Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#860
PART 13


Kami semua sekarang berada di Pos satpam kediaman keluarga Echa. Melihat si Bajing*n Evan diobati oleh Bibi dan Pak satpam.

Gua dan Echa berdiri di depan mereka bertiga yang sedang duduk. Rintihan perih terdengar semakin pelan dari si Bajing*n, matanya terpejam berkerut menahan sakit ketika kapas yang dilumuri betadine oleh Bibi membasuh luka dihidungnya.

Gua berjongkok di depan si Bajing*n, menggengam pundaknya pelan. Si Bajing*n menatap Gua dengan ekspresi wajah yang ketakutan.

"Bro..",
"Sampai ada laporan yang diterima penegak hukum soal keajadian ini..", ucap Gua sembari memindahkan tangan dari pundaknya.

Lalu Gua pegang kepalanya dan mengucek rambutnya pelan sembari menyeringai lebar, "Gua pastiin kepala Lu ini bakal terbelah dua", lanjut Gua.

"Ii.. Iiya Broo..",
"Sumpah Gua gak bakal lapor..", jawabnya.

"Good boy..",
"See ya later dude..", jawab Gua.

Gua pun mengerlingkan mata lalu berdiri lagi, kemudian Echa meminta Pak satpam untuk mengantar si Bajing*n pulang setelah selesai diobati. Lalu Echa mengaitkan tangannya kepada lengan Gua dan mengajak Gua beranjak ke mobil.

Kami berdua kini sudah berada di dalam si Black, Gua pacu dengan kecepatan sedang ketika pagar rumah Echa sudah terlewati untuk pulang menuju rumah Nenek lagi. Dalam perjalanan, Gua melirik Echa hanya terdiam dengan raut muka yang bete.

"Maafin aku Teh...", ucap Gua melirik kesamping kiri.

Echa masih terdiam, kini kedua tangannya dilipat di depan dadanya, wajahnya dipalingkan dari Gua, menatap ke kaca mobil di sampingnya.

Sebelum sampai di dekat perumahan Nenek, Gua pinggirkan mobil di jalan raya. Gua tarik hand-break. Lalu Gua melepaskan seatbelt yang melingkar pada tubuh ini. Gua dekati Echa seraya memegang lengan kanannya.

"Hei.., Aku minta maaf udah ngebentak kamu tadi..", ucap Gua pelan.

Echa masih saja terdiam dan memalingkan mukanya, kini Gua belai lembut rambutnya dengan tangan kiri, lalu Gua pegang sisi pipinya menggunakan tangan kanan, Gua putar pelan dan lembut wajahnya agar menengok kearah Gua. Kini mata kami saling bertatapan, Gua lihat kedua bola matanya berkaca-kaca.

Gua dongakkan kepala sedikit lalu maju mengecup keningnya. Gua tatap kembali wajahnya, Echa langsung memeluk Gua, mendekap tubuh ini erat, wajahnya bersandar ke bahu ini.

"Jangan bentak aku kayak tadi Za..",
"Aku takut..", ucapnya lirih.

"Iya Teh, maafin aku..",
"Maafin aku..",
"Maafin...", jawab Gua.

Lalu dia melepaskan pelukkannya, kembali kami saling menatap dengan jarak wajah yang sangat dekat, tangan kirinya memegang pipi kanan Gua, matanya nanar menatap mata Gua. Tangan kanan Gua kini memegang pinggangnya.

Lama kami saling menatap, kedua kelopak mata Echa pun semakin turun kian menutup bersamaan dengan wajah Gua yang semakin mendekatinya, Gua miringkan wajah ke kanan, lalu...

Cupp...Gua kecup pipinya.

Echa membuka matanya menatap Gua sambil mengerutkan keningnya. Gua tersenyum lebar melihat ekspresinya itu.

"Iiishhh...",
"Nyebeliiiinn..", ucapnya sambil mencubit pipi kanan Gua.

