- Beranda
- Stories from the Heart
Generation With No Mythologies To Follow
...
TS
konigswood
Generation With No Mythologies To Follow
Love? What is that? Seems legit, can I have some on it?
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Hai untuk seseorang disana, Aku sayang padamu ketika aku benar benar membencimu saat ini, maafkan aku yang terlalu angkuh untuk mengatakan aku sayang padamu, maafkan aku yang ternyata tidak berusaha saat engkau hendak meninggalkan ku terdampar disini
Just enjoy it, If there was same name, same place, same stories (Copy Paste) at this story, i just said So sorry im to terrible to hear that, cz My stories gonna using similar name similar place, if you wanna share it, please dont forgot the copyright
Moral? I dont give a fuck with it, so here we go!
Kita coba sedikit pengindexan ya, sebelumnya ga ada indexnya
Spoiler for Sop Iler:
Diubah oleh konigswood 11-01-2018 11:35
0
92K
501
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
konigswood
#163
Telephone itu kini berdering hampir setiap 3 menit sekali, rata - rata "halo Pak Jaya, saya telephone ke handphonenya kok nggak aktif" oh god, ini Papa kaya langsung di alihkan gitu, dikiranya aku bisa langsung handle gitu?
Sudah lebih dari 15 telephone, aku berniat menghubungi Papa lewat telephone rumah atau Mama, entah berapa kali kutekan tombol redial, namun tak ada suara lelaki paruh baya yang suaranya kunantikan
"Halo Ma, Papa lagi sama Mama nggak?"
"Salam dulu nak, jangan nyerocos aja, ucapin selamat pagi, Papa ada nih di kantor mama, lagi ngopi sama mama berduaan, kenapa emang?"
"Iya Ma maaf, Papa kenapa handphonenya nggak aktif? Banyak client yang telephone dan nanya progress proyek, aku kan nggak tau progress yang Papa handle sampe mana aja"
"Sabar, Papamu cuma ketawa aja nih, Mama loudspeaker loh padahal"
"Halo Pa, ini client - client kalo lari semua gimana Pa? Nggantiin Papa sih gantiin, cuman nggak langsung swipe gitu juga kali Pa, kasih penjelasan apa kek gitu"
"Biarin aja kalo clientnya lari, itu urusan mu, bukan urusan Papa, kalo rate saham perusahaan turun kamu Papa pecat!, Udah kan? Ya udah jangan ganggu Papa sama Mama dulu"
"Yah Pa, udah tua juga"
"Emang cuman kamu yang bisa peluk - pelukan? Papa sama Mama juga bisa"
Dan klik telephone mati....
"Mbak Santi, Rani ada mbak? Suruh kesini mbak, bantuin saya"
"Oke mas"
Tak berapa lama dia datang dengan kemeja dan rok span
"Mbak Rani bisa bantu saya? Kamu angkat telephonenya setiap berdering, kalau tanya tentang Pak Jaya bilang orangnya udah pensiun, selebihnya kamu rangkai kata aja ke client"
"Cuman angkat telephone doang kan ya mas?" Nah ini dia, ngeremehin terima panggilan kantor
Tak berapa lama telephone itu berdering
"Di loudspeaker aja"
Kemudian aku kembali membaca email masuk ke system, dan memeriksa laporan proyek dan keuangan
"Gimana Ran? Enak nggak angkat telephone? Kalau pacar sih yang telephone enak, kalau client mah beda urusannya Ran, hahaha"
"Iya pak, masa marah - marah gitu di telephone"
"Tenang aja rileks, ga lama lagi juga ada telephone lagi, nanti yang ramah ya, saya udah ga bisa ramah jawabnya udah butek di otak"
"Iya Pak"
Dan tak lama yang di tunggu tunggu akhirnya berbunyi
Ternyata aku baru ingat, hari ini kan akhir bulan, pantes saja banyak tagihan dan juga progress
Sesampainya di rumah, Thia belum menunjukan tanda - tanda ada dirumah, karena mobilnya nggak ada
"Mas Graham tumben di depan nonton TV? Biasanya bertelor di kamar" ucap Claudia yang baru saja keluar dari kamar
"Eh Clau, cuman mau nonton UFC doang kok, udah belajar kamu?" Tanyaku, padahal nunggu Thia pulang
"Udah Mas, kok itu ampe berdarah - darah gitu ya? Hihhh ngeri, ini smack down ya?" Tanyanya
"Bukan ini UFC lebih keren dari smackdown, ini bener - bener duel satu lawan satu, nggak kaya smackdown yang acting semua" terangku
"Aku coba nonton deh, tapi deket mas aja, biar nggak takut, nanti kalo moncor - moncor darahnya aku tinggal ngumpet ke Mas aja"
"Yaudah sini".
Sudah lebih dari 15 telephone, aku berniat menghubungi Papa lewat telephone rumah atau Mama, entah berapa kali kutekan tombol redial, namun tak ada suara lelaki paruh baya yang suaranya kunantikan
"Halo Ma, Papa lagi sama Mama nggak?"
"Salam dulu nak, jangan nyerocos aja, ucapin selamat pagi, Papa ada nih di kantor mama, lagi ngopi sama mama berduaan, kenapa emang?"
"Iya Ma maaf, Papa kenapa handphonenya nggak aktif? Banyak client yang telephone dan nanya progress proyek, aku kan nggak tau progress yang Papa handle sampe mana aja"
"Sabar, Papamu cuma ketawa aja nih, Mama loudspeaker loh padahal"
"Halo Pa, ini client - client kalo lari semua gimana Pa? Nggantiin Papa sih gantiin, cuman nggak langsung swipe gitu juga kali Pa, kasih penjelasan apa kek gitu"
"Biarin aja kalo clientnya lari, itu urusan mu, bukan urusan Papa, kalo rate saham perusahaan turun kamu Papa pecat!, Udah kan? Ya udah jangan ganggu Papa sama Mama dulu"
"Yah Pa, udah tua juga"
"Emang cuman kamu yang bisa peluk - pelukan? Papa sama Mama juga bisa"
Dan klik telephone mati....
"Mbak Santi, Rani ada mbak? Suruh kesini mbak, bantuin saya"
"Oke mas"
Tak berapa lama dia datang dengan kemeja dan rok span
"Mbak Rani bisa bantu saya? Kamu angkat telephonenya setiap berdering, kalau tanya tentang Pak Jaya bilang orangnya udah pensiun, selebihnya kamu rangkai kata aja ke client"
"Cuman angkat telephone doang kan ya mas?" Nah ini dia, ngeremehin terima panggilan kantor
Tak berapa lama telephone itu berdering
"Di loudspeaker aja"
Kemudian aku kembali membaca email masuk ke system, dan memeriksa laporan proyek dan keuangan
"Gimana Ran? Enak nggak angkat telephone? Kalau pacar sih yang telephone enak, kalau client mah beda urusannya Ran, hahaha"
"Iya pak, masa marah - marah gitu di telephone"
"Tenang aja rileks, ga lama lagi juga ada telephone lagi, nanti yang ramah ya, saya udah ga bisa ramah jawabnya udah butek di otak"
"Iya Pak"
Dan tak lama yang di tunggu tunggu akhirnya berbunyi
Ternyata aku baru ingat, hari ini kan akhir bulan, pantes saja banyak tagihan dan juga progress
Sesampainya di rumah, Thia belum menunjukan tanda - tanda ada dirumah, karena mobilnya nggak ada
"Mas Graham tumben di depan nonton TV? Biasanya bertelor di kamar" ucap Claudia yang baru saja keluar dari kamar
"Eh Clau, cuman mau nonton UFC doang kok, udah belajar kamu?" Tanyaku, padahal nunggu Thia pulang
"Udah Mas, kok itu ampe berdarah - darah gitu ya? Hihhh ngeri, ini smack down ya?" Tanyanya
"Bukan ini UFC lebih keren dari smackdown, ini bener - bener duel satu lawan satu, nggak kaya smackdown yang acting semua" terangku
"Aku coba nonton deh, tapi deket mas aja, biar nggak takut, nanti kalo moncor - moncor darahnya aku tinggal ngumpet ke Mas aja"
"Yaudah sini".
0