- Beranda
- Stories from the Heart
Ekspedisi Kota Misteri Berdarah
...
TS
fandi.bin.stres
Ekspedisi Kota Misteri Berdarah
Hallo Agan Sista semuanya...
Spoiler for TOP THREAD:
Alhmadulillah...
Akhirnya ini thread jadi Top Thread juga...
Terima kasih kepada Om Momod, Agan Sista Kaskuser semuanya...
saya terharu berat
: ( 

Akhirnya ini thread jadi Top Thread juga...
Terima kasih kepada Om Momod, Agan Sista Kaskuser semuanya...
saya terharu berat
: ( 

Spoiler for first:
Setelah sekian lama menjadi member
akhirnya saya mendapat inspirasi untuk membuat sebuah cerita misteri wal horor
akhirnya saya mendapat inspirasi untuk membuat sebuah cerita misteri wal horor
Spoiler for second:
Threat misteri wal horor yang gwe buat kali ini tentang ekspedisi kota misteri yang sudah lama hilang ditelan bumi namun kembali digali oleh beberapa orang


Spoiler for third:
Tanpa banyak cas cis cus
Silahkan dinikmati cerita saya nie
Silahkan dinikmati cerita saya nie
Spoiler for fourth:
Dalam cerita saya ini terkandung unsur BB +20rate atau Mengandung Materi Berbau Dewasa
Spoiler for filler:
Ini sih namanya bagian filler, bukan side story atau ntah apa sejenisnya...
tujuannya simpel, untuk menutupi mata rantai cerita yang hilang antara satu part dengan part lainnya maupun didalam part itu sendiri...
No Chit Chat anymore, just enjoy it Guys...
Filler Section 1
Filler Section 2
Filler Section 3
After Ending
tujuannya simpel, untuk menutupi mata rantai cerita yang hilang antara satu part dengan part lainnya maupun didalam part itu sendiri...
No Chit Chat anymore, just enjoy it Guys...
Filler Section 1
Filler Section 2
Filler Section 3
After Ending
Spoiler for last:
WARNING!!!
Cerita saya ini memiliki durasi update sekitar lebih 14 hari saja atau 2 minggu lebih untuk menghindari "kentang" berterbangan dimana mana
Cerita saya ini memiliki durasi update sekitar lebih 14 hari saja atau 2 minggu lebih untuk menghindari "kentang" berterbangan dimana mana
Pembaca yang baik budiman itu dapat memberi komeng ke TS


Pembaca yang dimuliakan derajatnya itu sekiranya




Pembaca yang dimuliakan derajatnya itu sekiranya


Jika agan sista berkenan untuk mendapat pahala lebih, mohon TS diberi




Tapi tolong dengan sangat TS jangan


Sakit gan sista rasanya

Tapi lebih parah rasa sakitnya jumpa sama mantan



Sakit gan sista rasanya

Tapi lebih parah rasa sakitnya jumpa sama mantan

Diubah oleh fandi.bin.stres 14-05-2017 04:13
exc@libur dan 8 lainnya memberi reputasi
9
137.4K
Kutip
676
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fandi.bin.stres
#252
Part 9 - Fakta, Ternyata Itu Pahit
Part 9 - Fakta, Ternyata Itu Pahit
Quote:
Aku dan kelima wanita ini memutuskan untuk bangkit dan berjalan namun masih tetap berada dibalik lebatnya rimbunan dedaunan hutan. Wajah wajah mereka yang kemaren ceria kini hanya penuh raut wajah yang pasrah dan ketakutan. Aku terhenyak, bathinku melemah mengisyaratkan aku harus berhenti dititik ini dan membiarkan ini semua terjadi. “Aku gak kuat lagi. Aku gak sanggup lagi!” Septiani roboh dan terduduk lemas di tanah. Air matanya kembali meluncur dari kelopak matanya membasahi pipinya yang mulus tanpa jerawat itu. Dengan sigap aku melompat tepat kehadapannya. Tanganku memengang bahunya tanpa sadar. “Bu, Bu, sabar Bu. Kuatkan diri Ibu. Masih ada kami disini. Bersama sama kita cari jalan keluarnya. Jangan berhenti disini Bu” pintaku kepadanya. Lalu dia memelukku menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku menjadi canggung karena aku tak pernah dipeluk wanita dalam kondisi seperti ini.
