarti seandainya nggak ada Rara, ane ada kesempatan buat nganterin Wulan ke halte. Ahh, mikir apaan sih ane ini, masih ngarep juga sama cewek orang. Lagipula disamping ane udah ada Rara dan ane nggak mau mengecewakan Rara.
Hari Jumat-nya, sekitar jam tiga kurang, ane lagi berdiri di depan gerbang sebuah sekolah SMA, sembari menunggu seseorang. Ane pun melongok ke dalam halaman sekolah, suasana ternyata udah sepi cuma ada satu dua siswa yang lagi lalu lalang. Karena nggak sabar ane mengeluarkan HP dan membuka chat WA.
Ane: ra aku dah didpn lho
Rara: iya mas bntr ya
Rara: 10 mnt lagi
Ane: ok aku tunggu
Nggak sampai sepuluh menit Rara keluar bersama beberapa siswa lainnya. Melihat ane yang menunggunya dia langsung tersenyum senang dan langsung menghampiri ane dengan setengah berlari.
“Haloooo sayang !! “ tiba-tiba aja dengan setengah berteriak, Rara memeluk lengan ane dan jelas aja ane kaget banget dengan tingkahnya.
“Sorry yah lama nunggu. “ kata Rara lagi sambil masih menggandeng lengan ane.
“Eh ngg.. nggak kok. “ jawab ane yang masih terkaget-kaget dengan sikap Rara barusan.
“Duluan ya, Do !! “ teriak Rara seraya melambaikan tangan ke seorang siswa cowok berjaket biru yang sepertinya sejak tadi bersama Rara.
“Itu temenmu yang kamu maksud ? “ tanya ane setengah berbisik sembari memberikan helm ke Rara.
“Iya mas. “ jawab Rara.
“Makanya aku akting biar keliatan pacaran sungguhan mas. “ timpal Rara sambil berbisik juga.
“Tapi kalo kamu over kayak tadi bisa-bisa dia curiga, Ra. “ kata ane.
“Iya, sorry mas, tapi moga-moga nggak deh. “ jawab Rara tersenyum malu.
Kami lalu meninggalkan sekolahnya Rara, dan ane sempet liat cowok yang dipanggil Rara “Do” tadi cuma berdiri mematung menatap ane sama Rara menjauh, persis sama yang pernah dialami ane pas pertama kali melihat Wulan dijemput sama Yovie pake mobil. Ah.. Wulan lagi.
Ane pun mengantar Rara sampai rumahnya, persis kayak kemaren. Rumahnya Rara emang deket sama kampus ane, mungkin cuma sekitar 500 meter, tapi rada masuk- masuk gang gitu. Dan rumahnya tergolong sederhana, lebih sederhana dari rumahnya Wulan dan cuma satu lantai.
Hari ini Rara sengaja minta dijemput di sekolahnya, katanya biar kelihatan pacaran beneran. Bagi ane sih nggak masalah hehe, cuma ane rada kasihan sama temen cowoknya Rara tadi, perasaan cowok mana yang nggak hancur melihat cewek yang disukainya ternyata udah punya pacar.
“Makasih ya mas. “ kata Rara tersenyum sambil menyerahkan helm ke ane.
“Iya, Ra. “ jawab ane sambil menerima helm dari Rara.
“Eh tadi nama temenmu siapa ? Do ? Donny ? Doddy ? “ tanya ane.
“Namanya Edo mas. “ jawab Rara.
“Ohhkeeehh… setidaknya aku tahu siapa yang jadi lawanku. “ seloroh ane.
“Emang kenapa sih kok mau ogah banget sama dia ? Aku lihat dari penampilannya nggak jelek-jelek amat. “ tanya ane.
“Masalahnya si Edo itu termasuk cowok nakal mas. Dia sering dipanggil guru BP gara-gara berantem. Bulan lalu aja dia diskors seminggu gara-gara ikut tawuran sama sekolah lain. “ jawab Rara.
“Waduh ?! “ ane kaget juga mendengar penjelasan Rara. Ternyata lawan ane ini badboy.
“Jadi dia berandalan ya Ra ? Terus kamu pernah diapa-apain nggak sama dia ? “ tanya ane dengan nada kuatir.
“Nggak sih. Selama ini Edo selalu ramah sama aku, dan bisa dibilang dia juga baik sama temen-temen sekelas, kalo berantem sih seringnya sama anak kelas lain. “ jawab Rara.
“Kamu nggak takut kan mas ? “ tanya Rara lagi.
“Eh ya nggak lah. “ jawab ane cepat, padahal hati lumayan deg-degan. Ah kampret, kenapa Rara nggak bilang dari awal.
“Okelah kalo gitu, aku pamit dulu yah. Ntar aku kesini jam enam. “ kata ane sambil menyalakan motor.
"Jam setengah tujuh aja nggak papa mas, rumah temenku deket kok. " jawab Rara.
"Oke deh kalo gitu. Sampai jumpa nanti ya Ra. "
“Iya mas, aku tunggu. “ jawab Rara.
Setelah dari rumahnya Rara, ane pun pulang. Sampai di rumah ane istirahat dan jam enam lebih ane mandi, pake baju dan celana jeans terbaru (maksudnya yang baru keluar dari laundry hehe
), pake parfum ? Ah ane mah nggak doyan parfum. Setelah semua siap, ane berangkat lagi ke rumah Rara.
Sampai di rumahnya Rara, ternyata Rara udah nunggu ane di ruang tamu, dan dia udah siap berangkat dan ooohhh, dia terlihat cantik pakai kaos oblong putih ketat, dan celana jeans biru. Sayang aja sih soalnya dia masih pake kacamatanya.
"Wah kamu cantik banget Ra pake baju itu. " puji ane.
"Masa sih mas ? " jawab Rara tersipu malu.
"Soalnya aku sejak kemaren kan liat kamu pake seragam sekolah mulu, jadi sekarang kamu kelihatan lain. " jawab ane ketawa.
"Dah yuk kita berangkat. " ajak ane.
"Iya mas. " jawab Rara.
"Buuu, aku pergi dulu ya. " teriak Rara yang sepertinya memanggil ibunya.
"Oh iya Ra. " tiba-tiba muncul seorang ibu-ibu dari arah dapur, dan tentu saja ane langsung menyalami beliau.
"Bu, saya Alvino, temennya Rara. " kata ane basa-basi.
Dan setelah berpamitan sama ibunya Rara, kami berangkat ke acara pesta ultahnya temennya Rara itu. Ternyata jaraknya juga lumayan jauh, sampai sana acara udah dimulai, karena ternyata udah jam tujuh lebih. Kami disambut langsung dengan sang tuan rumah, alias the birthday girl yang langsung menyalami kami berdua. Pestanya bisa dibilang sederhana yang digelar di ruang tamu. Semua yang datang duduk bersila membentuk lingkaran dan ane hitung mungkin ada tiga puluhan tamu yang hadir dan sebagian besar dipastikan temen-temen sekelas Rara.
Ane rada grogi juga soalnya jelas ane nggak ada yang kenal satupun kecuali Rara, dan ane merasa semua mata menatap ke ane. Padahal ane yakin diantara temen2 Rara yang lain juga ada yang ngajak pacar yang dari luar sekolah. Tapi ane mah cuek aja, tapi gak lupa mengumbar senyum ke kanan dan kiri biar gak dicap sombong.
"Ra, si Edo mana ? " bisik ane ke Rara saat kami udah duduk.
"Dia ada di sebelah kanan pojok mas, pake kaos hitam. " jawab Rara juga berbisik, dan ane lihat emang yang namanya Edo lagi duduk di pojokan dan terus menatap ane dan Rara, sambil sesekali mainan HP.
"Rangkul aku mas. " pinta Rara.
"Apa ?! " ane kaget juga mendengar permintaan Rara.
"Cepetan rangkul pundak aku, mumpung Edo ngeliatin kita. " jawab Rara.
Ane pun menuruti permintaan Rara dan merangkulnya, dan Rara membalas memegangi tangan ane yang nangkring di pundaknya. Sesekali kami bertatapan sambil tersenyum mesra, tapi ya cuma bohongan. Dan pesta pun berlangsung meriah, acara demi acara digelar dan kami berdua berusaha bersikap layaknya orang pacaran.
"Lho si Edo kok nggak ada ? " tanya ane ke Rara saat acara makan bersama.
"Eh iya dia nggak ada. " jawab Rara.
"Mungkin dia pulang sambil nangis di pojokan melihat cewek pujaannya mesra sama cowok lain. " seloroh ane.
"Mungkin juga sih. " jawab Rara ketawa.
Pesta akhirnya selesai sekitar jam sembilan dan si Edo tetep nggak nongol juga. Ane mah nggak peduli, lagipula Rara tetep jadi prioritas utama. Sehabis dari tempat pesta ane memutuskan langsung mengantar Rara pulang, soalnya udah jam sembilan lebih. Dan setelah dari rumah Rara, ane lihat udah jam setengah sepuluh lebih, dan ane langsung memacu motor menuju rumah.
Namun saat lewat di depan sebuah kompleks ruko yang nggak terpakai, tiba-tiba ane dipepet oleh dua motor yang dinaiki dua cowok berboncengan. Motor ane nyaris aja ambruk karena salah satu motor pas memepet sempat menyenggol roda depan. Waduh siapa nih ? Jangan-jangan begal atau rampok. Namun salah seorang dari mereka langsung turun dan menghampiri ane yang masih diatas motor, dan ternyata dia adalah Edo. Dan ketiga temennya juga ikut turun dan juga ikut menghampiri ane. Waduh celaka, ternyata Edo membawa temen-temennya buat ngeroyok ane.
"Turun kamu, anj*ng !! " teriak Edo sambil mengeplak kaca helm ane.
Ane mencoba tenang sambil turun dari motor, soalnya ane sekarang udah dikepung sama empat orang, soalnya kalo ane gegabah bisa-bisa ane malah konyol digebukin mereka. Meskipun badan mereka rata-rata jauh lebih kecil dibanding ane, termasuk Edo, tapi sepertinya mereka tergolong doyan berantem.
"Hei, selow bro, ada apa ini maen cegat seenaknya ? " jawab ane sambil membuka helm.
"Jadi dia Do, yang ngerebut cewek kamu ? " tanya seorang dari mereka ke Edo.
"Udah kita hajar aja dia sekarang daripada kelamaan. " jawab yang lainnya.
"Diem semua !! " teriak Edo, lalu menatap ane dengan tajam.
"Kamu bener-bener cari mati berani jalan sama Rara, b*ngsat !! " bentak Edo sambil menuding ke muka ane.
"Memang kenapa kalo aku jalan sama Rara ? Masalah buat kamu ? " jawab ane dengan tenang, namun tangan ane tetep menggenggam erat helm yang merupakan satu-satunya senjata ane.
"Halaaa banyak bacot, sekarang aku peringatkan !! Jauhi Rara kalo kamu mau selamat !! " ancam Edo.
"Enak aja, Rara itu pacarku dan kami udah jadian. Emang kamu ini siapa pake ngelarang-ngelarang segala. " tanya ane dengan senyum sinis.
"DIEM KAMU ANJ*NG !! " teriak Edo penuh emosi.
Tiba-tiba BUAAAAKKK !! Sebuah pukulan telak mengenai wajah ane dan spontan membuat ane terhuyung-huyung. Ane merasakan ada darah menetes di bibir ane. Dengan pandangan masih berkunang-kunang ane melihat Edo kembali mendekati ane dan PRAAKKKK !!! Ane sekuat tenaga menghantamkan helm yang sejak tadi ane pegang ke wajah Edo dan kontan aja dia langsung jatuh tersungkur dan ane lalu mengayunkan helm ane ke sekeliling kiri kanan karena ane yakin ketiga temen Edo bakal maju dan bener aja... PRAKKKK !!! Helm ane mengenai sasaran kedua, temennya Edo juga langsung terkapar saat kepalanya kena hantaman helm ane.
Tiba-tiba BRUKK!! Temennya Edo yang lain menubruk perut ane dan kontan aja kami berdua terjatuh di jalanan aspal. Untung aja helm nggak lepas dari genggaman ane dan PRAAKKK!! Dengan kedua tangan, sekali lagi ane hantamkan helm ane ke kepala dia lalu buru-buru bangkit berdiri.
Melihat Edo yang berusaha bangkit ane dengan cepat menendang wajahnya dan BUAAAKK !! Dia kembali jatuh terjengkang. Sedangkan dua temennya Edo masih terbaring kesakitan di jalan sambil memegangi kepalanya. Emang helm ane bukan helm mahal jadi ringan, namun lumayan berabe kalo kena kepala. Lagipula ane udah biasa maen bola basket jadi tangan dan fisik ane sedikit banyak terlatih kalo cuma sekedar mengayun-ayukan helm dan kontak fisik ringan.
"APA KAMU LIHAT-LIHAT ?! SINI MAJU !! " teriak ane ke seorang temannya Edo yang dari tadi cuma menonton aja.
"Eh nggak, nggak bang, aku nggak ikutan kok. " jawab dia dengan ketakutan. Untung aja dia nggak maju, soalnya kalo tadi dia ikutan menyerang ane pas ane jatuh, pasti posisinya bakal berbalik 180*
Melihat seorang teman Edo yang tadi terkapar dan berusaha bangun, ane kemudian mendekatinya dan mengangkat helm tinggi-tinggi.
"Udah, udah bang, ampun !! " teriaknya sambil mengangkat tangan menutupi wajahnya.
Ane lihat si Edo masih terbaring kesakitan di jalanan sambil memegangi wajahnya. Melihat situasi yang menguntungkan buat kabur, ane lalu buru-buru memakai helm yang jadi penyelamat ane, lalu menyalakan motor dan meninggalkan Edo dan temen-temennya yang kocar-kacir. Jujur aja, ane bener-bener beruntung bisa lolos. Duh, Rara, kamu bener-bener bikin aku berurusan dengan anak berandalan, keluh ane dalam hati.
“Apa aja mas. “ jawab Rara singkat.
“Soto ayam mau ? Sama kayak aku ? “ tanya ane, dan Rara cuma mengangguk pelan.
Ane lalu pesan soto ayam dua mangkok dan es jeruk dua gelas ke ibu-ibu pelayan kantin. Untung aja sotonya masih ada karena biasanya jam segini kantin udah habis-habisan.
“Jadi ada apa nih, sepertinya kok penting banget. “ tanya ane.
“Mas, aku mau nanya ke kamu, tapi tolong jangan marah ya. “ jawab Rara dengan pelan.
“Nanya apaan ? “ ane makin penasaran.
“Besok Jumat malam kamu ada acara nggak ? “ tanya Rara.
“Hah ? Ooh… nggak ada sih. “ jawab ane. Wih, Rara boleh juga nih, belum apa-apa udah langsung tancap gas.
“Beneran nggak ada mas ? “ tanya Rara keliatan ragu-ragu.
“Iya lah, aku mah tiap sore di rumah, orang pacar aja nggak punya, emang mau kemana ? " jawab ane ketawa.
"Terus Mbak Wulan itu ... ? " tanya Rara.
"Oh, bukan, kami cuma temenan dan lagipula Wulan itu udah punya cowok. " jawab ane.
"Emang Jumat malam kenapa Ra ? " tanya ane.
"Jadi gini mas, besok malam aku ada acara pesta ulang tahun di rumah temenku... " Rara kelihatan ragu-ragu buat meneruskan kalimatnya.
"Oke, terus ... ? " tanya ane penasaran. Semoga semoga semoga...
"Kamu bisa kan mas nemenin aku ? " tanya Rara dengan nada pelan. Wah asyik !! Tapi tunggu dulu, lets make things clear first...
"Maksudmu aku berdua sama kamu pergi ke rumah temenmu itu ? " tanya ane memastikan. Dan Rara mengangguk pelan.
"Tunggu dulu Ra, bukannya aku nolak ya, tapi aku, kamu... ngg maksudku... kita kan baru kenal kemaren dan besok kita jalan berdua. Rasanya kok gimana gitu. " kata ane.
"Ya kalau kamu keberatan sih nggak papa kok mas. " jawab Rara.
"Oh bukan gitu, cuma kamu yakin pergi sama aku ? Kamu kan belum kenal banget sama aku, apa kamu nggak takut aku apa-apain ? " tanya ane.
"Nggak mas, aku yakin kok kalo kamu ini orang baik. " jawab Rara tersenyum.
"Masa ? Kok kamu bisa seyakin itu ? " tanya ane lagi.
"Feeling. " jawab Rara yakin.
Ane cuma tersenyum mendengar jawaban Rara. Oh, boy, feeling yah ? Ternyata Rara emang sepolos yang ane kira.
"Tapi ntar kalo kamu ngajak aku, ada yang cemburu nggak hehe. " kata ane bercanda.
"Ya itulah mas, tujuan aku ngajak kamu. " jawab Rara.
"Maksudmu ? " tanya ane.
Rara keliatan ragu-ragu buat menjawab. Sepertinya alasan dia ngajak ane jalan emang ada udang di balik batu.
"Udah ayo bilang aja terus terang, aku gak bakal marah kok. " bujuk ane.
"Bener ya mas kamu nggak bakal marah ? "
"Iya. " jawab ane nggak sabar.
"Gini mas, di kelas aku punya temen cowok, dan dia udah lama suka sama aku dan selalu aja ngejar aku. Dan tadi siang dia nembak aku ... "
"Oh gitu. Terus gimana ? Kamu terima ? " tanya ane.
"Itu masalahnya mas, aku nggak suka sama dia. " jawab Rara menggelengkan kepala.
"Ya kamu tinggal bilang aja ke dia kalau kamu nggak suka. Simpel kan ? " kata ane.
"Udah mas, aku udah bilang kalo kita berteman aja, tapi dia bilang nggak akan menyerah ngejar aku. " jawab Rara.
"Oke, aku mulai paham nih. Biar aku tebak, tujuan kamu ngajak aku ke pesta itu mau nunjukkin ke dia kalau kamu udah punya pacar ? " tanya ane.
"Kamu jangan marah ya mas, soalnya aku beneran udah bingung ngadepin dia, dan aku pikir ini satu-satunya cara buat dia jauhin aku. " kata Rara.
"Aku tahu permintaanku ini konyol, jadi kalau kamu nggak mau juga nggak papa kok mas. " kata Rara lagi.
"Emang acaranya jam berapa sih ? " tanya ane.
"Jam tujuh mas. "
"Oke deh, aku bakalan nemenin kamu ke pesta temenmu itu. " jawab ane meyakinkan.
"Beneran ? Wah makasih banget mas. " jawab Rara riang.
"Lagipula mas, selama ini kan aku nggak punya kenalan cowok jadi aku bingung mau minta tolong sama siapa. " kata Rara sambil melepas kacamatanya lalu mengelapnya pake kain kecil dari saku kemejanya.
Wuihhh !! Ane nyaris nggak percaya, ternyata kalo Rara nggak pake kacamata dia lumayan cantik juga. Jadi kalo dia pake kacamata skornya 85, saat nggak pake skornya naik drastis jadi 95. Tapi kalo dibanding Wulan ya masih jauh, yang menurut ane skornya Wulan bisa mencapai 150 lebih.
"Tapi aku punya permintaan Ra. " kata ane.
"Apa itu mas ? " tanya Rara.
"Gimana kalau malam Minggu kita jalan-jalan ? " tanya ane. Semoga aja Rara mau, harap ane dalam hati.
"Boleh. " jawab Rara cepat. Wih, cepet banget jawabnya...
Tunggu Vin, jangan terlalu frontal, jangan terlalu ngarep, inget kejadian pas sama Wulan tempo hari. PDKT ke cewek mah dibawa nyantai aja, kalo ngarepnya ketinggian jatuhnya juga bakal sakit.
Selesai makan di kantin, jam udah menunjukkan jam 13.55. Ane pun nawarin Rara buat nganter pulang itung-itung sekalian tahu rumahnya biar besok lebih cepat jemputnya.
"Rumah kamu di mana Ra ? " tanya ane pas kami jalan di koridor menuju lobby kampus.
"Deket kok mas. Ntar aku tunjukin deh. " jawab Rara.
"Oke. " jawab ane.
Hanya saja saat kami udah sampai lobby, kami bertemu dengan seseorang atau tepatnya seorang cewek yang ...
"Lho, Lan ? Kok kamu belum pulang ? " tanya ane ke Wulan yang lagi duduk di bangku lobby.
"Kayaknya jemputanku nggak dateng, Vin. " jawab Wulan tersenyum kecut.
"Yovie nggak jemput kamu ? " tanya ane. Wulan nggak menjawab cuma menggeleng pelan.
"Kalian kok juga masih di sini ? " tanya Wulan kemudian.
"Iya mbak tapi ini udah mau pulang kok. " jawab Rara tersenyum.
"Tadi habis ngobrol di kantin, dan ini mau nganter Rara pulang. " kata ane.
"Ooo... ? Tapi inget langsung pulang lho Vin, jangan mampir-mampir. " kata Wulan bernada ngeledek.
"Ya nggak lah. Aku mana berani macem-macem sama anak orang hahaha. " jawab ane sekenanya sambil ketawa. Sedangkan Rara cuma tersipu malu.
"Oke deh. Kalo gitu aku juga mau pulang. " jawab Wulan sambil beranjak berdiri.
"Naik bis ? " tanya ane.
Wulan lagi-lagi nggak menjawab cuma mengangguk sambil tersenyum. Tapi keliatan banget kalau dia kecewa Yovie nggak datang menjemputnya. Ada apa nih ? Apa mereka ada masalah lagi ? tanya ane dalam hati.
"Aku duluan ya. Ayo Vin, Mbak Rara... " kata Wulan berjalan meninggalkan kami sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati ya mbak. " jawab Rara.
Duh, ternyata Wulan hari ini nggak dijemput Yovie, berarti seandainya nggak ada Rara, ane ada kesempatan buat nganterin Wulan ke halte. Ahh, mikir apaan sih ane ini, masih ngarep juga sama cewek orang. Lagipula disamping ane udah ada Rara dan ane nggak mau mengecewakan Rara.
Hari Jumat-nya, sekitar jam tiga kurang, ane lagi berdiri di depan gerbang sebuah sekolah SMA, sembari menunggu seseorang. Ane pun melongok ke dalam halaman sekolah, suasana ternyata udah sepi cuma ada satu dua siswa yang lagi lalu lalang. Karena nggak sabar ane mengeluarkan HP dan membuka chat WA.
Ane: ra aku dah didpn lho
Rara: iya mas bntr ya
Rara: 10 mnt lagi
Ane: ok aku tungguNggak sampai sepuluh menit Rara keluar bersama beberapa siswa lainnya. Melihat ane yang menunggunya dia langsung tersenyum senang dan langsung menghampiri ane dengan setengah berlari.
“Haloooo sayang !! “ tiba-tiba aja dengan setengah berteriak, Rara memeluk lengan ane dan jelas aja ane kaget banget dengan tingkahnya.
“Sorry yah lama nunggu. “ kata Rara lagi sambil masih menggandeng lengan ane.
“Eh ngg.. nggak kok. “ jawab ane yang masih terkaget-kaget dengan sikap Rara barusan.
“Duluan ya, Do !! “ teriak Rara seraya melambaikan tangan ke seorang siswa cowok berjaket biru yang sepertinya sejak tadi bersama Rara.
“Itu temenmu yang kamu maksud ? “ tanya ane setengah berbisik sembari memberikan helm ke Rara.
“Iya mas. “ jawab Rara.
“Makanya aku akting biar keliatan pacaran sungguhan mas. “ timpal Rara sambil berbisik juga.
“Tapi kalo kamu over kayak tadi bisa-bisa dia curiga, Ra. “ kata ane.
“Iya, sorry mas, tapi moga-moga nggak deh. “ jawab Rara tersenyum malu.
Kami lalu meninggalkan sekolahnya Rara, dan ane sempet liat cowok yang dipanggil Rara “Do” tadi cuma berdiri mematung menatap ane sama Rara menjauh, persis sama yang pernah dialami ane pas pertama kali melihat Wulan dijemput sama Yovie pake mobil. Ah.. Wulan lagi.
Ane pun mengantar Rara sampai rumahnya, persis kayak kemaren. Rumahnya Rara emang deket sama kampus ane, mungkin cuma sekitar 500 meter, tapi rada masuk- masuk gang gitu. Dan rumahnya tergolong sederhana, lebih sederhana dari rumahnya Wulan dan cuma satu lantai.
Hari ini Rara sengaja minta dijemput di sekolahnya, katanya biar kelihatan pacaran beneran. Bagi ane sih nggak masalah hehe, cuma ane rada kasihan sama temen cowoknya Rara tadi, perasaan cowok mana yang nggak hancur melihat cewek yang disukainya ternyata udah punya pacar.
“Makasih ya mas. “ kata Rara tersenyum sambil menyerahkan helm ke ane.
“Iya, Ra. “ jawab ane sambil menerima helm dari Rara.
“Eh tadi nama temenmu siapa ? Do ? Donny ? Doddy ? “ tanya ane.
“Namanya Edo mas. “ jawab Rara.
“Ohhkeeehh… setidaknya aku tahu siapa yang jadi lawanku. “ seloroh ane.
“Emang kenapa sih kok mau ogah banget sama dia ? Aku lihat dari penampilannya nggak jelek-jelek amat. “ tanya ane.
“Masalahnya si Edo itu termasuk cowok nakal mas. Dia sering dipanggil guru BP gara-gara berantem. Bulan lalu aja dia diskors seminggu gara-gara ikut tawuran sama sekolah lain. “ jawab Rara.
“Waduh ?! “ ane kaget juga mendengar penjelasan Rara. Ternyata lawan ane ini badboy.
“Jadi dia berandalan ya Ra ? Terus kamu pernah diapa-apain nggak sama dia ? “ tanya ane dengan nada kuatir.
“Nggak sih. Selama ini Edo selalu ramah sama aku, dan bisa dibilang dia juga baik sama temen-temen sekelas, kalo berantem sih seringnya sama anak kelas lain. “ jawab Rara.
“Kamu nggak takut kan mas ? “ tanya Rara lagi.
“Eh ya nggak lah. “ jawab ane cepat, padahal hati lumayan deg-degan. Ah kampret, kenapa Rara nggak bilang dari awal.
“Okelah kalo gitu, aku pamit dulu yah. Ntar aku kesini jam enam. “ kata ane sambil menyalakan motor.
"Jam setengah tujuh aja nggak papa mas, rumah temenku deket kok. " jawab Rara.
"Oke deh kalo gitu. Sampai jumpa nanti ya Ra. "
“Iya mas, aku tunggu. “ jawab Rara.
