- Beranda
- Stories from the Heart
(HORROR) Kisah Untuk Malam Seratus Lilin - (Diary Gadis Bermata Indigo return)
...
TS
ayanorei
(HORROR) Kisah Untuk Malam Seratus Lilin - (Diary Gadis Bermata Indigo return)
Hallo All,
We come back!!

thanks all for HT
Setelah sekian lama vakum di Kaskus dan hanya menulis di tempat lain. Akhirnya kami memutuskan kembali. Yap, Ayano dan Elisa kembali akan membagikan kisah kami di Kaskus.
Tadinya, kami tidak berpikir untuk kembali ke Kaskus, tapi ternyata banyak Inbox ke ID ini maupun ke ID Ayanokouji (yang sayangnya sedang bermasalah untuk Login) supaya kami mau kembali melanjutkan cerita di Kaskus ini. Jadi, here we are, we came back.
Post #1 ini akan khusus untuk INDEX. Cerita akan dimulai di Post selanjutnya.
Yang mau baca season 1 nya ada di sini
INDEX
Kisah Pertama - Hantu Pembawa Janin
Kisah Kedua - Mereka Mengawasiku?
Kisah Ketiga - Lily (Bagian Pertama)
Kisah keempat - Lily (bagian kedua)
Kisah Kelima - Penguntit (bagian pertama)
Kisah Keenam - Penguntit (Bagian Kedua)
Kisah Ketujuh - Possession (part 1)
Kisah Kedelapan - Possession (part 2)
Kisah Kesembilan - Mahluk di langit-langit
Kisah Kesepuluh - Susahnya kalau yang ngefans 'mereka'
Kisah Kesebelas - Hantu di gedung tua
Kisah Keduabelas - Ternyata
Kisah Ketigabelas - Jumat Kliwon tanggal 13 (Bag pertama)
Kisah Keempatbelas - Jumat Kliwon tanggal 13 (bag kedua)
Kisah Kelimabelas - Kisah Hantu di Sekolah - Sri (1)
Kisah Keenambelas - Kisah hantu di sekolah - Sri (2)
Kisah Ketujuhbelas - Kisah Hantu di Sekolah - Sri (3)
Kisah Kedelapanbelas - Kisah hantu di sekolah - Belum berakhir
Kisah Kesembilanbelas - Kisah hantu di sekolah - Cerita dari Bi Sumi (1)
Kisah Keduapuluh - Kisah Hantu Disekolah - Cerita dari Bi Sumi (2)
Kisah Keduapuluhsatu - Kisah hantu disekolah - Gangguan Dimulai Lagi
Kisah Keduapuluhdua - Kisah Hantu Disekolah - Terkuak
Kisah KeduapuluhTiga - Kisah Hantu Di Kantor - Prologue
Kisah KeduapuluhEmpat - Kisah Hantu Di Kantor - Putih, Hitam dan Ungu
Kisah KeduapuluhLima - Kisah Hantu di Kantor - Sidestory
Kisah Keduapuluhenam - Kisah hantu di Kantor - Resign
Kisah Keduapuluhtujuh - Kisah Hantu di Kantor - Kembali Bekerja (1)

We come back!!

thanks all for HT
Setelah sekian lama vakum di Kaskus dan hanya menulis di tempat lain. Akhirnya kami memutuskan kembali. Yap, Ayano dan Elisa kembali akan membagikan kisah kami di Kaskus.
Tadinya, kami tidak berpikir untuk kembali ke Kaskus, tapi ternyata banyak Inbox ke ID ini maupun ke ID Ayanokouji (yang sayangnya sedang bermasalah untuk Login) supaya kami mau kembali melanjutkan cerita di Kaskus ini. Jadi, here we are, we came back.
Post #1 ini akan khusus untuk INDEX. Cerita akan dimulai di Post selanjutnya.
Yang mau baca season 1 nya ada di sini
Quote:
INDEX
Kisah Pertama - Hantu Pembawa Janin
Kisah Kedua - Mereka Mengawasiku?
Kisah Ketiga - Lily (Bagian Pertama)
Kisah keempat - Lily (bagian kedua)
Kisah Kelima - Penguntit (bagian pertama)
Kisah Keenam - Penguntit (Bagian Kedua)
Kisah Ketujuh - Possession (part 1)
Kisah Kedelapan - Possession (part 2)
Kisah Kesembilan - Mahluk di langit-langit
Kisah Kesepuluh - Susahnya kalau yang ngefans 'mereka'
Kisah Kesebelas - Hantu di gedung tua
Kisah Keduabelas - Ternyata
Kisah Ketigabelas - Jumat Kliwon tanggal 13 (Bag pertama)
Kisah Keempatbelas - Jumat Kliwon tanggal 13 (bag kedua)
Kisah Kelimabelas - Kisah Hantu di Sekolah - Sri (1)
Kisah Keenambelas - Kisah hantu di sekolah - Sri (2)
Kisah Ketujuhbelas - Kisah Hantu di Sekolah - Sri (3)
Kisah Kedelapanbelas - Kisah hantu di sekolah - Belum berakhir
Kisah Kesembilanbelas - Kisah hantu di sekolah - Cerita dari Bi Sumi (1)
Kisah Keduapuluh - Kisah Hantu Disekolah - Cerita dari Bi Sumi (2)
Kisah Keduapuluhsatu - Kisah hantu disekolah - Gangguan Dimulai Lagi
Kisah Keduapuluhdua - Kisah Hantu Disekolah - Terkuak
Kisah KeduapuluhTiga - Kisah Hantu Di Kantor - Prologue
Kisah KeduapuluhEmpat - Kisah Hantu Di Kantor - Putih, Hitam dan Ungu
Kisah KeduapuluhLima - Kisah Hantu di Kantor - Sidestory
Kisah Keduapuluhenam - Kisah hantu di Kantor - Resign
Kisah Keduapuluhtujuh - Kisah Hantu di Kantor - Kembali Bekerja (1)

Diubah oleh ayanorei 20-10-2017 13:04
scorpiolama dan 15 lainnya memberi reputasi
16
119.7K
Kutip
380
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•2Anggota
Tampilkan semua post
TS
ayanorei
#99
Kisah ketujuh - Possession (part 1)
Ada beberapa rules sebelum membaca :
1. Jangan mempertanyakan dimana atau kapan kejadiannya, karena semua tempat kami samarkan untuk privasi yang bersangkutan di cerita ini.
2. Kalau bisa, jangan dibaca malam-malam.
3. Karena ada beberapa hal yang sensitif, mohon jangan membawa isu SARA di sini.
4. 18+ karena beberapa bagian cerita yang tidak pantas dibaca yang dibawah umur. (Kami tidak memotongnya karena ingin menceritakan SELURUH kejadiannya).
Ingat baik-baik terutama untuk RULES ke 1 dan 3. Karena cerita ini tidak diizinkan oleh yang terlibat di cerita ini apabila privasi dan jati diri ybs diselidiki dan diketahui oleh publik. Dan soal isu SARA, tolong pengertiannya ya.
Juni 2015
Aku dan Ayano mendapatkan sebuah email.
Pengirimnya berasal dari temanku yang sudah pulang kampung semenjak lulus dari kuliah.
Separuh bagian dari email itu membuatku tertarik. Berikut penggalan dari email tersebut :
"Aku memiliki teman yang sama sepertimu, dia Indigo. Dia mampu melihat segala macam mahluk halus. Dia bahkan berkerja sebagai dukun muda di kampungku lho..
Dan dia sangat ingin bertemu denganmu, Lis. Datanglah ke kampungku. Aku akan menyambutmu dengan baik. Kabari aku" begitulah kata-kata dari surat itu.
(Pada saat itu, Ayano berhasil membujukku untuk mencoba mencari-cari segala macam informasi mengenai Indigo untuk mengatasi keadaan mataku ini. Maka itulah mendengar ada seseorang Indigo lainnya membuatku cukup bersemangat).
Aku memberitahukan perihal surat itu kepada Ayano, dan dia sangat menyetujui ideku untuk pergi bersama ke kampung temanku itu.
Dan, 3 hari kemudian, kami sudah mendarat di propinsi kampung temanku itu.
Temanku dan suaminya menjemputku di Bandara. Dan setelah melepas kangen dan tentunya acara makan siang sebentar di kota, kami menaiki mobil yang membawa kami ke kampung temanku.
Meskipun disebut kampung, tapi kampung halaman temanku ini sudah cukup modern, walau agak jauh dari kota. Tapi perumahannya lebih tampak seperti villa daripada perumahan Desa.
Jarak yang jauh membuat kami baru sampai di kampung halaman temanku itu sore hari.
"Lis, udah mau malem. Besok aja ketemu sama mang Danang-nya ya?" Danang adalah orang yang dikatakan sebagai Indigo itu.
"Okay, nggak apa kok, Lin" jawabku kepada temanku, Linda.
"Kalau begitu, kalian mungkin mau berbersih dulu sebelum waktunya makan malam?" tanya Linda.
"Mandi mungkin jadi ide yang bagus, Lin" jawabku bersemangat.
"Kalau begitu, aku akan antar ke kamar kalian dan kamar mandi"
(Aku akan melewatkan bagian dimana terjadi sedikit keributan karena kesalahpahaman dari pihak Linda yang mengira aku dan Ayano sudah menikah. Jadi memberikan hanya satu kamar bagi kami. Karena tidak terlalu signifikan untuk cerita ini).
---
Kurang lebih satu jam kemudian, Aku sudah selesai berbersih dan bergabung bersama Ayano yang sudah menungguku di teras rumah.
"Sudah?" tanyanya ketika aku keluar dari rumah.
"Udah" jawabku singkat.
"Pas banget. Tuh, mobilnya Linda dateng" kata Ayano sambil menunjuk mobil yang datang.
Linda baru saja pulang dari urusannya yaitu sebagai panitia di acara yang diadakan di alun-alun desa.
Dan rencananya, sekarang kami akan pergi ke alun-alun itu untuk berekreasi sejenak.
Karena itulah, sekitar 15 menit berikutnya kami menemukan diri kami sedang berbaur dengan masyarakat setempat untuk menikmati pasar malam yang sangat ramai itu.
Setelah mencicipi beberapa jajanan makanan, sekaligus sebagai makan malam kami, Linda mengajakku dan Ayano untuk ke suatu tempat di alun-alun itu untuk menemui mang Danang. Si Indigo.
Setelah meminta izin pada Ayano, aku mengikuti Linda sampai ke bukaan lapangan luas dengan sebuah panggung di tengah. Dan kurasa hampir separuh dari seluruh masyarakat desa ini sedang berkumpul di lapangan ini.
"Kamu nggak anti sama yang rada-rada gore kan?" tanya Linda padaku.
"Nggak suka sih...." aku mengaku.
"Oh... kalau begitu lihat dari jauh aja deh.." kata Linda lagi.
Kami ikut berbaur dan mengambil tempat di jarak yang tidak terlalu dekat dari panggung itu. Di atas panggung, tari-tarian sedang berlangsung.
Bau wangi kemenyan dan Hio dapat kucium cukup semerbak di panggung ini.
"Lin, ini pertunjukan apaan?" tanyaku.
"Ini bukan pertunjukan, Lis..." jawab Linda "Ini upacara adat"
"Upacara adat?" tanyaku.
"Iya, upacara Ta Tung" jawab Linda.
"Apa?"
"Upacara memanggil dewa, sssttt..." Linda memberiku isyarat sambil memberiku kode. Aku mengikuti kode itu dan melihat beberapa warga sedang menatap kami "Warga disini agak khusyuk soal ini. Jadi, kita nggak boleh berisik.." bisik Linda.
".. aku nggak tau kalau kamu percaya beginian...." bisikku pada Linda.
"Aku enggak sih... tapi aku kan suka yang ngeri-ngeri..." bisik Linda lagi sambil tertawa.
"Ngeri?" tanyaku agak ragu mendengar kata-kata tidak lazim itu dikaitkan dengan upacara adat. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan.
Linda menyuruhku melihat ke arah panggung.
Dan kakiku benar-benar lemas ketika melihat ke atas panggung...
Sang pelaku yang memakai pakaian adat berwarna kuning sedang memegang pisau besar.
Pelaku itu mengeluarkan lidahnya, dan menggunakan pisau besar itu untuk mengiris lidahnya.
"Ahh..." kataku sambil mengalihkan pandangan dari panggung.
"Takut, Lis?" tanya Linda sambil memegang bahuku.
"Ngeri ah Lin..." keluhku sambil gemetar.
"Tuh, ada yang mau tusukin paku ke pipinya Lis..." goda Linda.
"Ahh.. aku nggak mau denger...!" protesku
"Lis, Lis... liat, buruan!! tuh, ada yang mau dimasuki dewa tuh!!"
Aku menoleh dan menatap ke arah panggung karena rasa penasaran mengalahkan rasa takutku.
Tapi, aku tidak bisa melihat ke atas panggung sama sekali....
Aku tidak bisa melihatnya karena panggung itu seakan dikelilingi oleh uap yang sangat tebal, sehingga aku seakan sedang melihat panggung itu dalam keadaan vertigo. Seluruh panggung terlihat bagaikan berputar dan buram.
Aku memicingkan mata, dan berusaha melihat dengna lebih baik. Pada akhirnya aku dapat melihat kalau ada beberapa orang berjubah putih panjang sedang berdiri di atas panggung, berdiri tepat di samping beberapa orang yang berbaju Kuning.
Dan tepat pada saat itulah, teriakan yang Cumiakkan telinga keluar dari tengah-tengah khalayak yang berkumpul.
Warga yang berkumpul di sekitar asal suara teriakan yang Cumiakkan itu terlihat bergelombang ketika membuka untuk memberikan ruang bagi asal suara itu.
Dan seketika itu, kabut di atas panggung menghilang, dan teriakan terdengar dari sana.
"Aaaaaarrrhhh!!!!!" teriak salah seorang pelaku upacara yang berbaju kuning.
Aku menengoknya dan melihatnya mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Pelaku lainnya juga ikut berteriak dan berguling-guling sambil memegang mulutnya. Aku bisa melihat darah bercipratan dari mulutnya.
"Ada apa ini?!" tanya Linda panik.
Aku menggeleng, sama-sama panik, sama-sama bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Kemudian terdengar suara auman yang sangat kencang. Suara auman seperti binatang buas.
Aku dan Linda terdiam pada tempat kami berada.
Salah...
Aku yang berdiri diam pada tempat di mana aku berdiri. Linda, dan puluhan warga lainnya yang masih berkumpul di sekitar tempat itu berjatuhan bagaikan boneka marionet yang terputus dari benangnya.
"Lin!!!!" teriakku sambil berusaha menangkap Linda yang jatuh.
"KIIIIIIIIIIKKK!!!!" jerit sebuah suara lagi.
Aku menengok, dan melihat seorang wanita sedang berdiri di tengah-tengah tubuh warga yang bergelimpangan di sekitarnya.
Rambut wanita itu berantakan dan kacau, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas kecuali tawa lebarnya yang mengerikan.
Kemudian, wanita itu melengkungkan tubuhnya ke belakang dan berada dalam sikap kayang, dengan tubuhnya ditumpu oleh keempat tungkainya.
Kemudian wanita itu berbalik, hingga kepalanya menghadap ke arahku.
Dan dalam posisi yang terbalik itu, aku bisa menatap matanya menatapku dalam kegilaan. Disertai dengan seringai lebarnya yang membuat kontur wajahnya menjadi tidak wajar, karena bibir dan gigi-gigi tajam dan besar yang melebar seakan kulit wajahnya sangat lentur dan hampir memenuhi wajahnya
Aku takut....
Aku hanya berdiri diam di tempatku tanpa bisa bersuara, apalagi bergerak.
Kemudian, dengan suara berderak yang sangat jelas dan mengerikan, kepala wanita itu berputar dengan tidak wajar. Berputar seratus delapan puluh derajat hingga wajahnya yang tadinya dalam posisi terbalik sesuai dengan posisi badannya, kini dalam posisi tegak.
Hanya wajahnya saja, karena badannya tetap dalam posisi kayang.
"Ahh.... ahh...." aku mundur dan melupakan kalau Linda masih terbaring di sebelahku. Aku tersandung kaki Linda dan terjerembab dengan pantatku jatuh lebih dulu.
Wanita itu meringis lagi, kemudian dia berjalan.
Ya...
Dia berjalan dengan keempat tungkainya, seperti binatang...
Dengan posisi punggungnya di bawah dan kepalanya terpuntir seratus delapan puluh derajat.
Wanita itu mendekatiku....
Aku bisa mendengar dengisannya ketika mendekat denganku.
Dan sekelebat kemudian, wanita itu melompat dari posisi yang mustahil.
Tanpa membengkokkan tungkainya, ataupun memperbaiki postur badannya, wanita itu melenting sampai dengan ketinggian lebih dari tiga meter...
Melewati para warga yang tergeletak dan mendarat di depanku.
Tepat. Di depanku.....
Wanita itu menatapku dengan matanya yang menggambarkan kegilaan dan seringainya yang aneh itu.
Kemudian dia berputar...
Dia berputar dengan cepat pada tempatnya berada. Dan tertawa.
Tawanya melengking dan mengikik. Sama sekali tidak terdengar sebagai tertawa manusia. Nafasnya kasar dan mendengus ketika dia tertawa. Aku seakan sedang mendengar kuda yang tertawa ketimbang manusia.
Dan pada titik itu, lututku sudah sangat lemas....
Aku begitu ketakutan sampai untuk mengambil nafas saja sulit....
"HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!!" tawa wanita itu. Kemudian dia menghentikan putarannya.
Dia menjajarkan tubuhnya denganku.
Dan melompat.
Aku melihat dengan putus asa dan ketakutan yang amat sangat ketika wanita itu berada sekitar dua meter di depanku, dan sedang melayang ke arahku, sambil tetap menatapku dengan kepalanya yang terpuntir...
Aku bahkan tidak bisa berteriak.
Dan kemudian, sesuatu datang dari sisiku dan memukul mahluk itu dengan benda yang panjangnya kurang lebih satu lengan.
"Elisa!!" teriak Ayano.
Ayano mendatangiku dari belakang dan memelukku tepat ketika lututku akhirnya menyerah dan membuatku jatuh terduduk.
Dan pada saat itulah aku melihat satu sosok lagi.
Sosok dengan pakaian kuning yang sama seperti para pelaku upacara sedang memegang sebuah benda sepanjang penggaris.
Aku memfokuskan pandanganku dan melihat benda sepanjang penggaris itu adalah sebuah tongkat kecil dengan motif koin-koin jaman Tiongkok kuno yang memanjang.
Seperti sebuah pedang koin?
"Linda!!" terdengar suara teriakan lagi dan aku menoleh.
Suami Linda tergopoh-gopoh datang dan langsung berlari ke sisi Linda yang sedang terkapar.
"Kamu pasti yang diceritain sama pak Gerry, ya?" tanya orang dalam baju kuning itu. Seorang pemuda yang mungkin seumuran aku atau Ayano.
"Kenalin, saya Danang. Tapi lebih sering dipanggil Bhante Saka di sini." kata pemuda itu memperkenalkan diri.
"Oh..." gumamku yang bingung.
"Sorry ya, nggak disangka jadi begini..." kata Danang sambil mengulurkan tangannya dan menawarkan untuk membantuku berdiri, namun Ayano menepisnya dan mengatakan kalau dia yang akan menjagaku.
"Baik." kata Danang sambil tersenyum. Kemudian pemuda itu menggosok pedang koinnya dengan lengan bajunya yang panjang dan menghunuskannya ke wanita itu.
"Itu kenapa?" tanyaku.
"Kesurupan..." jawab Danang singkat.
"Apa??"
"Harusnya upacara ini bermaksud supaya para pendeta pembawa upacara bisa dirasuki dewa-dewi baik, untuk mencegah bala...
... Tapi semenjak awal saya sudah bilang kepada ketua Bhante kalau jangan mengikut sertakan Bhante Asun.... "
"Ah?"
"Jiwanya kurang bersih" kata Danang lagi seakan kata-kata itu cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi di tempat ini, sekarang.
"Apa hubungannya sama wanita itu?" tanyaku lagi.
"Wanita itu.. hanya korban ketidakberuntungan saja. Mungkin karmanya sedang buruk, jadi dialah sasaran empuk roh jahat yang datang karena hati tidak bersih pelaku upacara." kata Danang lagi.
"Jadi, ada pelaku upacara yang jiwanya nggak bersih, tapi yang kena orang lain?" tanyaku.
"Begitulah..." kata Danang.
"GROOOOOOOOAAAAAAAAAAAAAAAARRR!!!"
Suara auman yang membuat udara bergetar...
Dan suara itu berasal dari wanita yang sedang berdiri tidak beberapa jauh dari tempat kami berada.
Wanita itu membengkokkan tubuhnya sampai ke sudut yang tidak wajar.
Kemudian, tubuhnya seakan melenting kembali ke posisi berdiri tegak.
Dan tanpa tanda-tanda apapun, wanita itu melayang ke arah kami.
"RAHIB SIALAAAN!!!" teriak wanita itu bersamaan dengan dorongannya kepada Danang yang membuat bhante itu mental sejauh beberapa meter.
"!!!"
Aku terkesiap ketika wanita itu menoleh dan menatapku.
Tidak...
Tidak..tidak....
Itu bukan wajah wanita itu...
Saat ini wajahnya lebih menyerupai siluman ketimbang manusia...
Seakan wajahnya bersatu dengan wajah binatang entah apa... Tapi kontur mukanya sudah berbeda dari wajah aslinya.
Wanita itu mendengus, kemudian kembali melompat sejauh beberapa meter, dan mendarat tepat di depan tempat bhante yang didorongnya terkapar.
Wanita itu mencekik leher Danang dan melemparkannya kembali ke arah kami berada.
Punggung Danang menghantam kayu dengan cepat bahkan sebelum Ayano sempat menangkapnya.
"Hukk...!!" darah keluar dari batuk bhante itu.
"Danang!" panggilku.
(note : kata-kata wanita itu sudah kuperbaiki karena terlalu vulgar dan warning, 21+)
"RAHIB BRENGSEK!!" kata wanita itu yang sudah kembali merangkak di dekat kami. Dan suaranya bukan suara wanita, suaranya adalah suara laki-laki yang berat.
Danang yang bersandar pada tembok kayu dengan lemas mengangkat pedang koin yang digunakannya untuk memukul wanita itu.
"APA? KAU MAU MENGUSIRKU DENGAN BATANGAN ITU?" tantang wanita itu sambil maju dan dan menggenggam batangan itu.
'sshhh!!!'
Asap keluar dari pertemuan antara pedang koin dengan tangan wanita yang sedang kesurupan itu.
"Ahhhh!!!" desah wanita itu sambil meringis "YAA.. INI MEMANG MANJUR, TAPI RAHIB BRENGSEK, YANG KAU LUKAI BUKAN AKU, TAPI WANITA INI!!!!"
"HAHAHAHAHAHAHAHA!!!!" wanita itu tertawa dengan suara beratnya.
"BAGAIMANA RAHIB BRENGSEK? BUKAN KAU SUKA PADA WANITA INI? TEMAN SEJAK KECIL, EH?"
Wanita itu merebut pedang koin dari tangan Danang, kemudian menggunakan pedang koin itu untuk menyentuh lehernya dan membuatnya terbakar.
"AHHH!! PANASS!!! TAPI BUKAN AKU YANG TERLUKA, HAHAHAHA!!!!"
"LIHAT AKU RAHIB BUSUK!!!" teriak wanita itu.
Dan...
Kemudian, mahluk apapun yang berada dalam tubuh wanita itu, mencabik-cabik seluruh pakaian yang menempel di tubuh wanita itu.
"LIHAT!! INILAH TUBUH YANG KAMU SUKA KAN? BAGAIMANA RAHIB BUSUK!!!??"
"INI LEBIH INDAH DARIPADA DEWA-DEWA BUSUK YANG KAU SEMBAH ITU!!!"
Mahluk itu memainkan tubuh wanita itu dengan erotis di depan Danang yang memalingkan wajahnya.
"KAU TAU RAHIB BUSUK!! WANITA INI JUGA BERPERASAAN SAMA SEPERTIMU!!! DIA MEMPERTAHANKAN PERAWANNYA UNTUKMU!! HAHAHAHAHAHAHAAA!!!"
"TAPI, AKU AKAN MENGAMBILNYA UNTUKMU!!!"
Dan mahluk itu...
Dia mengarahkan pedang koin ke alat vital wanita yang disurupinya.
Dan dengan satu tusukan, darah berceceran dari pangkal paha wanita itu.
"Aaaarrrrgghhh!!!!" teriak Danang yang tiba-tiba bangkit dan merobek lidahnya dengan kuku jempolnya.
Kemudian, dengan jempolnya yang berlumuran darahnya dia mencoba menusukkannya ke tengah dada wanita itu, namun tangannya ditahan oleh mahluk itu.
"KAU MAU APA???"
"Ahhhhh!!!!" teriakan Danang seakan berkumandang dan aku mendengar suara tulang yang patah.
"AKU TAU APA YANG KAU LAKUKAN RAHIB BUSUK!!! TAPI AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA!!"
"TUBUH INI MILIKKU!!!" teriak mahluk itu.
Kemudian dia mengambil aba-aba untuk melompat.
Namun, sebelum sempat dia melompat tiba-tiba Ayano sudah ada di belakang wanita itu dan menahan kedua lengannya.
"Danang!!! SEKARANG!!!" teriak Ayano.
"LEPAS!! SIALAAN!!!" teriak mahluk itu sambil menjatuhkan tubuhnya ke tanah.
"Auuuhhhgg!!!' Ayano berteriak ketika punggungnya menghantam tanah dengan keras.
"Ko!!!" teriakanku refleks.
"DANAANG!!!" teriak Ayano lagi.
"Arrrrghhhh!!!" Danang berteriak sambil membawa tubuhnya bangkit dan berlari ke arah mahluk itu.
Kemudian, dengan darahnya dia menulis suatu lambang, seperti huruf H dengan garis tengah dua (kurang lebih seperti ini I=I) tepat di tengah dada wanita itu.
Kemudian wanita itu kembali meraung dan melayang, membawa Ayano serta dan kemudian menjatuhkan tubuhnya bagaikan putus talinya.
"Arg!!!" teriakan teredam Ayano kembali terdengar bersamaan dengan suara 'bugh!!' keras.
Dan semuanya selesai..... satu per satu warga yang terkapar mulai bangun sebagai gantinya, Ayano dan Danang pingsan...
===
Aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi setelah itu pada sang wanita korban kesurupan itu.
Yang pasti, Danang mengalami kesulitan berbicara dan juga mendapatkan trauma yang mendalam. Dan dia menolak total untuk menceritakan perihal kesurupan kemarin.
Aku tidak mendapatkan apa-apa dari perjalanan ini selain pengalaman mengerikan ini dan luka lebam parah pada tubuh Ayano yang dua kali menghantam tanah dengan keras.
.....
Sedikit yang kutahu saat itu..
Bahwa ternyata ini semua belum selesai...
Ada beberapa rules sebelum membaca :
1. Jangan mempertanyakan dimana atau kapan kejadiannya, karena semua tempat kami samarkan untuk privasi yang bersangkutan di cerita ini.
2. Kalau bisa, jangan dibaca malam-malam.
3. Karena ada beberapa hal yang sensitif, mohon jangan membawa isu SARA di sini.
4. 18+ karena beberapa bagian cerita yang tidak pantas dibaca yang dibawah umur. (Kami tidak memotongnya karena ingin menceritakan SELURUH kejadiannya).
Ingat baik-baik terutama untuk RULES ke 1 dan 3. Karena cerita ini tidak diizinkan oleh yang terlibat di cerita ini apabila privasi dan jati diri ybs diselidiki dan diketahui oleh publik. Dan soal isu SARA, tolong pengertiannya ya.
Spoiler for Possession - Part 1:
Juni 2015
Aku dan Ayano mendapatkan sebuah email.
Pengirimnya berasal dari temanku yang sudah pulang kampung semenjak lulus dari kuliah.
Separuh bagian dari email itu membuatku tertarik. Berikut penggalan dari email tersebut :
"Aku memiliki teman yang sama sepertimu, dia Indigo. Dia mampu melihat segala macam mahluk halus. Dia bahkan berkerja sebagai dukun muda di kampungku lho..
Dan dia sangat ingin bertemu denganmu, Lis. Datanglah ke kampungku. Aku akan menyambutmu dengan baik. Kabari aku" begitulah kata-kata dari surat itu.
(Pada saat itu, Ayano berhasil membujukku untuk mencoba mencari-cari segala macam informasi mengenai Indigo untuk mengatasi keadaan mataku ini. Maka itulah mendengar ada seseorang Indigo lainnya membuatku cukup bersemangat).
Aku memberitahukan perihal surat itu kepada Ayano, dan dia sangat menyetujui ideku untuk pergi bersama ke kampung temanku itu.
Dan, 3 hari kemudian, kami sudah mendarat di propinsi kampung temanku itu.
Temanku dan suaminya menjemputku di Bandara. Dan setelah melepas kangen dan tentunya acara makan siang sebentar di kota, kami menaiki mobil yang membawa kami ke kampung temanku.
Meskipun disebut kampung, tapi kampung halaman temanku ini sudah cukup modern, walau agak jauh dari kota. Tapi perumahannya lebih tampak seperti villa daripada perumahan Desa.
Jarak yang jauh membuat kami baru sampai di kampung halaman temanku itu sore hari.
"Lis, udah mau malem. Besok aja ketemu sama mang Danang-nya ya?" Danang adalah orang yang dikatakan sebagai Indigo itu.
"Okay, nggak apa kok, Lin" jawabku kepada temanku, Linda.
"Kalau begitu, kalian mungkin mau berbersih dulu sebelum waktunya makan malam?" tanya Linda.
"Mandi mungkin jadi ide yang bagus, Lin" jawabku bersemangat.
"Kalau begitu, aku akan antar ke kamar kalian dan kamar mandi"
(Aku akan melewatkan bagian dimana terjadi sedikit keributan karena kesalahpahaman dari pihak Linda yang mengira aku dan Ayano sudah menikah. Jadi memberikan hanya satu kamar bagi kami. Karena tidak terlalu signifikan untuk cerita ini).
---
Kurang lebih satu jam kemudian, Aku sudah selesai berbersih dan bergabung bersama Ayano yang sudah menungguku di teras rumah.
"Sudah?" tanyanya ketika aku keluar dari rumah.
"Udah" jawabku singkat.
"Pas banget. Tuh, mobilnya Linda dateng" kata Ayano sambil menunjuk mobil yang datang.
Linda baru saja pulang dari urusannya yaitu sebagai panitia di acara yang diadakan di alun-alun desa.
Dan rencananya, sekarang kami akan pergi ke alun-alun itu untuk berekreasi sejenak.
Karena itulah, sekitar 15 menit berikutnya kami menemukan diri kami sedang berbaur dengan masyarakat setempat untuk menikmati pasar malam yang sangat ramai itu.
Setelah mencicipi beberapa jajanan makanan, sekaligus sebagai makan malam kami, Linda mengajakku dan Ayano untuk ke suatu tempat di alun-alun itu untuk menemui mang Danang. Si Indigo.
Setelah meminta izin pada Ayano, aku mengikuti Linda sampai ke bukaan lapangan luas dengan sebuah panggung di tengah. Dan kurasa hampir separuh dari seluruh masyarakat desa ini sedang berkumpul di lapangan ini.
"Kamu nggak anti sama yang rada-rada gore kan?" tanya Linda padaku.
"Nggak suka sih...." aku mengaku.
"Oh... kalau begitu lihat dari jauh aja deh.." kata Linda lagi.
Kami ikut berbaur dan mengambil tempat di jarak yang tidak terlalu dekat dari panggung itu. Di atas panggung, tari-tarian sedang berlangsung.
Bau wangi kemenyan dan Hio dapat kucium cukup semerbak di panggung ini.
"Lin, ini pertunjukan apaan?" tanyaku.
"Ini bukan pertunjukan, Lis..." jawab Linda "Ini upacara adat"
"Upacara adat?" tanyaku.
"Iya, upacara Ta Tung" jawab Linda.
"Apa?"
"Upacara memanggil dewa, sssttt..." Linda memberiku isyarat sambil memberiku kode. Aku mengikuti kode itu dan melihat beberapa warga sedang menatap kami "Warga disini agak khusyuk soal ini. Jadi, kita nggak boleh berisik.." bisik Linda.
".. aku nggak tau kalau kamu percaya beginian...." bisikku pada Linda.
"Aku enggak sih... tapi aku kan suka yang ngeri-ngeri..." bisik Linda lagi sambil tertawa.
"Ngeri?" tanyaku agak ragu mendengar kata-kata tidak lazim itu dikaitkan dengan upacara adat. Sepertinya aku melakukan suatu kesalahan.
Linda menyuruhku melihat ke arah panggung.
Dan kakiku benar-benar lemas ketika melihat ke atas panggung...
Sang pelaku yang memakai pakaian adat berwarna kuning sedang memegang pisau besar.
Pelaku itu mengeluarkan lidahnya, dan menggunakan pisau besar itu untuk mengiris lidahnya.
"Ahh..." kataku sambil mengalihkan pandangan dari panggung.
"Takut, Lis?" tanya Linda sambil memegang bahuku.
"Ngeri ah Lin..." keluhku sambil gemetar.
"Tuh, ada yang mau tusukin paku ke pipinya Lis..." goda Linda.
"Ahh.. aku nggak mau denger...!" protesku
"Lis, Lis... liat, buruan!! tuh, ada yang mau dimasuki dewa tuh!!"
Aku menoleh dan menatap ke arah panggung karena rasa penasaran mengalahkan rasa takutku.
Tapi, aku tidak bisa melihat ke atas panggung sama sekali....
Aku tidak bisa melihatnya karena panggung itu seakan dikelilingi oleh uap yang sangat tebal, sehingga aku seakan sedang melihat panggung itu dalam keadaan vertigo. Seluruh panggung terlihat bagaikan berputar dan buram.
Aku memicingkan mata, dan berusaha melihat dengna lebih baik. Pada akhirnya aku dapat melihat kalau ada beberapa orang berjubah putih panjang sedang berdiri di atas panggung, berdiri tepat di samping beberapa orang yang berbaju Kuning.
Dan tepat pada saat itulah, teriakan yang Cumiakkan telinga keluar dari tengah-tengah khalayak yang berkumpul.
Warga yang berkumpul di sekitar asal suara teriakan yang Cumiakkan itu terlihat bergelombang ketika membuka untuk memberikan ruang bagi asal suara itu.
Dan seketika itu, kabut di atas panggung menghilang, dan teriakan terdengar dari sana.
"Aaaaaarrrhhh!!!!!" teriak salah seorang pelaku upacara yang berbaju kuning.
Aku menengoknya dan melihatnya mengeluarkan banyak darah dari mulutnya.
Pelaku lainnya juga ikut berteriak dan berguling-guling sambil memegang mulutnya. Aku bisa melihat darah bercipratan dari mulutnya.
"Ada apa ini?!" tanya Linda panik.
Aku menggeleng, sama-sama panik, sama-sama bingung dengan apa yang sedang terjadi.
Kemudian terdengar suara auman yang sangat kencang. Suara auman seperti binatang buas.
Aku dan Linda terdiam pada tempat kami berada.
Salah...
Aku yang berdiri diam pada tempat di mana aku berdiri. Linda, dan puluhan warga lainnya yang masih berkumpul di sekitar tempat itu berjatuhan bagaikan boneka marionet yang terputus dari benangnya.
"Lin!!!!" teriakku sambil berusaha menangkap Linda yang jatuh.
"KIIIIIIIIIIKKK!!!!" jerit sebuah suara lagi.
Aku menengok, dan melihat seorang wanita sedang berdiri di tengah-tengah tubuh warga yang bergelimpangan di sekitarnya.
Rambut wanita itu berantakan dan kacau, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas kecuali tawa lebarnya yang mengerikan.
Kemudian, wanita itu melengkungkan tubuhnya ke belakang dan berada dalam sikap kayang, dengan tubuhnya ditumpu oleh keempat tungkainya.
Kemudian wanita itu berbalik, hingga kepalanya menghadap ke arahku.
Dan dalam posisi yang terbalik itu, aku bisa menatap matanya menatapku dalam kegilaan. Disertai dengan seringai lebarnya yang membuat kontur wajahnya menjadi tidak wajar, karena bibir dan gigi-gigi tajam dan besar yang melebar seakan kulit wajahnya sangat lentur dan hampir memenuhi wajahnya
Aku takut....
Aku hanya berdiri diam di tempatku tanpa bisa bersuara, apalagi bergerak.
Kemudian, dengan suara berderak yang sangat jelas dan mengerikan, kepala wanita itu berputar dengan tidak wajar. Berputar seratus delapan puluh derajat hingga wajahnya yang tadinya dalam posisi terbalik sesuai dengan posisi badannya, kini dalam posisi tegak.
Hanya wajahnya saja, karena badannya tetap dalam posisi kayang.
"Ahh.... ahh...." aku mundur dan melupakan kalau Linda masih terbaring di sebelahku. Aku tersandung kaki Linda dan terjerembab dengan pantatku jatuh lebih dulu.
Wanita itu meringis lagi, kemudian dia berjalan.
Ya...
Dia berjalan dengan keempat tungkainya, seperti binatang...
Dengan posisi punggungnya di bawah dan kepalanya terpuntir seratus delapan puluh derajat.
Wanita itu mendekatiku....
Aku bisa mendengar dengisannya ketika mendekat denganku.
Dan sekelebat kemudian, wanita itu melompat dari posisi yang mustahil.
Tanpa membengkokkan tungkainya, ataupun memperbaiki postur badannya, wanita itu melenting sampai dengan ketinggian lebih dari tiga meter...
Melewati para warga yang tergeletak dan mendarat di depanku.
Tepat. Di depanku.....
Wanita itu menatapku dengan matanya yang menggambarkan kegilaan dan seringainya yang aneh itu.
Kemudian dia berputar...
Dia berputar dengan cepat pada tempatnya berada. Dan tertawa.
Tawanya melengking dan mengikik. Sama sekali tidak terdengar sebagai tertawa manusia. Nafasnya kasar dan mendengus ketika dia tertawa. Aku seakan sedang mendengar kuda yang tertawa ketimbang manusia.
Dan pada titik itu, lututku sudah sangat lemas....
Aku begitu ketakutan sampai untuk mengambil nafas saja sulit....
"HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!HIK!!" tawa wanita itu. Kemudian dia menghentikan putarannya.
Dia menjajarkan tubuhnya denganku.
Dan melompat.
Aku melihat dengan putus asa dan ketakutan yang amat sangat ketika wanita itu berada sekitar dua meter di depanku, dan sedang melayang ke arahku, sambil tetap menatapku dengan kepalanya yang terpuntir...
Aku bahkan tidak bisa berteriak.
Dan kemudian, sesuatu datang dari sisiku dan memukul mahluk itu dengan benda yang panjangnya kurang lebih satu lengan.
"Elisa!!" teriak Ayano.
Ayano mendatangiku dari belakang dan memelukku tepat ketika lututku akhirnya menyerah dan membuatku jatuh terduduk.
Dan pada saat itulah aku melihat satu sosok lagi.
Sosok dengan pakaian kuning yang sama seperti para pelaku upacara sedang memegang sebuah benda sepanjang penggaris.
Aku memfokuskan pandanganku dan melihat benda sepanjang penggaris itu adalah sebuah tongkat kecil dengan motif koin-koin jaman Tiongkok kuno yang memanjang.
Seperti sebuah pedang koin?
"Linda!!" terdengar suara teriakan lagi dan aku menoleh.
Suami Linda tergopoh-gopoh datang dan langsung berlari ke sisi Linda yang sedang terkapar.
"Kamu pasti yang diceritain sama pak Gerry, ya?" tanya orang dalam baju kuning itu. Seorang pemuda yang mungkin seumuran aku atau Ayano.
"Kenalin, saya Danang. Tapi lebih sering dipanggil Bhante Saka di sini." kata pemuda itu memperkenalkan diri.
"Oh..." gumamku yang bingung.
"Sorry ya, nggak disangka jadi begini..." kata Danang sambil mengulurkan tangannya dan menawarkan untuk membantuku berdiri, namun Ayano menepisnya dan mengatakan kalau dia yang akan menjagaku.
"Baik." kata Danang sambil tersenyum. Kemudian pemuda itu menggosok pedang koinnya dengan lengan bajunya yang panjang dan menghunuskannya ke wanita itu.
"Itu kenapa?" tanyaku.
"Kesurupan..." jawab Danang singkat.
"Apa??"
"Harusnya upacara ini bermaksud supaya para pendeta pembawa upacara bisa dirasuki dewa-dewi baik, untuk mencegah bala...
... Tapi semenjak awal saya sudah bilang kepada ketua Bhante kalau jangan mengikut sertakan Bhante Asun.... "
"Ah?"
"Jiwanya kurang bersih" kata Danang lagi seakan kata-kata itu cukup untuk menjelaskan apa yang terjadi di tempat ini, sekarang.
"Apa hubungannya sama wanita itu?" tanyaku lagi.
"Wanita itu.. hanya korban ketidakberuntungan saja. Mungkin karmanya sedang buruk, jadi dialah sasaran empuk roh jahat yang datang karena hati tidak bersih pelaku upacara." kata Danang lagi.
"Jadi, ada pelaku upacara yang jiwanya nggak bersih, tapi yang kena orang lain?" tanyaku.
"Begitulah..." kata Danang.
"GROOOOOOOOAAAAAAAAAAAAAAAARRR!!!"
Suara auman yang membuat udara bergetar...
Dan suara itu berasal dari wanita yang sedang berdiri tidak beberapa jauh dari tempat kami berada.
Wanita itu membengkokkan tubuhnya sampai ke sudut yang tidak wajar.
Kemudian, tubuhnya seakan melenting kembali ke posisi berdiri tegak.
Dan tanpa tanda-tanda apapun, wanita itu melayang ke arah kami.
"RAHIB SIALAAAN!!!" teriak wanita itu bersamaan dengan dorongannya kepada Danang yang membuat bhante itu mental sejauh beberapa meter.
"!!!"
Aku terkesiap ketika wanita itu menoleh dan menatapku.
Tidak...
Tidak..tidak....
Itu bukan wajah wanita itu...
Saat ini wajahnya lebih menyerupai siluman ketimbang manusia...
Seakan wajahnya bersatu dengan wajah binatang entah apa... Tapi kontur mukanya sudah berbeda dari wajah aslinya.
Wanita itu mendengus, kemudian kembali melompat sejauh beberapa meter, dan mendarat tepat di depan tempat bhante yang didorongnya terkapar.
Wanita itu mencekik leher Danang dan melemparkannya kembali ke arah kami berada.
Punggung Danang menghantam kayu dengan cepat bahkan sebelum Ayano sempat menangkapnya.
"Hukk...!!" darah keluar dari batuk bhante itu.
"Danang!" panggilku.
(note : kata-kata wanita itu sudah kuperbaiki karena terlalu vulgar dan warning, 21+)
"RAHIB BRENGSEK!!" kata wanita itu yang sudah kembali merangkak di dekat kami. Dan suaranya bukan suara wanita, suaranya adalah suara laki-laki yang berat.
Danang yang bersandar pada tembok kayu dengan lemas mengangkat pedang koin yang digunakannya untuk memukul wanita itu.
"APA? KAU MAU MENGUSIRKU DENGAN BATANGAN ITU?" tantang wanita itu sambil maju dan dan menggenggam batangan itu.
'sshhh!!!'
Asap keluar dari pertemuan antara pedang koin dengan tangan wanita yang sedang kesurupan itu.
"Ahhhh!!!" desah wanita itu sambil meringis "YAA.. INI MEMANG MANJUR, TAPI RAHIB BRENGSEK, YANG KAU LUKAI BUKAN AKU, TAPI WANITA INI!!!!"
"HAHAHAHAHAHAHAHA!!!!" wanita itu tertawa dengan suara beratnya.
"BAGAIMANA RAHIB BRENGSEK? BUKAN KAU SUKA PADA WANITA INI? TEMAN SEJAK KECIL, EH?"
Wanita itu merebut pedang koin dari tangan Danang, kemudian menggunakan pedang koin itu untuk menyentuh lehernya dan membuatnya terbakar.
"AHHH!! PANASS!!! TAPI BUKAN AKU YANG TERLUKA, HAHAHAHA!!!!"
"LIHAT AKU RAHIB BUSUK!!!" teriak wanita itu.
Dan...
Kemudian, mahluk apapun yang berada dalam tubuh wanita itu, mencabik-cabik seluruh pakaian yang menempel di tubuh wanita itu.
"LIHAT!! INILAH TUBUH YANG KAMU SUKA KAN? BAGAIMANA RAHIB BUSUK!!!??"
"INI LEBIH INDAH DARIPADA DEWA-DEWA BUSUK YANG KAU SEMBAH ITU!!!"
Mahluk itu memainkan tubuh wanita itu dengan erotis di depan Danang yang memalingkan wajahnya.
"KAU TAU RAHIB BUSUK!! WANITA INI JUGA BERPERASAAN SAMA SEPERTIMU!!! DIA MEMPERTAHANKAN PERAWANNYA UNTUKMU!! HAHAHAHAHAHAHAAA!!!"
"TAPI, AKU AKAN MENGAMBILNYA UNTUKMU!!!"
Dan mahluk itu...
Dia mengarahkan pedang koin ke alat vital wanita yang disurupinya.
Dan dengan satu tusukan, darah berceceran dari pangkal paha wanita itu.
"Aaaarrrrgghhh!!!!" teriak Danang yang tiba-tiba bangkit dan merobek lidahnya dengan kuku jempolnya.
Kemudian, dengan jempolnya yang berlumuran darahnya dia mencoba menusukkannya ke tengah dada wanita itu, namun tangannya ditahan oleh mahluk itu.
"KAU MAU APA???"
"Ahhhhh!!!!" teriakan Danang seakan berkumandang dan aku mendengar suara tulang yang patah.
"AKU TAU APA YANG KAU LAKUKAN RAHIB BUSUK!!! TAPI AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA!!"
"TUBUH INI MILIKKU!!!" teriak mahluk itu.
Kemudian dia mengambil aba-aba untuk melompat.
Namun, sebelum sempat dia melompat tiba-tiba Ayano sudah ada di belakang wanita itu dan menahan kedua lengannya.
"Danang!!! SEKARANG!!!" teriak Ayano.
"LEPAS!! SIALAAN!!!" teriak mahluk itu sambil menjatuhkan tubuhnya ke tanah.
"Auuuhhhgg!!!' Ayano berteriak ketika punggungnya menghantam tanah dengan keras.
"Ko!!!" teriakanku refleks.
"DANAANG!!!" teriak Ayano lagi.
"Arrrrghhhh!!!" Danang berteriak sambil membawa tubuhnya bangkit dan berlari ke arah mahluk itu.
Kemudian, dengan darahnya dia menulis suatu lambang, seperti huruf H dengan garis tengah dua (kurang lebih seperti ini I=I) tepat di tengah dada wanita itu.
Kemudian wanita itu kembali meraung dan melayang, membawa Ayano serta dan kemudian menjatuhkan tubuhnya bagaikan putus talinya.
"Arg!!!" teriakan teredam Ayano kembali terdengar bersamaan dengan suara 'bugh!!' keras.
Dan semuanya selesai..... satu per satu warga yang terkapar mulai bangun sebagai gantinya, Ayano dan Danang pingsan...
===
Aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi setelah itu pada sang wanita korban kesurupan itu.
Yang pasti, Danang mengalami kesulitan berbicara dan juga mendapatkan trauma yang mendalam. Dan dia menolak total untuk menceritakan perihal kesurupan kemarin.
Aku tidak mendapatkan apa-apa dari perjalanan ini selain pengalaman mengerikan ini dan luka lebam parah pada tubuh Ayano yang dua kali menghantam tanah dengan keras.
.....
Sedikit yang kutahu saat itu..
Bahwa ternyata ini semua belum selesai...
Diubah oleh ayanorei 27-03-2017 16:12
2
Kutip
Balas