"Aaw..",
"Aha ha ha ha ha...", tawa Gua pun lepas melihatnya yang cemberut,
"Ciee.. Ngarep di kiss yaa.. ha ha ha ha..", lanjut Gua sembari memundurkan tubuh kembali duduk bersandar di jok kemudi.

"Tau ah!", jawabnya lalu bersandar ke jok dengan kasar dan menatap ke depan.

Gua semakin tertawa melihatnya yang cemberut itu. Lalu kembali Gua dekatkan wajah ke sisi wajahnya, tepat di dekat telinga kananya, Gua pun berbisik...

"Nanti ya.. Aku halalin kamu dulu..", bisik Gua pelan, sangat pelan.

Echa cukup terkejut mendengar bisikkan Gua, lalu menengok kearah Gua dengan wajah yang merona merah.

"Serius ?", tanyanya malu-malu.

Gua mengangguk pelan seraya tersenyum, lalu Gua tempelkan kening ini ke keningnya, menggoyang hidung pelan ke kanan-kiri, hidung kami pun bersentuhan.

"Sabar ya Teh..",
"Biarkan aku bebas sekarang..", ucap Gua.

Echa tersenyum, kemudian merangkulkan kedua tangannya kebelakang tengkuk Gua dan..

Cuupp.. Secepat kilat bibirnya mengecup bibir Gua.

Gua kaget dan memundurkan wajah. Echa malah tersenyum dan terkekeh pelan, Gua pelototi dirinya yang malah dibalas dengan menjulurkan lidah meledek Gua. Gua pun langsung menggelengkan kepala lalu memasang kembali seatbelt.

...

Gua hentikan mobil tepat dibelakang sebuah sedan merah yang berada di halaman rumah Nenek. Gua matikan mesin seraya membuka seatbelt, begitupun dengan Echa.

"Mobil siapa itu Za ?", tanyanya.

"Euumm..",
"Aku pernah liat mobil itu, tapi lupa siapa pemiliknya", jawab Gua.

Kami pun keluar dari mobil dan melangkah masuk menuju ruang tamu, ternyata disini sudah ada Nenek, Tante Gua dan seorang perempuan cantik yang sudah sangat lama tidak bertemu dengan Gua.

"Assalamualaikum..", ucap Gua dan Echa bebarengan.

"Walaikumsalam", jawab mereka bertiga.

"Nih temanmu nunggu daritadi loch..", ucap Tante Gua seraya melirik kepada sip perempuan.

Gila, makin cantik aja ini perempuan, dandanannya sopan banget sekarang, serba tertutup. Gua sempat terkesima sejenak sebelum akhirnya Echa menyadari Gua yang sedang menatap perempuan itu tanpa berkedip lalu menyenggol siku Gua.

"Eh.."
"Iya Te..",
"Kita abis dari atas makan sate kelinci..", jawab Gua lalu duduk bersama Echa disalah satu sofa yang masih kosong.

"Apa kabar Za ?", tanya si perempuan cantik itu kepada Gua.

"Alhamdulilah baik..",
"Udah lama ?", tanya Gua balik.

"Lumayan..", jawabnya seraya tersenyum.

Gua yakin yang lainnya merasakan hal yang sama dengan Gua, canggung. Mungkin karena suasana yang sedikit canggung ini membuat kami tidak santai untuk mengobrol, Nenek dan Tante Gua pun pamit masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Sedangkan Echa, setia duduk di samping Gua.

"Oh ya, kenalin ini Echa...", ucap Gua.

"Hai..", ucap Echa lalu bangkit sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk memperkenalkan diri.
"Echa..", lanjutnya.

"Aku Luna", jawabnya menyambut tangan Echa.

"Teman Eza ?", tanya Echa setelah kembali bersandar ke sofa.

"Iya, teman lama..",
"Kamu pacarnya Eza ?", tanya Luna balik.

Echa tersenyum kepada Luna, senyum yang menawan.

"Bukan..", jawabnya menggelengkan kepala pelan,
"Aku calon istrinya..", lanjut Echa seraya mengaitkan lengan kirinya ke lengan kanan Gua.

Jelas Gua terkejut dengan ucapan Teteh tercinta di samping Gua ini. Luna ? Sama, tapi ekspresinya langsung biasa lagi dan tersenyum kepada kami berdua. Echa lalu menengok menatap wajah Gua dengan senyum yang seolah-olah mengatakan "Iya kan sayang ?", Gua hanya bisa membalas senyumannya itu dengan tertawa pelan dan garing.

'Benteng' sudah dibangun oleh Echa untuk diri Gua. Bisa apa lagi Gua kalau sudah begini ? Kecuali menggaruk pelipis yang tidak gatal.

"Selamat ya..",
"Ternyata sudah tunangan", ucap Luna.

"Iya, makasih ucapannya..",
"Oh iya, sudah larut ya..", ucap Echa,
"Jam berapa sekarang ya Za ?", tanya Echa kepada Gua.

Gokil, ini orang maen usir aja secara halus. Bahaya ini coy.

"Eeuu.. jam.. jam..", ucap Gua terbata.

"Jam setengah 10..", ucap Luna,
"Aku lama nungguin kamu Za, untuk silaturahmi..",
"Maaf ya jadi ganggu..",
"Aku pamit dulu kalau gitu", lanjutnya seraya bangkit dari sofa sambil tersenyum manis dan cantik.

Gua malah terpukau lagi menatap Luna yang sedang berdiri lalu melangkah melewati meja ruang tamu ke arah pintu rumah. Sumpah enggak bohong, tinggi semampai, cantik, bak ratu catwalk, bener kata Mba Yu dulu. Goyah Gua gooyaahh. Kampret.

Kyuuutt.. kulit pinggang Gua dipelintir.

"Waadaaaww...",
"Aaaww.. Ampuun..", teriak Gua meringis kesakitan.

Gua menatap wajah perempuan manis nan cantik di samping Gua, lalu bergidik ketakutan karena matanya tajam melotot menatap Gua.

"Matanya!", ucap Echa berbisik kepada Gua.

Singkat cerita kami bertiga sudah di depan rumah. Gua berjalan kearah si Black untuk memindahkannya, karena posisi mobil Luna berada di depan. Echa menunggu di depan teras ketika Gua dan Luna jalan ke mobil kami masing-masing.

Ketika Luna membuka pintu kemudi mobilnya, Gua masih berjalan di sampingnya, lalu Luna berbalik badan menghadap Gua sambil menahan pintu mobil yang sudah terbuka.

"Za..", ucap Luna.

"Ya ?", jawab Gua seraya menengok kepadanya.

"Saingan aku berat ya..", ucapnya lagi seraya menengok kepada Echa kali ini sambil tersenyum.

"Eh ?", Gua kaget sekaligus bingung mendengar ucapannya itu.

Kemudian Luna masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Gua pun bergegas menuju si Black ketika melirik kepada perempuan yang sudah melipatkan kedua tangannya dengan mata yang tajam menatap Gua dari teras rumah.

Gua sudah memarkirkan mobil ketempat seharusnya, baru saja Gua menutup pintu mobil dan melirik kepada mobil merah milik Luna yang melaju meninggalkan rumah Nenek, suara merdu nan penuh ancaman terdengar nyaring menyapa telinga Gua.

"Masuk!", ucapnya tegas.

...

"Iiiihh...",
"Ngeseeliiinn...", ucapnya.

"Aaww.. Aww.. Aaw.. Udah udah udaah.. Amppunn Teeh.. Ampuun..", teriak Gua memohon menahan perih karena cubitannya kembali menyapa pinggang Gua.

"Syukurin!", sungutnya sambil cemberut.

"Kamu ma gitu, sadis sama aku..",
"Hiks..", ucap Gua pura-pura sedih nan galau dan bermuram durja.

"Biarin!",
"Kamu tuh emang pantes disiksa!",
"Biar matanya gak jelalatan!", balasnya.

Gua menghela napas pelan lalu mengusap-ngusap pinggang yang masih terasa perih. Kami berdua sedang duduk bersebelahan diatas ranjang kamar Gua. Echa memalingkan muka ke sisi lain dengan kedua tangannya dilipatkan di depan dadanya.

"Teh..", ucap Gua.

Echa masih diam, Gua menggaruk kening, lelah hari ini rasanya ngadepin sikap Teteh tercinta. Tapi enggak boleh nyerah, biarlah, kalo perlu sekalian digampar ama dia Gua rela deh.

Gua memeluknya dari samping, mencium pipinya. Masih juga dia diam dan tak bergeming.

"Hey, mau apa sih ?",
"Marah-marah terus..", bisik Gua dengan pipi yang bersentuhan dengan pipinya.

"Enggak mau apa-apa..", jawabnya judes.

cupp
cupp
cupp

Habis sudah Gua ciumi pipi kirinya tapi tetap saja perempuan istimewa ini tak bergeming. Wah, perlukah jurus Empu Asmara Gua keluarkan sekarang, tapi bahaya, kalo sampe dia baper sangat, urusannya melebar kemana-kemana. Kalo sampe bikin kecewa dan nangis dirinya, habis sudah Gua di dor, pala bisa bolong ini ma.

"Teh..",
"Aku sayang kamu", bisik Gua pelan dengan penuh perasaan.

Sukses! Echa langsug menengok kearah wajah Gua. Sangat dekat kini wajah kami, jarak hidung diantara kami pun hanya beberapa centi. Pelukkan tangan gua yang memang sedari tadi melingkar diperutnya kini di genggamnya, tangannya bertumpuk diatas tangan Gua.

"Jadi ?", tanyanya berbisik.

"Jadi maafin aku ya..", jawab Gua.

Dugh kening Gua di adu dengan keningnya pelan.

"Aduh..",
"Kok malah jedugin jidat sih ?", tanya Gua sambil pura-pura kesakitan.

"Masih aja nyebelin..", ucapnya.

Gua tidak membalas ucapannya, mata kami saling menatap, Gua tersenyum kepadanya, lalu kembali Gua tatap matanya lekat-lekat, begitupun dirinya yang membalas tatapan Gua. Baru Gua menemukan perempuan seperti dirinya, yang tidak tersipu malu ketika Gua tatap tajam matanya seperti sekarang.

Suasana yang hening ditambah rintikan hujan di luar sana mulai kembali terdengar membuat hasrat kedua manusia yang saling berdekatan di dalam kamar ini bangkit dan saling memajukan wajah. Gua miringkan wajah ke kanan, dan dirinya memiringkan wajah ke kiri, bibir kami sudah sama-sama terbuka sedikit, deru napas yang pelan dan tertahan sampai bisa kami rasakan. Dan nyariiissss...

Triiiingg... Triiingngng...

Dering telpon mengagetkan kami berdua dan langsung memundurkan wajah, Gua langsung mengeluarkan hp dari saku jaket dan melirik ke layarnya.

"MY-Ku"

Alamaaaakk... Mba Yu menelpon Gua. Echa juga melirik ke layar hp yang masih Gua genggam dan belum Gua angkat.

"Siapa ?", tanyanya.

"Mba Yu..", jawab Gua pelan.

"Mba Yu ?", ulangnya bingung.

"Eeuu.. Sher.. Sherlin maksud ku".

tap tap tap...
Ceklek..
Braak..


Kampret! Langsung pergi, pake banting pintu kamar Gua pula. Haalaah manjang lagi ini ma ngambeuknya...

...

Quote:


"Walaikumsalam..." ucap Gua dalam hati sambil menatap layar hp.

Sebelum layar hp Gua mengunci otomatis, masuklah satu sms. Gua buka sms tersebut lalu tubuh gua pun lemas dengan hati yang menclos, lelah hati Gua setelah membaca isi pesannya.

Quote:

Diubah oleh glitch.7 29-03-2017 13:33
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.