“Sep, kita harus sabar. Lihat kami disini. Aku yakin kita masih kuat meskipun kita sudah tak sanggup lagi. Kenapa? Karena aku yakin aku masih bisa melihat anak anakku lagi” balas Lidya sembari meneteskan air mata. Entah apa yang merasukiku, aku pun berucap “Peluk saja aku, Bu jika Ibu tiba tiba tak sanggup lagi. Rebahkan saja kepala Ibu dibahuku. Menangislah Bu sekuat kuatnya” bisikku perlahan ketelinganya yang langsung membuat dia memelukku erat dan menangis sesunggukan terisak isak hingga suaranya menjadi serak. Hal ini membuat mereka yang sedari tadi berdiri menyaksikan kami langsung duduk dan memeluk kami juga. Walhasil, aku terjepit tepat ditengah tengah mereka.
“Sep, kita harus sabar. Lihat kami disini. Aku yakin kita masih kuat meskipun kita sudah tak sanggup lagi. Kenapa? Karena aku yakin aku masih bisa melihat anak anakku lagi” balas Lidya sembari meneteskan air mata. Entah apa yang merasukiku, aku pun berucap “Peluk saja aku, Bu jika Ibu tiba tiba tak sanggup lagi. Rebahkan saja kepala Ibu dibahuku. Menangislah Bu sekuat kuatnya” bisikku perlahan ketelinganya yang langsung membuat dia memelukku erat dan menangis sesunggukan terisak isak hingga suaranya menjadi serak. Hal ini membuat mereka yang sedari tadi berdiri menyaksikan kami langsung duduk dan memeluk kami juga. Walhasil, aku terjepit tepat ditengah tengah mereka.
------------------------------------
Quote:
”Kalian siap? Untuk mengetahui kenyataanya?” suara itu tiba tiba muncul begitu saja. Yep, suara itu adalah suara lembut tuan putri itu. Dia pun langsung menampakkan dirinya kembali dihadapan kami. Mendekati kami berenam yang tengah berusaha berdiri. Tiba tiba entah apa yang merasuki Cut, emosinya meledak begitu saja seperti siap bertarung dengan tuan putri itu, “Kembalikan kami sekarang juga! Dasar kau makhluk sia*an! Hantu kepa*at!”. Benar benar meledak emosi Cut tanpa terkendali. Dengan sigap aku menarik tangannya lalu memeluknya erat dari belakang. Tapi, kekuatannya benar benar luar biasa! Aku pun menjatuhkannya tepat ketanah. Badanku tepat menindihnya dari belakang.
Suaranya terhenti, hening menerpa kami semua. Tuan putri itu tampak bersedih, air matanya mengalir deras keluar membasuh pipinya. Dia tampak tak ingin melakukan ini namun harus dia lakukan untuk menyelesaikan suatu hal. Sementara Cut yang tadi beraksi seperti seorang perempuan parbada(bahasa Batak untuk perempuan garang) membuat pikiranku kosong. Aku tak tahu harus menghadapinya jika itu terjadi lagi. Aku bangkit berdiri perlahan lahan dengan nafas tak teratur. Kulihat tubuh Cut tertelungkup ditanah tak berdaya. Suara isak tangis perlahan lahan mulai terdengar darinya. Dengan lembut kugapai tangan kirinya, kupeluk badannya dengan tangan kananku. Aku berusaha membuatnya berdiri kembali meskipun dia tak mau. Dengan susah payah aku dan dia berhasil bangkit berdiri kembali. Tanpa aba aba Setia, Yani, Lidya dan Mutiya membantu Cut berdiri.
Aku pun berlari kearah tuan putri itu. “Kamu mau bercumbu denganku? Ayo sekarang kita lakukan! Aku tak takut kamu itu hantu atau bukan, bagiku yang penting aku dan mereka bisa keluar dari sini” teriakku kencang ke wajahnya. Tanganku mencengkram erat tangannya. Tiba tiba saja dia berkata, “Aldi, aku minta maaf. Wajahmu mirip sekali dengannya. Aku tak sengaja. Aku minta maaf”. “Lantas kenapa kamu lakukan ini kepada kami?” balasku dengan nada emosi yang sangat tinggi. “Baiklah, aku akan menceritakan semuanya kepada kalian. Tapi kalian harus ketahui kondisi kalian sekarang ini. Kalian bebas berjumpa dengan orang orang yang kalian itu karena mereka tidak dapat merasakan kehadiran serta melihat kalian. Itu karena aku menutupi kalian dari mereka”. “Dari apa?” tanyaku semakin mendekatkan wajahku. “Dari Sudarma, seorang pria yang wajahnya sangat mirip denganmu Aldi”. Kata katanya membuatku seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Aku yakin yang lainnya berada dalam tahanan makhluk makhluk itu dan berada di desa ghaib itu. YA ALLAH YA RABB, bantulah kami disaat seperti ini.
Suaranya terhenti, hening menerpa kami semua. Tuan putri itu tampak bersedih, air matanya mengalir deras keluar membasuh pipinya. Dia tampak tak ingin melakukan ini namun harus dia lakukan untuk menyelesaikan suatu hal. Sementara Cut yang tadi beraksi seperti seorang perempuan parbada(bahasa Batak untuk perempuan garang) membuat pikiranku kosong. Aku tak tahu harus menghadapinya jika itu terjadi lagi. Aku bangkit berdiri perlahan lahan dengan nafas tak teratur. Kulihat tubuh Cut tertelungkup ditanah tak berdaya. Suara isak tangis perlahan lahan mulai terdengar darinya. Dengan lembut kugapai tangan kirinya, kupeluk badannya dengan tangan kananku. Aku berusaha membuatnya berdiri kembali meskipun dia tak mau. Dengan susah payah aku dan dia berhasil bangkit berdiri kembali. Tanpa aba aba Setia, Yani, Lidya dan Mutiya membantu Cut berdiri.
Aku pun berlari kearah tuan putri itu. “Kamu mau bercumbu denganku? Ayo sekarang kita lakukan! Aku tak takut kamu itu hantu atau bukan, bagiku yang penting aku dan mereka bisa keluar dari sini” teriakku kencang ke wajahnya. Tanganku mencengkram erat tangannya. Tiba tiba saja dia berkata, “Aldi, aku minta maaf. Wajahmu mirip sekali dengannya. Aku tak sengaja. Aku minta maaf”. “Lantas kenapa kamu lakukan ini kepada kami?” balasku dengan nada emosi yang sangat tinggi. “Baiklah, aku akan menceritakan semuanya kepada kalian. Tapi kalian harus ketahui kondisi kalian sekarang ini. Kalian bebas berjumpa dengan orang orang yang kalian itu karena mereka tidak dapat merasakan kehadiran serta melihat kalian. Itu karena aku menutupi kalian dari mereka”. “Dari apa?” tanyaku semakin mendekatkan wajahku. “Dari Sudarma, seorang pria yang wajahnya sangat mirip denganmu Aldi”. Kata katanya membuatku seperti tersengat listrik bertegangan tinggi. Aku yakin yang lainnya berada dalam tahanan makhluk makhluk itu dan berada di desa ghaib itu. YA ALLAH YA RABB, bantulah kami disaat seperti ini.
------------------------------------
Quote:
Bak petir disiang bolong, sang Jenderal yang sudah kehilangan 30 prajuritnya sangat marah. Diapun segera memerintahkan komandan pasukan agar memanggil kedua prajurit muda itu menghadapnya. Wajah khas Sulawesinya yang tampan hilang begitu saja, berganti dengan raut amarah dan emosi yang siap meledak bak gunung Krakatau di akhir abad ke-18. Sesampainya kedua prajurit muda tersebut di ruangannya, sang Jenderal lantas memerintahkan agar siapapun segera menjauh dari ruangannya dan jangan mendekat. Apapun yang terjadi, suara apapun yang terdengar tidak boleh seorang pun memasuki ruangan sang Jenderal. Meskipun terdengar tembakan dari dalam sekalipun tidak boleh ada yang masuk kecuali aku izinkan, itu perintah sang Jenderal kepada dua orang Polisi Militer didepan pintunya.
Sebuah pistol revolver dihantamkan begitu keras ke meja sang Jenderal. Saking kerasnya hantaman pistol tersebut membuat meja tersebut retak. “Kenapa bisa seperti itu? Apa yang kalian lihat disana? Jawab!” teriak si Jenderal penuh amarah kepada dua prajurit mudanya. Keringat mereka meluncur deras bak lelehan embun air di gelas yang berisi air es. Wajah mereka seketika menjadi pucat. Dengan bibir bergetar, prajurit pertama menjawab, “Siap Pak. Saya tidak melihat apapun. Hanya semak belukar yang mereka masuki dan itu atas perintah sang komandan, Pak!” jawabnya lantang. Sang Jenderal terus memperhatikan wajahnya begitu dekat hingga dia sanggup melihat pori pori wajahnya. Lalu jari telunjuk kanannya menunjuk ke wajah prajurit kedua. “Kamu! Apa yang mereka temukan disana?” mulut sang Jenderal tepat berada di telinga kirinya. “Tidak tahu Pak, kami tidak dapat melihat apapun tapi tetap saja mereka serang” jawabnya dengan nada sedikit bergetar.
“Jawab jujur beren*sek! Atau kalian kutembak mati disini! Kupecahkan kepala kalian berdua! Akan kunikmati setiap detik menitnya menyaksikan darah kalian keluar dari tubuh kalian sementara kalian menderita menuju ajal kalian!” nada sang Jenderal benar benar mengancam layaknya psikopat. “Siap Pak! Kami sudah berkata jujur seperti apa yang terjadi! Jika anda menilai kami tidak jujur, silahkan pecahkan kepala kami dengan peluru anda disini Pak!” balas prajurit kedua dengan nada lantang. Sang Jenderal tahu kedua prajuritnya ini tidak berbohong ataupun desersi. Peristiwa itu memang benar benar terjadi. Tapi, bagaimana kedua prajurit muda ini dapat selamat dari peristiwa aneh itu? “Ceritakan padaku, bagaimana kalian bisa selamat? Apa kalian benar benar bersembunyi di belang pasukan kalian dengan menyamar?”. “Tidak Pak! Kami berada di urutan paling belakang. Kami berdua sedang akan memuat amunisi kepada para penembak mesin. Tapi kami diperintahkan untuk tetap dibelakang tidak maju kedepan” jawab mereka dengan lantang dan penuh keyakinan. “Oke, mulai sekarang kalian akan kutempatkan di posisi lain. Anggap saja sebagai hukuman dan hadiah kepada kalian berdua. Pasukan, bubar!”. Dan mereka meninggalkan ruangan sang Jenderal dibayangi rasa cemas akan posisi baru mereka.
Sebuah pistol revolver dihantamkan begitu keras ke meja sang Jenderal. Saking kerasnya hantaman pistol tersebut membuat meja tersebut retak. “Kenapa bisa seperti itu? Apa yang kalian lihat disana? Jawab!” teriak si Jenderal penuh amarah kepada dua prajurit mudanya. Keringat mereka meluncur deras bak lelehan embun air di gelas yang berisi air es. Wajah mereka seketika menjadi pucat. Dengan bibir bergetar, prajurit pertama menjawab, “Siap Pak. Saya tidak melihat apapun. Hanya semak belukar yang mereka masuki dan itu atas perintah sang komandan, Pak!” jawabnya lantang. Sang Jenderal terus memperhatikan wajahnya begitu dekat hingga dia sanggup melihat pori pori wajahnya. Lalu jari telunjuk kanannya menunjuk ke wajah prajurit kedua. “Kamu! Apa yang mereka temukan disana?” mulut sang Jenderal tepat berada di telinga kirinya. “Tidak tahu Pak, kami tidak dapat melihat apapun tapi tetap saja mereka serang” jawabnya dengan nada sedikit bergetar.
“Jawab jujur beren*sek! Atau kalian kutembak mati disini! Kupecahkan kepala kalian berdua! Akan kunikmati setiap detik menitnya menyaksikan darah kalian keluar dari tubuh kalian sementara kalian menderita menuju ajal kalian!” nada sang Jenderal benar benar mengancam layaknya psikopat. “Siap Pak! Kami sudah berkata jujur seperti apa yang terjadi! Jika anda menilai kami tidak jujur, silahkan pecahkan kepala kami dengan peluru anda disini Pak!” balas prajurit kedua dengan nada lantang. Sang Jenderal tahu kedua prajuritnya ini tidak berbohong ataupun desersi. Peristiwa itu memang benar benar terjadi. Tapi, bagaimana kedua prajurit muda ini dapat selamat dari peristiwa aneh itu? “Ceritakan padaku, bagaimana kalian bisa selamat? Apa kalian benar benar bersembunyi di belang pasukan kalian dengan menyamar?”. “Tidak Pak! Kami berada di urutan paling belakang. Kami berdua sedang akan memuat amunisi kepada para penembak mesin. Tapi kami diperintahkan untuk tetap dibelakang tidak maju kedepan” jawab mereka dengan lantang dan penuh keyakinan. “Oke, mulai sekarang kalian akan kutempatkan di posisi lain. Anggap saja sebagai hukuman dan hadiah kepada kalian berdua. Pasukan, bubar!”. Dan mereka meninggalkan ruangan sang Jenderal dibayangi rasa cemas akan posisi baru mereka.
------------------------------------
Quote:
”Aldi, apakah kamu ingat kamu pernah hilang tiga hari? Kamu berada di istana yang megah dan ada sebuah kolam ikan yang indah” tanya sang tuan putri kepadaku. Mendengarnya aku seperti dihantam truk tanah tepat dimukaku. Tidak mungkin ini terjadi, pikirku! Dia mengetahui apa yang kualami dulu padahal aku tidak pernah menceritakan kepada siapapun apa yang terjadi selama aku menghilang. Berarti peristiwa hilangnya aku dahulu kala didalangi oleh dia. Emosiku naik, amarah dan dendam menumpuk didadaku. Tanganku mengepal menandakan aku ingin meluapkannya. Gestur tubuhku menandakan aku akan meluapkan rasa yang telah tertumpuk selama ini.
Plaaakkkkkk..... Tanpa perintah aku menampar pipi tuan putri itu. Kesal, dendam dan amarahku hilang seketika namun rasa takut dan cemas akan nasibku masih bercampur aduk. “Tampar aku sepuasmu Aldi! Aku tahu aku salah! Meskipun aku sudah lama mati, aku masih punya perasaan. Terimalah permintaan maafku Aldi. Aku mohon Aldi” suaranya memelas memohon berat kepadaku. Gila pikirku! Aku menampar hantu! Dan itu berhasil! Bahkan dia meminta maaf padaku! “Baiklah, aku terima tapi aku ingin perkenalan kita disini dimulai dari awal kembali” pintaku kepadanya. “Baiklah, aku akan menyanggupinya. Aku akan turuti semua perintahmu Aldi tapi dengan syarat, bantu bebaskan rakyatku menuju cahaya” balasnya lagi mengingatkan kembali akan ancaman dia sebelumnya.
“Pertama tama kita mulai dari namamu dulu tuan putri. Siapa namamu?”. “Namaku Anak Agung Ni Wayan Sastri Triwedia, aku seorang tuan putri di kerajaanku. Nama kerajaanku, Kamulyan Agung yang telah kalian temukan. Aku keturunan ke 31 dan sekaligus pemimpin wanita pertama”. “Berarti kamu sebagai ratu di kerajaanmu yach... Oke, lantas apakah yang menimpamu, kerajaanmu dan rakyatmu sehingga kalian seperti ini?” tanyaku perlahan lahan. “Aku tak sanggup menceritakannya. Aku tak kuat untuk kembali ke waktu itu. Oleh karena itu, aku meminta pertolongan dan bantuan dari kalian. Terutama kamu Aldi” jawabnya lirih bersedih. Meskipun dia hantu atau bukan entah pun makhluk sejenisnya, timbul rasa iba dalam diriku. Aku meraih kedua tangannya, kudekap perlahan lahan. Kupeluk tubuhnya, kusandarkan kepalanya dibahuku. “Sudah sudah jangan menangis lagi, selagi ada aku dan mereka disini kami akan berusaha menolongmu” bisikku ke telinganya.
Plaaakkkkkk..... Tanpa perintah aku menampar pipi tuan putri itu. Kesal, dendam dan amarahku hilang seketika namun rasa takut dan cemas akan nasibku masih bercampur aduk. “Tampar aku sepuasmu Aldi! Aku tahu aku salah! Meskipun aku sudah lama mati, aku masih punya perasaan. Terimalah permintaan maafku Aldi. Aku mohon Aldi” suaranya memelas memohon berat kepadaku. Gila pikirku! Aku menampar hantu! Dan itu berhasil! Bahkan dia meminta maaf padaku! “Baiklah, aku terima tapi aku ingin perkenalan kita disini dimulai dari awal kembali” pintaku kepadanya. “Baiklah, aku akan menyanggupinya. Aku akan turuti semua perintahmu Aldi tapi dengan syarat, bantu bebaskan rakyatku menuju cahaya” balasnya lagi mengingatkan kembali akan ancaman dia sebelumnya.
“Pertama tama kita mulai dari namamu dulu tuan putri. Siapa namamu?”. “Namaku Anak Agung Ni Wayan Sastri Triwedia, aku seorang tuan putri di kerajaanku. Nama kerajaanku, Kamulyan Agung yang telah kalian temukan. Aku keturunan ke 31 dan sekaligus pemimpin wanita pertama”. “Berarti kamu sebagai ratu di kerajaanmu yach... Oke, lantas apakah yang menimpamu, kerajaanmu dan rakyatmu sehingga kalian seperti ini?” tanyaku perlahan lahan. “Aku tak sanggup menceritakannya. Aku tak kuat untuk kembali ke waktu itu. Oleh karena itu, aku meminta pertolongan dan bantuan dari kalian. Terutama kamu Aldi” jawabnya lirih bersedih. Meskipun dia hantu atau bukan entah pun makhluk sejenisnya, timbul rasa iba dalam diriku. Aku meraih kedua tangannya, kudekap perlahan lahan. Kupeluk tubuhnya, kusandarkan kepalanya dibahuku. “Sudah sudah jangan menangis lagi, selagi ada aku dan mereka disini kami akan berusaha menolongmu” bisikku ke telinganya.
------------------------------------
Quote:
Setelah kami bercerita panjang lebar tenatng tuan putri dan kami semua. Kami memilih beristirahat karena sudah cukup lelah terasa badan ini karena terus menerus menangis, terutama mereka sedangkan aku dan tuan putri tidak. “Tuan putri, lantas bagaimana waktu berjalan di alam sini dengan dunia fana? Apakah kami mengalami kemunduran waktu atau lompatan waktu?” tanyaku penasaran. “Nanti kamu akan tahu Aldi. Aku hanya bisa mengungkapkan rahasia rahasia ghaib yang mampu kalian mengerti saja” jawabnya singkat. Kami pun akan berjalan bersama untuk melakukan sebuah penyelamatan yang jelas jelas mempertaruhkan nyawa. Terlebih adanya sebuah perjanjian antara aku dan tuan putri itu yang mana apabila ini semua gagal, otomatis jiwa jiwa kami tidak akan pulang kembali ke raga kami di bumi.
Kami pun berjalan lagi menyusuri hutan ini menuju kerajaannya. Tiba tiba saja kami terhenti oleh kemunculan dua orang pria berpakaian yang sama seperti pasukan pengawal kerajaan jaman dulu. Mereka berjalan menuju kearah kami lengka dengan perisai di tangan kirinya dan tombak ditangan kanannya sementara sebuah senjata tajam yang panjang terlihat dibelakang punggungnya. Kami pun mengelak berusaha bersembunyi dibalik semak semak. Tapi sang tuan putri tetap diam tak bergeming di tengah jalan. Dia terlihat santai seperti menunggu kedua prajurit itu menghampirinya. Aku lupa siapa dirinya dan berteriak kepadanya, “Hey, kemari tuan putri. Nanti kamu ditangkap mereka!”. “Tenanglah, kalian tidak perlu takut. Kalian semua termasuk aku tidak terlihat oleh mereka. Lihat saja nanti apa yang terjadi” sambungnya dengan nada yang mantap.
Benar saja, kedua prajurit itu melewati tuan putri itu seperti tidak melihat apapun. Mereka berjalan lurus menembusnya seperti dalam film film hantu di TV. Gila! Aku makin gila rasanya! Dunia apakah ini? Bagaimana mungkin ada dunia ghaib yang memiliki hantu didalamnya? Apakah ini alam antara kehidupan dan kematian? Atau lebih tepatnya dunia bagi arwah penasaran? Aku memang pernah mendengar cerita itu dari salah seorang pamanku yang datang menolongku sewaktu aku hilang dahulu kala. Dengan bantuannya dan tentunya kuasa dari ALLAH SWT dia berhasil menarikku pulang kembali dari apa yang disebutnya sebagai dunia untuk arwah yang penasaran dahulu kala. Dan ini, mungkin adalah pengalamanku untuk kedua kalinya mengunjungi dunia seperti itu. Aku berharap pamanku datang dan membantu kami semua saat ini. Menarik jiwa kami kami yang sekarang berada di dunia ini kembali ke bumi. “Kalian jangan takut, aku sudah membuat kalian untuk tak terlihat oleh para pasukan itu yang dahulu kala merupakan pasukanku serta rakyatku juga. Tapi kalau dia... Mungkin ini tak akan berhasil...” kata kata terakhirnya semakin pelan seperti takut akan seseorang yang lebih kuat darinya.
Kami pun berjalan lagi menyusuri hutan ini menuju kerajaannya. Tiba tiba saja kami terhenti oleh kemunculan dua orang pria berpakaian yang sama seperti pasukan pengawal kerajaan jaman dulu. Mereka berjalan menuju kearah kami lengka dengan perisai di tangan kirinya dan tombak ditangan kanannya sementara sebuah senjata tajam yang panjang terlihat dibelakang punggungnya. Kami pun mengelak berusaha bersembunyi dibalik semak semak. Tapi sang tuan putri tetap diam tak bergeming di tengah jalan. Dia terlihat santai seperti menunggu kedua prajurit itu menghampirinya. Aku lupa siapa dirinya dan berteriak kepadanya, “Hey, kemari tuan putri. Nanti kamu ditangkap mereka!”. “Tenanglah, kalian tidak perlu takut. Kalian semua termasuk aku tidak terlihat oleh mereka. Lihat saja nanti apa yang terjadi” sambungnya dengan nada yang mantap.
Benar saja, kedua prajurit itu melewati tuan putri itu seperti tidak melihat apapun. Mereka berjalan lurus menembusnya seperti dalam film film hantu di TV. Gila! Aku makin gila rasanya! Dunia apakah ini? Bagaimana mungkin ada dunia ghaib yang memiliki hantu didalamnya? Apakah ini alam antara kehidupan dan kematian? Atau lebih tepatnya dunia bagi arwah penasaran? Aku memang pernah mendengar cerita itu dari salah seorang pamanku yang datang menolongku sewaktu aku hilang dahulu kala. Dengan bantuannya dan tentunya kuasa dari ALLAH SWT dia berhasil menarikku pulang kembali dari apa yang disebutnya sebagai dunia untuk arwah yang penasaran dahulu kala. Dan ini, mungkin adalah pengalamanku untuk kedua kalinya mengunjungi dunia seperti itu. Aku berharap pamanku datang dan membantu kami semua saat ini. Menarik jiwa kami kami yang sekarang berada di dunia ini kembali ke bumi. “Kalian jangan takut, aku sudah membuat kalian untuk tak terlihat oleh para pasukan itu yang dahulu kala merupakan pasukanku serta rakyatku juga. Tapi kalau dia... Mungkin ini tak akan berhasil...” kata kata terakhirnya semakin pelan seperti takut akan seseorang yang lebih kuat darinya.
Diubah oleh fandi.bin.stres 02-04-2017 04:20
erman123 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas