Terlihat
Quote:
Akupun melirik yang memanggilku, ternyata itu teh Suci.
“ada apa teh”, kataku
“penting, ayo”, kata teh Suci menarik tanganku
“eh eh, bentar dulu jangan asal tarik kak”, kata Rathi
“bentar ya Thi, penting banget aku mau ngomong sama Teo”, kata teh Suci
“aku ikut”, kata Rathi
“ga bisa Thi, maaf”, lalu teh Suci menarikku mengikutinya meninggalkan Rathi sendiri.
“teh ada apa sih lu tarik-tarik tangan gua. Sakit nih.”, kataku kesal
“bentaran doang sih lu. Nah sini bentar”, kata teh Suci sambil menggiringku masuk ke sekre ekskul
“ada apa sih?”, tanyaku
“lu tadi di labrak brewok sama botak?”, kata teh Suci
“iya kenapa emang?”, kataku
“mereka tau kalo salah paham?”, lanjutnya
“udah kelar masalahnya teh”, kataku
Lalu teh Suci duduk dan menghela nafas
“emang kenapa sih?”, tanyaku
“ga apa-apa, soalnya dari pagi gua punya perasaan ga enak, eh dapet kabar lu di labrak jadi khawatir gua”, katanya
“ah elah gua kira apaan sih”, kataku bersandar di pintu
“tapi elu ga kenapa-kenapa beneran?”, kata teh Suci memegang pipiku
“iya bener gua sehat”, kataku
“yaaaanngggg!”, teriak Rathi yang lalu memeluku
Rathi melihat teh Suci dengan pandangan yang sinis.
“udah ngomongnya?”, tanya Rathi
“udah ko yang”, kataku
“udah kelar ya teh, gua balik”, lanjutku
Akupun pergi meninggalkan teh Suci, sesampainya di kelas aku di interogasi oleh Rathi. Akupun menjelaskan semuanya. Tapi....
“kamu ga bohong kan sama aku?!”, kata Rathi
“ga yang, buat apa sih aku bohong”, kataku
‘”abisnya kamu di sekre berdua doang yang, gimana aku ga curiga sih”, katanya
“kan kamu juga liat aku berdiri jauh dari dia”, kataku
“hmmph”, diapun menggembungkan pipinya
“udah dong Thi jangan ngambek”, kataku
Diapun tidak menggubris kata-kataku lalu pergi pulang.
“eh, tunggu. Kamu mau kemana sih?”, tanya ku sambil mengejarnya
“pulang”, katanya dengan langkah yang cepat
“bukannya kamu ada bimbel”, kataku
“males”, jawabnya singkat
“kamu masih ngambek? Aku udah jelasin semuanya ke kamu yang”, kataku menahan Rathi.
“udah dong jangan ngambek”, lanjutku
Namun Rathi masih manyun.
“aku harus gimana supaya kamu ga ngambek lagi?”, kataku
“ga tau”, diapun berlari ke gerbang sekolah
“argh maunya apa sih!!”, gerutuku dalam hati.
Akupun mengejarnya, adegan ini seperti adegan di flm india, bedanya aku tidak menari melainkan memohon. Tampangku sudah pasti seperti orang bodoh yang berbicara sendiri. Entah kenapa Rathi tetap diam sampai akhirnya jemputannya datang dan aku di tinggal sendiri.. akupun duduk di trotoar, menunduk, ingin aku ke rumah Rathi tapi ku urungkan niatku. Saat aku mau naik angkot aku baru inget ternyata tasku masih di kelas.
“sialaan!!!”, akupun mengumpat dalam hati
Dengan setengah berlari aku kembali kesekolah lalu menuju kelas.
“tas lu nih”, kata teh Suci yang berdiri dipintu menenteng tasku
Akupun mengambil tasku lalu berjalan ke gerbang
“berantem dek?”, kata teh Suci
Aku hanya menghela nafas. Sepanjang perjalanan teh Suci menemaniku tapi kami hanya diam. Di dekat sekolahku ada sebuah kampus, di sini terdapat taman yang luas dengan pohon-pohon yang rindang dan bangku-bangku yang biasa di gunakan para mahasiswanya bersantai atau mengerjakan tugas, dan ini tempat umum, aku duduk di salah satu bangkunya dan teh Suci masih menemani.
“nih minum”, dia meletakan minum di hadapanku
“dek...”, katanya
Aku hanya melirik dia, dan dia langsung bergeser menjauhiku. Saat ku lihat ternyata “silver” sedang duduk di hadapanku dan menatap ke arahnya. Tapi aku membiarkan hal itu, yang sedang ku fikirkan tingkah laku Rathi yang meninggalkanku sendirian.
“dek...”, kata teh Suci
“dek... adeekkk”, suaranya seperti mau menangis
“apa?”, kataku sambil nengok ke arahnya
Ternyata “silver” berada tepat di hadapan teh Suci. Terlihat teh suci menutup muka dengan tangannya.
“kenapa teh?”, kataku
“gua takut. Temen lu deket baget sama gua dek”, kata teh Suci
“Hah? Teman? Apa yang dia maksud silver?”, gumamku
“lu bisa liat..”, belum selesai aku bicara teh suci menangis
“teh lu kenapa?”, tanyaku
“huuuu. Hiks. Hiks. Huuuuu”, tidak ada jawaban hanya tangisan.
Akupun menatap “silver” cukup lama sampa akhirnya dia pergi.
“teh udah jangan nangis”, kataku
Perlahan dia membuka mata. Lalu mulai mengusap air matanya
“temen lu serem dek. Hiks.hiks”, katanya
“lu bisa liat?”, kataku
Dia hanya mengangguk.
“maaf teh”, kataku
“lu ga salah ko, Cuma emang dari dulu gua bisa liat hal-hal kaya gitu. Tapi gua cuek aja.”, katanya lalu mengambil minum
“tapi temen lu yang bikin gua ketakutan dek, emang awal gua bisa liat gua juga takut, tapi temen lu itu beda”, lanjutnya
“bentar-bentar. Lu bisa liat hal-hal aneh gitu?”, kataku
“iya”, jawabnya
“lu juga bisa?”, katanya
“ga bisa”, jawabku
“tapi temen lu...”,akupun memotong
“dari SD dia udah ada teh, gua ga tau dia siapa, dateng dari mana, yang gua tau dia tumbuh bareng gua semenjak SD sampai sekarang”, kataku
“lu ga takut?”, katanya
“takut, tapi mau gimana lagi, gua ga bisa ngapa-ngapain”, kataku
Tiba-tiba kami saling diam, sampai akhirnya sesuatu mengagetka kami....