Setelah dari rumahnya Rara, ane pun pulang. Sampai di rumah ane istirahat dan jam enam lebih ane mandi, pake baju dan celana jeans terbaru (maksudnya yang baru keluar dari laundry hehe
), pake parfum ? Ah ane mah nggak doyan parfum. Setelah semua siap, ane berangkat lagi ke rumah Rara.Sampai di rumahnya Rara, ternyata Rara udah nunggu ane di ruang tamu, dan dia udah siap berangkat dan ooohhh, dia terlihat cantik pakai kaos oblong putih ketat, dan celana jeans biru. Sayang aja sih soalnya dia masih pake kacamatanya.
"Wah kamu cantik banget Ra pake baju itu. " puji ane.
"Masa sih mas ? " jawab Rara tersipu malu.
"Soalnya aku sejak kemaren kan liat kamu pake seragam sekolah mulu, jadi sekarang kamu kelihatan lain. " jawab ane ketawa.
"Dah yuk kita berangkat. " ajak ane.
"Iya mas. " jawab Rara.
"Buuu, aku pergi dulu ya. " teriak Rara yang sepertinya memanggil ibunya.
"Oh iya Ra. " tiba-tiba muncul seorang ibu-ibu dari arah dapur, dan tentu saja ane langsung menyalami beliau.
"Bu, saya Alvino, temennya Rara. " kata ane basa-basi.
Dan setelah berpamitan sama ibunya Rara, kami berangkat ke acara pesta ultahnya temennya Rara itu. Ternyata jaraknya juga lumayan jauh, sampai sana acara udah dimulai, karena ternyata udah jam tujuh lebih. Kami disambut langsung dengan sang tuan rumah, alias the birthday girl yang langsung menyalami kami berdua. Pestanya bisa dibilang sederhana yang digelar di ruang tamu. Semua yang datang duduk bersila membentuk lingkaran dan ane hitung mungkin ada tiga puluhan tamu yang hadir dan sebagian besar dipastikan temen-temen sekelas Rara.
Ane rada grogi juga soalnya jelas ane nggak ada yang kenal satupun kecuali Rara, dan ane merasa semua mata menatap ke ane. Padahal ane yakin diantara temen2 Rara yang lain juga ada yang ngajak pacar yang dari luar sekolah. Tapi ane mah cuek aja, tapi gak lupa mengumbar senyum ke kanan dan kiri biar gak dicap sombong.
"Ra, si Edo mana ? " bisik ane ke Rara saat kami udah duduk.
"Dia ada di sebelah kanan pojok mas, pake kaos hitam. " jawab Rara juga berbisik, dan ane lihat emang yang namanya Edo lagi duduk di pojokan dan terus menatap ane dan Rara, sambil sesekali mainan HP.
"Rangkul aku mas. " pinta Rara.
"Apa ?! " ane kaget juga mendengar permintaan Rara.
"Cepetan rangkul pundak aku, mumpung Edo ngeliatin kita. " jawab Rara.
Ane pun menuruti permintaan Rara dan merangkulnya, dan Rara membalas memegangi tangan ane yang nangkring di pundaknya. Sesekali kami bertatapan sambil tersenyum mesra, tapi ya cuma bohongan. Dan pesta pun berlangsung meriah, acara demi acara digelar dan kami berdua berusaha bersikap layaknya orang pacaran.
"Lho si Edo kok nggak ada ? " tanya ane ke Rara saat acara makan bersama.
"Eh iya dia nggak ada. " jawab Rara.
"Mungkin dia pulang sambil nangis di pojokan melihat cewek pujaannya mesra sama cowok lain. " seloroh ane.
"Mungkin juga sih. " jawab Rara ketawa.
Pesta akhirnya selesai sekitar jam sembilan dan si Edo tetep nggak nongol juga. Ane mah nggak peduli, lagipula Rara tetep jadi prioritas utama. Sehabis dari tempat pesta ane memutuskan langsung mengantar Rara pulang, soalnya udah jam sembilan lebih. Dan setelah dari rumah Rara, ane lihat udah jam setengah sepuluh lebih, dan ane langsung memacu motor menuju rumah.
Namun saat lewat di depan sebuah kompleks ruko yang nggak terpakai, tiba-tiba ane dipepet oleh dua motor yang dinaiki dua cowok berboncengan. Motor ane nyaris aja ambruk karena salah satu motor pas memepet sempat menyenggol roda depan. Waduh siapa nih ? Jangan-jangan begal atau rampok. Namun salah seorang dari mereka langsung turun dan menghampiri ane yang masih diatas motor, dan ternyata dia adalah Edo. Dan ketiga temennya juga ikut turun dan juga ikut menghampiri ane. Waduh celaka, ternyata Edo membawa temen-temennya buat ngeroyok ane.
"Turun kamu, anj*ng !! " teriak Edo sambil mengeplak kaca helm ane.
Ane mencoba tenang sambil turun dari motor, soalnya ane sekarang udah dikepung sama empat orang, soalnya kalo ane gegabah bisa-bisa ane malah konyol digebukin mereka. Meskipun badan mereka rata-rata jauh lebih kecil dibanding ane, termasuk Edo, tapi sepertinya mereka tergolong doyan berantem.
"Hei, selow bro, ada apa ini maen cegat seenaknya ? " jawab ane sambil membuka helm.
"Jadi dia Do, yang ngerebut cewek kamu ? " tanya seorang dari mereka ke Edo.
"Udah kita hajar aja dia sekarang daripada kelamaan. " jawab yang lainnya.
"Diem semua !! " teriak Edo, lalu menatap ane dengan tajam.
"Kamu bener-bener cari mati berani jalan sama Rara, b*ngsat !! " bentak Edo sambil menuding ke muka ane.
"Memang kenapa kalo aku jalan sama Rara ? Masalah buat kamu ? " jawab ane dengan tenang, namun tangan ane tetep menggenggam erat helm yang merupakan satu-satunya senjata ane.
"Halaaa banyak bacot, sekarang aku peringatkan !! Jauhi Rara kalo kamu mau selamat !! " ancam Edo.
"Enak aja, Rara itu pacarku dan kami udah jadian. Emang kamu ini siapa pake ngelarang-ngelarang segala. " tanya ane dengan senyum sinis.
"DIEM KAMU ANJ*NG !! " teriak Edo penuh emosi.
Tiba-tiba BUAAAAKKK !! Sebuah pukulan telak mengenai wajah ane dan spontan membuat ane terhuyung-huyung. Ane merasakan ada darah menetes di bibir ane. Dengan pandangan masih berkunang-kunang ane melihat Edo kembali mendekati ane dan PRAAKKKK !!! Ane sekuat tenaga menghantamkan helm yang sejak tadi ane pegang ke wajah Edo dan kontan aja dia langsung jatuh tersungkur dan ane lalu mengayunkan helm ane ke sekeliling kiri kanan karena ane yakin ketiga temen Edo bakal maju dan bener aja... PRAKKKK !!! Helm ane mengenai sasaran kedua, temennya Edo juga langsung terkapar saat kepalanya kena hantaman helm ane.
Tiba-tiba BRUKK!! Temennya Edo yang lain menubruk perut ane dan kontan aja kami berdua terjatuh di jalanan aspal. Untung aja helm nggak lepas dari genggaman ane dan PRAAKKK!! Dengan kedua tangan, sekali lagi ane hantamkan helm ane ke kepala dia lalu buru-buru bangkit berdiri.
Melihat Edo yang berusaha bangkit ane dengan cepat menendang wajahnya dan BUAAAKK !! Dia kembali jatuh terjengkang. Sedangkan dua temennya Edo masih terbaring kesakitan di jalan sambil memegangi kepalanya. Emang helm ane bukan helm mahal jadi ringan, namun lumayan berabe kalo kena kepala. Lagipula ane udah biasa maen bola basket jadi tangan dan fisik ane sedikit banyak terlatih kalo cuma sekedar mengayun-ayukan helm dan kontak fisik ringan.
"APA KAMU LIHAT-LIHAT ?! SINI MAJU !! " teriak ane ke seorang temannya Edo yang dari tadi cuma menonton aja.
"Eh nggak, nggak bang, aku nggak ikutan kok. " jawab dia dengan ketakutan. Untung aja dia nggak maju, soalnya kalo tadi dia ikutan menyerang ane pas ane jatuh, pasti posisinya bakal berbalik 180*
Melihat seorang teman Edo yang tadi terkapar dan berusaha bangun, ane kemudian mendekatinya dan mengangkat helm tinggi-tinggi.
"Udah, udah bang, ampun !! " teriaknya sambil mengangkat tangan menutupi wajahnya.
Ane lihat si Edo masih terbaring kesakitan di jalanan sambil memegangi wajahnya. Melihat situasi yang menguntungkan buat kabur, ane lalu buru-buru memakai helm yang jadi penyelamat ane, lalu menyalakan motor dan meninggalkan Edo dan temen-temennya yang kocar-kacir. Jujur aja, ane bener-bener beruntung bisa lolos. Duh, Rara, kamu bener-bener bikin aku berurusan dengan anak berandalan, keluh ane dalam hati.
Diubah oleh gridseeker 11-06-2017 09:24
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas