Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#4079
Part 109
Suara kumandang adzan shubuh membangunkan tidurku.
Aku segera membangkitkan tubuhku dari tempat tidurku ini.
Langkahku begitu berat untuk mengambil air wudhu.
Tapi aku tetap melawan rasa kantukku ini.
Setelah mengambil air wudhu, aku menjalankan ibadah shubuhku.
Lalu, aku bersiap-siap.

Hari ini adalah hari dimana aku harus menjalankan acara yang tidak menyenangkan.
Apa lagi kalau bukan OSPEK.
Aku paling malas mengikuti kegiatan seperti ini.
Tetapi, aku harus mengikutinya.

Sesampainya disana, aku langsung berkumpul ditempat yang sudah ditentukan.
Sebuah lapangan hijau yang luas yang ada disamping kantin.
Banyak mata yang melihat kami disini.
Para senior mulai berteriak tidak jelas soal peraturan dan lain-lain.
Ada yang berpura-pura galak, ada yang pura-pura baik didepan mahasiswi cantik.
Aku muak dengan semuanya.
Apalagi emosiku menjadi tidak stabil setelah acara perpisahanku dengan Calista.

.... : "Woi !!"

.... : "Iya lo yang kacamata an !! Bengong lagi !! Denger ga apa yang gw bilang tadi !!"
Rea : "Gw ? Iya denger..", suaranya merusak lamunanku.
.... : "Coba ulang !!"
Rea : "Banyak.. Males ah.."
.... : "Maju sini lo !!"

Kurang ajar.
Dia pikir dia siapa.
Hanya sekelompok mahasiswa senior yang berlagak seperti jagoan.

Aku berdiri dan melangkah kedepan untuk menghampirinya.
Sesampainya disana, aku tatap matanya dalam-dalam dengan penuh amarah.

.... : "Nih buat kalian semua, jangan dicontoh orang kayak gini.. Kerjaannya bengong ga dengerin orang ngomong.. Mau jadi apaan kampus ini ada anak model dia.."
Rea : "Men, lo bisa jaga mulut ga ?! Lo pikir lo siapa ?! Lo pikir gw takut !!"
.... : "Lo ngajak ribut !!"
Rea : "Kalo emang lo mau ribut, one by one sama gw di jembatan sana !! Gw tunggu lo !!"

Banyak mata yang melihatku melangkah kearah jembatan yang dicat merah itu.
Aku menunggu orang itu diatas jembatan.
Aku memang menantangnya berkelahi satu lawan satu.
Tetapi, aku tidak yakin kalau dia akan maju sendirian.
Dan benar saja, dia membawa pasukan senior lain.

Rea : "Takut lo sama gw ? Pake bawa pasukan.. Ga usah sok galak maka nya.."
.... : "Takut ? Gw bikin nyesel lo berurusan sama gw.."

Dia maju menghampiriku.
Tetapi, sebelum dia sampai tepat didepanku, aku tendang tubuhnya.
Ini adalah salah satu kelebihanku yang mempunyai tubuh yang tinggi dan kaki yang lumayan panjang.
Dia pun terjatuh dan sempat dibangunkan oleh temannya.
Tetapi memang dia pengecut.
Akhirnya temannya datang membantu.
Hanya 3 orang yang membantu tetapi memang dasarnya aku sedang ingin melampiaskan semua emosiku, jadi semua aku hajar habis-habisan.
Marah, sedih, semua bercampur menjadi satu.
Aku marah dan sedih bukan karena senior itu, tetapi karena Calista.
Aku memikirkannya, dia sedang apa, dengan siapa, dan membayangkan bagaimana jika dia didekati senior atau teman kampusnya.
Semua bercampur dan menjadikan diriku pemarah.

Rea : "Siapa lagi yang mau maju, hah !"
.... : "...."

Semua hanya diam melihatku.
Aku sedang sangat marah.
Aku ambil perlengkapanku dan meninggalkan mereka semua.
Aku lebih memilih mampir ke warnet dekat rumahku itu.
Kurang lebih 60 menit perjalanan menuju kesana.

Ada sedikit perasaan takut waktu itu.
Bukan takut untuk dibalas, tetapi takut kalau mereka melaporkanku dan aku terkena kasus yang mengharuskan aku keluar dari sana.
Padahal aku sudah bersusah payah untuk masuk kedalam Universitas itu.
Sesampainya disana, aku melihat ada sebuah mobil merah terparkir disampingnya.
Aku segera masuk dan duduk disalah satu bangku yang ada disana.

Vina : "Kenapa lo ?"
Rea : "Capek.. Kesel.."
Vina : "Lo bukannya lagi OSPEK ?"
Rea : "Iya.."
Vina : "Rapih amat.."
Rea : "Gw bawa salinan.."
Vina : "Niat.."
Rea : "Gitu dah.."

Vina menghampiriku sambil membawa tissue basah.
Dia tepat duduk didepanku.
Tiba-tiba dia memegang tanganku dan membersihkan tanganku dengan selembar tissue itu.
Aku tidak sadar bahwa tanganku luka.
Mungkin saking tak sadarnya aku memukuli mereka.

Vina : "Lo berantem sama siapa ?"
Rea : "...."
Vina : "Panitia ?"
Rea : "...."
Vina : "Jangan sering-sering ribut, Re.. Ga baik.."

Dia membersihkan tanganku dengan tulus.
Aku bisa merasakannya.
Genggaman tangannya.
Ya, aku masih ingat itu.

Rea : "Kok lo baik banget ?"
Vina : "Hah ?"
Rea : "Mau bersihin tangan gw, Vin.."
Vina : "Hehehehehe.. Karena lo juga baik sama gw, Andrea..", dia tersenyum sambil mencubit pipiku.

Tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang.
Nafasku begitu sesak.
Aku tidak bisa berkata apa-apa pada saat melihat senyuman yang diberikan Vina kepadaku.
Ya, dia memang cantik.
Tetapi, perasaan ini sudah lama aku tidak merasakannya.

Vina : "Kenapa lo ?"
Rea : "Ah.. Ga apa-apa.."
Vina : "Udah bersih tuh.. Udah besok jangan berantem lagi ah.. Kalo ada masalah, lo hubungin gw aja.."
Rea : "Hhmm.. Iya nanti gw hubungin ya.."
Vina : "Dah sana lo ngapain kek.. Cari kerjaan gitu.."
Rea : "Belom minat nyari lagi gw.."
Vina : "Ya udah.. Lo masih mau disini ?"
Rea : "Iya.. Gw disini bentar lagi deh.."

Tak lama kemudian, datanglah teman-temanku.
Ada Reza dan Adrian.

Adrian : "Widih.. Ada siapa nih, Za ?"
Reza : "Siapa ya ? Kayak mahasiswa Depok nih.."
Rea : "Apaan sih lo.."
Reza : "Yuk.."
Rea : "Apaan ?"
Reza : "Main lah.. Udah login buruan.. Vin, masih boleh pake admin kan ini anak ?"
Vina : "Hhmm.. Boleh.. Login aja.."
Adrian : "Tuh.. Buruan udah.."

Aku hilangkan niatku untuk pulang lebih cepat karena kawan-kawanku mengajakku bermain.
Tetapi, aku tak bermain dengan waktu yang lama.
Lalu aku putuskan untuk pulang kerumah diantarkan oleh Vina.

Keesokan harinya, aku terpaksa datang untuk menghadiri OSPEK dihari kedua.
Malas sekali rasanya.
Tapi, mau bagaimana lagi.
Kalau tidak begini, aku tidak akan mendapatkan teman.
Sesampainya disana, aku langsung berkumpul dengan kelompokku dan sedikit bercengkrama dengan kawan-kawanku disana.
Tak lama kemudian, datanglah segerombolan senior yang sok galak dan aku benci.

.... : "Kemarin di kelompok ini siapa ya yang sok jagoan ngajak ribut temen gw ?"
Rea : "Kenapa ?", sambil berdiri dan menatapnya.
.... : "Oh lo orang nya.. Mau jadi jagoan lo disini ?"
Rea : "Kalo iya kenapa ? Lo pikir gw takut ? Mau ribut juga sama gw ?"
.... : "Nanti siang gw tunggu lo di pocin.."
Rea : "Oke.. Gw yang akan kesana duluan.. Gw yang nunggu lo disana.."

Setelah itu, aku duduk kembali dan berkumpul dengan kawan-kawanku.
Disana ada kawankku yang bernama Dharma, Herry, dan Ikhwan.

Dharma : "Re, aduh.. Lo mah nambah-nambahin masalah aja.."
Ikhwan : "Lo ga takut diapa-apain sama mereka ?"
Rea : "Ah, gw mah ga takut sama mereka.. Sok galak doang.. Liat aja nanti pas di pocin.. Gw abisin sekalian.."
Herry : "Gw ga ikutan deh.. Kalo selepas OSPEK, ayo dah.. Gebukin rame-rame.."

Aku mengikuti serangkaian acara yang membosankan.
Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 11.00.
Aku acuhkan mereka yang sedang mengisi sesi dan berjalan keluar menuju tempat dimana senior menyebalkan itu menantang diriku untuk berkelahi.
Sesampainya disana, aku menunggu mereka kurang lebih 30 menit di depan palang pintu kereta api.
Mereka datang dengan gerombolannya.

Rea : "Rame banget.. Takut sama gw ?"
.... : "Eh.. Ngga.. Gw mau balik kosan.. Misi ya.. Hehehehehe..", sambil melewatiku.
Rea : "Lo juga ?"
.... : "Gw mau balik naik kereta.."
Rea : "Di stasiun sana kan bisa.."
.... : "Gw biasa lewat sini.. Hehehehehe..", dia juga melewatiku.

Kurang ajar.
Apa mereka sengaja mempermainkan aku disini ?
Tak mau menunggu lama, akhirnya aku hampiri yang tadi menantangku untuk berkelahi.
Dia ingin berbicara sesuatu tetapi aku tidak memberi dia kesempatan dan langsung menghajarnya.
Perkelahian ini tak sampai 1 menit karena aku dan senior itu dipisahkan oleh mahasiswa yang lewat.
Aku putuskan untuk pulang kerumah karena aku sudah tidak tahan lagi disini.
Walaupun waktunya belum selesai, tetapi aku tidak peduli akan hal itu.
Yang ada dipikiranku saat itu adalah Calista.
Sepanjang jalan aku memikirkan dia sedang apa.
Apakah dia diganggu atau digoda oleh seniornya ?
Atau jangan-jangan dia sudah mendapatkan penggantiku ?
Ah, pikiranku sangat kacau.
Ingin sekali aku membuang pikiranku ketepi jalan.

Aku melanjutkan perjalananku hingga stasiun Jakarta Kota.
Disana, aku melanjutkan kembali perjalananku ke tempat dimana aku biasa menenangkan pikiranku.
Tempat ini tidak berubah.
Suasana nya masih sama seperti dulu.
Aku segera ambil HPku dan menghubungi Vina.
Entah kenapa hatiku ingin sekali menghubunginya.


Quote:


40 menit kemudian, datanglah Vina menghampiriku.

Vina : "Re, lo ngapain disini ?"
Rea : "Liat pelangi.."
Vina : "Pelangi ? Mana pelangi ?"
Rea : "Diatas laut.."
Vina : "Ngaco lo.."
Rea : "Mungkin lo ga akan bisa liat, Vin.. Pelanginya ada dihati gw.."
Vina : "Lo kepikiran cewek lo ?"
Rea : "Cewek gw ? Dia bukan cewek gw.. Dia cuma HTSan.."
Vina : "Lo sayang banget sama dia ?"
Rea : "Iya.. Gw sayang dia.."

Suasana menjadi hening seketika.
Aku dan Vina yang duduk berdampingan bersama-sama melihat kearah lautan.

Vina : "Pasti, dia spesial banget ya buat lo.."
Rea : "Ya begitulah.."
Vina : "Susah buat dilupain memang.. Tapi, lo yakin dia disana tetep mikirin lo ?"
Rea : "Ngga tau.. Gw ga tau, Vin.. Justru yang ada dipikiran gw, dia disana udah sama yang lain.."
Vina : "Re..", sambil menatap wajahku.
Rea : "Iya Vin.."
Vina : "Salah ngga kalo gw ngerasain hal yang sama ?"
Rea : "Maksudnya ?"
Vina : "Gw sayang banget sama cowok.. Dia baik banget.. Gw galakin berkali-kali, tetep aja dia baik sama gw.. Bahkan kemarin gw kasih lihat kalo gw sayang dia.. Tapi dia kayak ga tau atau pura-pura ga tau.. Gw cuma bisa nangis setelah dia pulang ninggalin gw.."
Rea : "Lo naksir cowok, Vin ?"
Vina : "....", dia hanya menganggukkan kepalanya.

Perasaanku semakin tidak karuan.
Hati ini makin terasa sakit ketika mengetahui Vina menyukai lelaki lain.
Harusnya aku tidak merasakan ini.
Apa mungkin aku ada rasa dengan dia ?

Rea : "Gw mau balik.."
Vina : "Ayo, gw anterin.."
Rea : "Nanti ngerepotin.."
Vina : "Ngga.. Yuk.."

Aku diantarkan oleh Vina hingga kedepan rumahku.
Setelah itu, dia pergi meninggalkanku.
Tanpa ucapan apa-apa, dia langsung mengendarai mobilnya menjauhiku yang berdiri melihat lampu belakang mobilnya yang perlahan menghilang.
Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan.
Tidak mungkin aku suka dengan Vina.
Tidak mungkin.
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.