BAGIAN 2 – KENAPA PILIH VILA HOROR SIH?!
Lokasi: Lembang
Waktu: Tengah malam
Korban: Aku sendiri, ayah, ibu, Rian, Indra.
Adikku juga bangun sambil meringis kesakitan, kami melihat sesuatu di tubuh adikku dan itu adalah….
Bekas cakaran.
Ada luka cakar di leher adikku, belakang telinga, dan tangannya. Darah terlihat di kulitnya yang mengelupas.
Kupikir kakakku yang mencakar. Siapa lagi yang mungkin? Tapi kulihat kuku tangannya, pendek.
Kuku kakakku bukan kuku yang bisa mencakar, kalaupun memang panjang, cakarannya tidak sedalam yang ada di atas tubuh adikku. Pokoknya, beda.
Karena kejadian itu, ayah memutuskan itu tidur di kamarku itu, dan aku pindah ke kamar ibu tidur. Sampai disitu, aku mencoba tidur dan tertidur juga akhirnya.
Tidak tahu berapa lama tidur, tiba-tiba aku dibangunkan ibuku, katanya aku mengigau dan ada suara pintu digedor oleh ayahku, tapi ibuku bilang tidak apa-apa, Nina sudah tidak mengigau lagi.
Ternyata tidak berapa lama, setelah aku tidur (lagi), aku dibangunkan ibu lagi, dan kali ini sudah ada ayahku dalam kamar. Karena aku dirasa mengigau terus, maka saat itu diputarkan murattal Qur’an di laptop ayahku untuk menemani tidur.
Setelah itu, aku akhirnya tidur sampai tiba waktunya shalat subuh.
Ayahku subuh berjamaah dengan rekan kantornya di ruang tamu vila, dan setelah aku subuh, ibuku cerita bahwa aku bukan mengigau biasa, tapi aku mengigau sambil teriak, dan sambil mengigau aku memegang erat tangan ibuku, baru kulepas saat jam 3 pagi.
Setelah subuh, ayahku masuk ke kamar dan ikut cerita. Dia mengatakan sehabis mendengar teriakan tersebut, ayahku tidak tidur lagi, karena itulah ayah memutuskan untuk mengaji dan tahajud, namun selama mengaji pun dia masih merasa tidak nyaman.
Ayah berkata, saat dia mengaji surat yang cukup panjang, dia salah membaca, dan saat itu pula, kakakku (sambil mengigau!) membaca ayat yang benar dan dilanjutkan sampai selesai. Ayahku hanya menimpali dengan bilang “Jangan ganggu.”
Paginya, setelah kami bersiap pulang, supir kantor yang punya kemampuan, bertemu ayahku dan dia hanya bilang “Semalam ada maung mau masuk pak.”
Aku juga diceritakan bahwa sebenarnya saat itu penjaga vila pun dengar kalau ada teriakan, namun saat mereka sadar sumber teriakan ada di kamarku, mereka kembali ke pos seolah ini sudah biasa.
Penjaga vila pun juga menambahkan bahwa sebenarnya, beberapa hari sebelum kami menginap, ada penghuni yang juga mengalami hal serupa, tapi bedanya, dia dipindahkan keluar vila bersama tempat tidurnya.
Aku pun berpikir, “Kenapa pilih vila horor sih?!”