- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#613
PART 9
Siang hari Gua terbangun dengan kondisi lebih segar. Sebelumnya, tadi pagi setelah makan berdua dengan Echa di ruang makan, kami mengobrol santai seputar acaranya hari ini. Ya karena di rumahnya tidak ada keluarganya, Echa sudah janjian dengan beberapa teman kampusnya untuk berkumpul. Tentunya teman-temannya yang tidak mudik juga. Kemudian setelah itu kami sekeluarga ke makam kakek untuk ziarah, pulangnya Gua langsung merebahkan diri di ranjang kamar.
Gua lihat jam yang berada di dinding kamar, ternyata sudah menunjukkan pukul 11 siang. Sekitar satu setengah jam Gua tertidur tadi. Lalu Gua bergegas ke kamar mandi, Gua pun membilas tubuh di siang hari yang cukup panas ini.
Gua sudah rapih sekarang, memakai kaos oblong putih dan celana long-jeans biru langit. Tidak lupa jam tangan hitam di pergelangan kiri. Gua keluar kamar menuju ruang tamu. Disana Gua hanya melihat Nenek dan Tante Gua bersama anaknya.
"Nek, Echa kemana ?", tanya Gua yang sudah berdiri di samping Nenek.
"Sudah pulang..",
"Diantar Om mu, baru 10 menit lalu berangkatnya", jawab Nenek.
Lah ? Kok dianterin pulang sama Om Gua. Katanya mau Gua yang anter abis Gua bangun tidur. Gimana nih si Teteh.
"Kok enggak nungguin aku ?", tanya Gua lagi.
"Teman-temannya sudah nunggu di rumah Echa Za..",
"Mau bangunin kamu gak enak, kasihan cape katanya..",
"Jadi Om mu yang antar, karena tadinya Echa mau naik kendaraan umum..", kali ini Tante Gua yang jawab.
Hmmm.. Buru-buru banget itu teman satu genk kampusnya Echa. Katanya janjian sehabis Dzuhur. Ya sudahlah mau gimana lagi. Gua pun duduk di sebelah Tante Gua. Gua lirik anaknya yang tertidur dipangkuan sang Ibunda.
"Te.. Bawa ke kamar Eza aja, kasihan tidur di kursi gini tuh si kecil..", ucap Gua.
"Gak apa-apa Za, maunya nempel melulu sama Ibunya..",
"Kalau kebangun gak ada Tante, nangis terus dia gak berhenti-berhenti..", jawab Tante Gua sambil mengusap kening si kecil.
Niat iseng Gua pun mucul. Gua cium pipinya si kecil lama dan dalam, sampai-sampai dia menggeliat, Tante Gua hanya tertawa, tapi tidak dengan Nenek yang melihat kejailan Gua itu.
"Hey! Ezaa..",
"Udah ah, iseng kamu tuh..",
"Kasihan baru tidur itu..", ucap Nenek Gua sambil melotot kearah Gua.
Gua hanya terkekeh pelan, lalu berdiri hendak ke teras depan kamar. Tapi sebelumnya Gua menanyakan satu orang hilang dulu nih.
"Te, Ayah kemana ?", tanya Gua kepada Tante.
"Oh, Ayahmu pergi tadi ke rumah Laras, calon Ibu baru mu.. hi hi hi hi", jawab Tante Gua sambil tertawa pelan.
"Hooo... Pantes..",
"Eh iya, Ayah naik apa Te ?", tanya Gua lagi.
"Dia bawa mobil mu tadi...", jawab Tante Gua lagi.
"Ooh..",
"Ya udah deh, Eza ke teras dulu ya..", ucap Gua lalu berjalan keluar ruang tamu.
Gua duduk di sofa teras depan kamar, lalu membakar sebatang racun. Fuuuhh... Rasanya enggak ngisep nih racun dari tadi malam membuat Gua rindu dengan hembusan asapnya. Siang yang panas di hari lebaran ini malah membuat Gua gak jelas. Mau kemana lagi. Ke makam sang pacar pertama sudah tadi pagi, sekalian dengan ziarah ke makam Kakek lalu Saudara Gua, Topan. Lebaran ke rumah Ukhti Ve dan Mba Yu enggak mungkin karena mereka masing-masing sudah mudik dari dua hari lalu. Kemana ya... Oh iya, dari pagi Gua belum cek hp. Gua pun mengambil hp dari dalam kamar lalu kembali duduk di sofa teras.
Ternyata sudah ada sekian banyak sms yang masuk dari semalam kalau Gua lihat waktunya. Hmm.. Rata-rata dari beberapa teman SMA Gua, termasuk sahabat dekat Gua, Shandi dan Gusmen. Gua baca satu persatu sms yang masuk, lalu Gua balas dengan kalimat yang sama. Isinya "Sama-sama Bro, mohon maaf lahir batin juga ya.. Eza n' Fams...". Dah gitu doang, kampret emang Gua tuh. Gimana enggak, wong sms yang masuk rata-rata ngucapin lebaran/maaf lahir batin dengan sms yang bagus-bagus, kalimatnya dirangkai seindah mungkin, lah Gua ma pan males ngerangkai begitu, apalagi kalo kudu forward kalimat indah dan ngeganti kata terakhirnya, misal, "Budi dan Keluarga", Gua ganti dengan "Eza dan Keluarga" tapi isi sms lebarannya sama, ogah Gua ma. Ha ha ha ha...
Bukan bermaksud malas merangkai kata sih sebenernya, ataupun irit pulsa dan sebagainya. Cuma kalau dipikir-pikir kan yang penting keikhlasan di dalam hati kita memaafkan orang, enggak sekedar isi sms yang indah tapi hatinya ma kagak ikhlas. Sama aja bo'ong. He he he...
Beres membalas semua sms lebaran, termasuk dari Wulan juga, baru lah Gua membalas sedikit berbeda kepada beberapa sms dari pengirim lainnya. Pertama Ukhti Ve, Gua tetap tidak merangkai kalimat indah di sms, namun sedikit berbeda saja. "Hai Ve, sama-sama ya. Selamat hari raya idul fitri juga, dan maafin aku juga kalau ada salah selama ini, salam untuk keluarga kamu disitu. Miss You..". Lalu kepada Mba Yu, "Sama-sama MY-Ku.. Maafin Mas ya kalo ada salah juga, salam untuk Papah, Mamah dan Desi disitu.. Pulangnya hati-hati ya nanti. Oh ya, Mas Eza masih nungguin Mba Yu loch.. Hehehe..". Gitu tuh sms Gua kepada martabak manis 'spesial' bahahahaha, walaupun enggak romantis dan indah, tetep aja tersirat sedikit perasaan Gua untuk mereka. Dan untungnya semua balasan sms Lebaran sudah terkirim sebelum pulsa Gua benar-benar sisa 50 perak.
Nah pulsa sekarat juga, mau beli pulsa mana ada konter pulsa yang buka deket rumah kalo masih Lebaran gini. Gua cukup kesel, karena eh karena.. Gua gak bisa bales sms Echa yang mengatakan bahwa dirinya sudah sampai di rumah dan berkumpul dengan Teman-temannya. Dan yang kedua, Mba Siska sudah sms, menanyakan Gua lagi dimana, lah Gua malah enggak ada pulsa. Gua berpikir sejenak, apa Gua samperin aja lagi kerumah Pak Rw ya.. Boleh juga tuh. Akhirnya setelah menghabiskan sebatang racun, Gua pun keluar rumah, menuju kediaman Mba Polcan anak keduanya Pak Rw.
Gua melewati rumah Icol ketika menuju rumah Pak Rw, dan pemandangan yang tidak biasa pun menyita perhatian Gua. Tumben amat ini depan rumahnya si Icol banyak orang. Enggak banyak-banyak amat sih, ya paling empat sampai lima orang, dan itu para tetangga. Kalau mau lebaran sesama tetangga rasanya kesiangan, karena biasanya pagi hari sudah pada muter tuh ke tetangga sebelah-sebelah rumah.
Gua pun mendekati rumahnya Icol. Lah ternyata si Icol sedang asyik berdiri di ambang pintu dengan hp yang berada di genggamannya. Gua perhatikan dan Gua dengarkan. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba ini namanya. Sahabat Gua itu ternyata jualan pulsa. Fix, Icol juragan pulsa di saat lebaran.
Beres mengantri dan bertransaksi pulsa dengan Icol, Gua pun pamit kepada Icol.
"Thank you Col...", ucap Gua ketika notif pulsa sudah masuk ke hp Gua.
"Yoi, tapi bayar dulu atuh..",
"Maen thank you aje Lu",
"Hadeuh...", jawab Icol mengingatkan Gua.
"Oh iya lupa, ha ha ha...", ucap Gua sambil merogoh saku celana.
"Nih, okelah Gua cabut dulu Sob..", lanjut Gua seraya memberikan uang yang pas kepada Icol lalu pamit.
"Oke, makasih juga...",
"Eh ?",
"Ooii... Kemane Lu ? Kok jalan kesono ?", teriaknya ketika Gua sudah beberapa langkah meninggalkannya.
"Ke rumah Pak Rw mau urus surat nikaah.." jawab Gua sambil tetap berjalan.
"Nikah ?",
"Woooiii...",
"Siapa yang mau Nikaahh Zaa ???", teriaknya lagi karena Gua semakin menjauh.
"Guaaa, ama anaknya yang nomor duaaa...", jawab Gua, lalu berlari, dadah Icol ha ha ha.
...
Gua serasa bodoh sebenarnya, sudah beli pulsa dari si Icol, kok malah tetep nyamperin Mba Siska, bukannya bales smsnya aja terus pulang ke rumah. Tapi kepalang lah, Gua sudah berada di depan pintu rumahnya yang tertutup juga kan, Lalu Gua ketuk tiga kali pintunya sambil mengucapkan salam, beberapa detik kemudia handle pintu pun terbuka. Seorang Perempuan yang tadi pagi Gua kecup keningnya kini kembali berada dihadapan Gua, kali ini dengan busana yang berbeda.
Mba Siska mengenakan kemeja putih lengan panjang, dan hanya kerah kemejanya yang berwarna hitam. Kemudian celana long-jeans berwarna biru laut membalut bagian bawah tubuhnya hingga semata kaki. Aksesoris kalung dengan liontin emas putih berbentuk hati, dibiarkan menggantung keluar di depan kemejanya, membuatnya semakin cantik, dan ternyata ada yang berbeda juga dari bagian wajahnya, selain make-up yang tipis, ternyata Mba Siska juga menggunakan softlens berwarna cokelat.
"Hallo Mba..", sapa Gua lagi setelah Mba Siska menjawab salam Gua sebelumnya.
"Hai Za..",
"Aku lagi nunggu balesan sms kamu, eh taunya yang di sms malah datang...", ucapnya.
"Eh iya Mba hehehe...",
"Tadi enggak ada pulsa, lewat rumah Icol beli pulsa dulu..",
"Tapi Eza pikir tanggung mau bales sms, makanya kesini aja sekalian nyamperin kamu Mba hehe...", ucap Gua lagi.
"Oh gitu, ha ha ha..",
"Ya udah, masuk dulu yu Za..", ajaknya kepada Gua.
Kami berdua pun kini sudah berada di ruang tamunya, kami duduk bersebrangan. Gua tersenyum kepada Mba Siska, pastilah Gua selalu terpesona dengan dirinya yang memang sudah cantik sedari dulu. Tapi saat ini pikiran Gua bertanya-tanya, dirinya yang sudah rapih, cantik dan bersolek itu pasti akan pergi keluar.
"Mba, rapih dan cantik banget siang gini...",
"Mau pergi keluar ya Mba ?", tanya Gua.
Mba Siska tersenyum lalu mengangguk, "Iya Za, Mba mau pergi keluar..", lanjutnya.
"Ooh.. Ganggu dong, Maaf ya Mba..", ucap Gua menanggapinya.
"Enggak ganggu Za", tersenyum,
"Belum tentu jadi pergi sih..", ucapnya lagi.
"Loch ?",
"Kenapa emang Mba ? Temen atau pacarnya belum ngabarin ?", tanya Gua lagi.
"Orangnya belum bales sms soalnya...", ucapnya tersenyum lagi,
"Pacar ? Hmmm.. Mba belum punya pacar Za..", lanjutnya.
Wohohoho... Kode ini cuy. Pengalaman Gua udah cukup untuk buat Gua peuka terhadap kode-kodean gini ma. Tapi belaga polos dan sok gak tau apa-apa itu juga penting, buat ngorek informasi lagi, karena jangan sampai kita ke Pe'dean. Ikuti aja dulu alurnya.
"Ooh belum bales sms..",
"Berarti janjiannya sama temen ya ? Mungkin temennya lagi jalan kesini kali Mba..", ucap Gua lagi.
"Enggak Za..",
"Enggak lagi jalan kesini...", jawabnya lagi.
"Enggak kesini ? Janjian di luar ?", tanya Gua lagi.
"Enggak juga..",
"Orangnya udah disini kok...",
"Lagi ngobrol nih sekarang sama Mba..", ucapnya sambil tersenyum lebar kali ini.
Oh Myyyy... Gua ternyata yang kena modus ini ma. Boleh-boleh-boleh-boleh. Enggak perlu sok polos dan pura-pura.
"Duh Mba bisa aja nih...",
"Mau ajak jalan Aku kemana Mba ?", tembak Gua langsung.
"Cari makan aja Za..",
"Bosan kan menunya daging yang di rendang atau semur sama ketupat..", jawabnya.
Gua pun langsung mengiyakan ajakkannya. Gua kembali ke rumah dulu untuk berganti pakaian, Mba Siska sudah kece badai dandannya, masa Gua pakai kaos oblong doang. Akhirnya Gua memakai polo-shirt berwarna putih, menyesuaikan warnanya dengan kemeja yang Mba Siska pakai. Akhirnya kami pun memakai mobil CRV nya Mba Siska, tentunya Gua sudah pamit terlebih dahulu kepada kedua orangtua Mba Siska serta Nenek dan Tante Gua.
Kami berdua sekarang sudah berada di mobilnya, dan Gua yang mengemudikan roda empat miliknya ini. Gua arahkan mobil ke rumah makan yang menyediakan PSK (Pusat Sate Kiloan). Yap, Mba Siska ingin makan sate dan sop kambing.
Singkatnya kami sudah berada di rumah makan psk ini. Ternyata walupun hari pertama lebaran, rumah makan ini tetap buka dan ramai pengunjung. Beruntung kami masih sempat kebagian tempat duduk, sebenarnya model lesehan sih tanpa bangku.
Kami berdua pun segera menyantap menu sate dan sop kambing yang sudah tersaji diatas meja makan. Sambil menikmati makanan, kami sedikit mengobrol soal pekerjaannya yang telah di pindahkan ke ibu kota beberapa bulan lalu. Mba Siska ternyata jadi juga kontrak sebuah rumah minimalis daerah selatan.
"Deket Mba ke kantor dari kontrakan ?", tanya Gua setelah menelan sate kambing.
"Lumayan deket sih Za..",
"Kalau naik motor mungkin 10 sampai 15 menit sampai..",
"Tapi kan Mba enggak ada motor, adanya mobil, jadi ya tau sendirilah ibu kota, macetnya kayak apa...",
"Bisa setengah jam kalau naik mobil..", jawabnya.
"Ooh.. Ya enggak apa-apalah Mba..",
"Seenggaknya enggak harus PP kayak aku..", ucap Gua.
"Oh ya, kampus kamu kan di selatan juga ya ?",
"Terus kenapa enggak kost Za ?", tanyanya sambil menaruh sendok dan garpu setelah selesai menyantap makanannya.
"Iya Mba di selatan",
"Awalnya sih enggak mau kost, enakkan pulang pergi naik krl aja..",
"Cuma kemarin Ayah bilang katanya aku harus belajar mandiri jadi ya mungkin nanti kalau masuk kuliah lagi, aku mau cari kost-an..", jelas Gua kepadanya.
"Hmm.. Bagus tuh, biar ada pengalaman Za",
"Jadi nanti kamu bisa mulai belajar me-menej diri kamu, belajar disiplin, mengatur keuangan dan keperluan pribadi lainnya..", timpalnya mendukung keinginan Ayahanda.
"Iya Mba, itu juga yang Ayah aku harapin..", jawab Gua.
Selesai makan dan membayar pesanan, kami pun beranjak dari rumah makan ini. Gua sebenarnya hanya iseng ketika mobil baru meninggalkan rumah makan, Gua bilang dari sini Gua ingin ke ibu kota.
"Mba, Jakarta kalau lebaran gini pasti lenggang ya ?", tanya Gua sambil fokus kepada jalan raya.
"Iya Za, rata-rata penduduknya kan urban, pasti kebanyakan pada mudik", jawabnya.
"Ke Jakarta yu Mba..", ucap Gua kali ini sambil menoleh kearahnya dengan tersenyum.
"Heum ?",
"Mau ngapain kesana ?", tanyanya heran.
"Main aja..",
"Monas atau Ancol..", jawab Gua.
"Duh, kalo ke ancol enggak mungkin sepi Za, rame banget pasti disana..",
"Kalo Monas enggak seramai Ancol..", jelasnya kepada Gua.
"Terus mau kalo ke Monas Mba ?", tanya Gua lagi.
Mba Siska tersenyum lalu mengangguk, "Boleh..", jawabnya.
Gua pun mengarahkan mobilnya ke jalan tol. Ternyata setengah perjalanan di jalan tol ramai juga kendaraan lain. Gua kira beneran lenggang, ya walaupun enggak seramai hari kerja atau hari biasanya yang suka macet.
Singkat cerita mobil sudah keluar dari exit tol Slipi. Nah dari sini Gua enggak tau petunjuk arah walaupun katanya exit tol Slipi paling dekat menuju ke Monas. Untungnya Mba Siska hapal arah jalan, jadi Gua pun mengikuti Mba navigator dadakan disebelah Gua ini. Eh ternyata memang dekat.
Singkat cerita kami berdua sudah berada di area parkiran mobil, kami pun turun dan menuju Monumen Nasional di depan kami. Dan ya, apa kata Mba Siska benar ramai juga pengunjung di hari pertama lebaran ini.
Singkat cerita kami berdua bersama pengunjung lainnya sudah berada dibagian atas monumen setelah elevator mengantar kami keatas sini.
Ramainya pengunjung harus membuat kami bersabar untuk bisa menikmati wajah ibu kota dari ketinggian 132 meter ini. Lalu tiba juga giliran kami meneropong gedung-gedung di luar sana. Selesai menikmati pemandangan dari atas sini, tidak lupa Mba Siska mengabadikan momen liburan kami berdua di dalam monumen. Cakep dikit cekrek, gaya dikit cekrek, tampan banget cekrek, cantik banget cekrek. Dari kamera hpnya itu, cukup banyak foto kenangan kami berdua yang ter-capture. Dari mulai gaya biasa malu-malu sampai gaya gokil dengan memonyongkan bibir pun tidak luput dari kameranya. Kami meminta tolong kepada pengunjung lain untuk meng-capture gaya kami berdua.
...
"Za, kita ke kontrakan ku dulu ya..", ucap Mba Siska ketika kami sudah berjalan pulang ke arah parkiran mobil.
"Oh oke Mba..", jawab Gua tanpa banyak bertanya.
Kali ini Mba Siska yang membawa mobilnya, gantian Gua yang duduk santai di sampingnya. Sebelum kami sampai di kontrakannya, Mba Siska sempat membeli makanan ringan di toko kue pinggir jalan. Mungkin sekitar pukul 18.30 wib lebih kami berdua sudah sampai disebuah rumah minimalis di selatan Jakarta. Warna biru sangat dominan membalut bangunan kontrakannya ini. Mobil sudah terparkir di halaman rumah kontrakannya setelah Gua membuka gembok pagar.
Kini Gua sudah duduk di ruang tamu kontrakannya. Masih banyak bagian rumah yang belum terisi barang-barang, hanya ada lukisan, tv, bangku-meja di ruang tamunya. Gua lihat ada dua kamar tidur. Bagian bekakang sudah pasti ada dapur dan kamar mandi.
"Maaf ya Za, enggak ada apa-apa disini..", ucap Mba Siska sambil berjalan dari arah dapur,
"Paling hiburannya Tv dan player dvd aja tuh..",
"Silahkan Za diminum teh nya", ucapnya lagi ketika menaruh secangkir teh manis hangat diatas meja.
"Enggak apa-apa Mba, namanya baru beberapa bulan pindah..",
"Ngomong-ngomong udah kerasan disini Mba ?", tanya Gua.
"Ya mau enggak mau harus betah dan kerasan Za",
"Namanya juga ngontrak, semua serba sendiri..",
"Makanya kamu cobain kost Za, nanti tau gimana rasanya ngurus diri sendiri", jelasnya.
Gua hanya tersenyum lalu mengangguk. Gua salut sama Mba Siska, dirinya yang seorang perempuan bisa survive sendirian di kontrakannya ini. Masalahnya beda dengan anak kost, kalau anak kost kan masih punya tetangga sebelah kamar. Lah Mba Siska mana ada teman disini, wong sebelah kanan rumah kontrakannya cuma warung grosir dan sebelah kiri rumah makan nasi padang. Sebrangnya ? Rumah juga sih, cuma Gua rasa penghuninya sibuk bekerja. Karena terlihat selalu sepi di lain waktu Gua kesini lagi.
"Mba enggak bosan kalau setiap pulang kerja di kontrakan sendirian ?", tanya Gua lagi.
"Ya bosan sih Za, tapi mau gimana lagi ?ini pilihan Mba..",
"Tapi Mba sering kok main ke rumah teman sehabis pulang kerja", jawabnya penuh senyuman.
Kami pun mengobrol seputar pekerjaannya, ternyata Gua baru tau kalau Mba Siska itu walaupun Plokis, kerjaannya dibelakang meja dan depan komputer, adalah pokoknya detail pekerjaannya, yang jelas tidak di lapangan (jalan raya).
Tak terasa waktu semakin larut, sekarang sudah pukul 8 malam, rintikkan hujan pun ternyata sudah membasahi jalanan di luar sana.
Kami berdua duduk bersebelahan, asyik melihat foto-foto di galeri hpnya. Foto kami berdua saat di Monas tadi. Beberapa foto ada yang hasilnya buram karena gerakkan tangan saat mengambil foto, dan akhirnya jemari Mba Siska berhenti ketika layar hpnya menunjukkan satu foto dengan hasil terbaik.
Disitu terlihat kami berdua sedang tersenyum ke arah kamera, yang membuat hasilnya bagus adalah pada background foto itu terlihat cahaya senja sore hari masuk ke dalam monumen. Setidaknya itu yang Gua rasakan, tapi bagi dirinya...
"Bagus ya Mba latarnya ada cahaya senjanya..", ucap Gua sambil tetap memandangi layar hpnya.
"Iya..", jawabnya,
"Kita kayak couple ya Za..", ucapnya lagi.
Gua baru sadar apa yang membuat kami seperti couple, bukan pakaian yang kami kenakan, tapi rangkulan tangan Mba Siska ke lengan kanan Gua dan kepalanya yang bersandar di pundak Gua lah yang membuat kami seperti sepasang kekasih. Gua tersenyum melihat foto itu dan masih fokus ke layar hpnya, sampai Gua akhirnya tersadar lagi bahwa jarak duduk kami berdua ternyata sangat dekat.
Suara rintikkan hujan diluar sana semakin terdengar nyaring di indra pendengaran Gua, hawa dingin pun menelusup masuk menyapa kulit tubuh ini. Gua melirik ke sisi kiri, disana terlihat seorang wanita dewasa yang cantik, tidak terlihat rasa lelah dari wajahnya. Kedua bola matanya yang dibalut softlens warna cokelat dan sunggingan senyum dari bibirnya membuat degupan jantung Gua semakin berdetak dengan cepat.
Ada rasa ingin memiliki wanita itu dari dalam hati ini. Gua masih menatapnya, sampai akhirnya dia pun tersadar bahwa lelaki disampingnya ini sedang menatap lekat-lekat wajahnya.
"Heum ?", ucapnya menengok kearah Gua.
Gua hanya menggeleng pelan, lalu entah keberanian darimana dan dorongan darimana, tubuh Gua mulai lebih mendekatinya. Wajah Gua pun semakin dekat ke wajahnya. Wanita ini hanya terdiam dan kedua bola matanya mengikuti gerakan bibir Gua yang semakin mendekati bibirnya.
Aroma parfumnya sangat terasa di hidung Gua, dan deru nafasnya terasa menyapa wajah ini. Jarak bibir kami pun hanya kurang dari satu jengkal. Kelopak mata Gua sudah turun setengah, namun Gua masih melihat bagian tubuhnya yang kissable itu.
"Za...", suaranya pelan, sangat pelan.
Satu tangannya kini sudah berada diatas punggung tangan kiri Gua.
"May i ?", ucap Gua pelan ketika jarak bibir kami sudah sangat dekat.
Gua lihat jam yang berada di dinding kamar, ternyata sudah menunjukkan pukul 11 siang. Sekitar satu setengah jam Gua tertidur tadi. Lalu Gua bergegas ke kamar mandi, Gua pun membilas tubuh di siang hari yang cukup panas ini.
Gua sudah rapih sekarang, memakai kaos oblong putih dan celana long-jeans biru langit. Tidak lupa jam tangan hitam di pergelangan kiri. Gua keluar kamar menuju ruang tamu. Disana Gua hanya melihat Nenek dan Tante Gua bersama anaknya.
"Nek, Echa kemana ?", tanya Gua yang sudah berdiri di samping Nenek.
"Sudah pulang..",
"Diantar Om mu, baru 10 menit lalu berangkatnya", jawab Nenek.
Lah ? Kok dianterin pulang sama Om Gua. Katanya mau Gua yang anter abis Gua bangun tidur. Gimana nih si Teteh.
"Kok enggak nungguin aku ?", tanya Gua lagi.
"Teman-temannya sudah nunggu di rumah Echa Za..",
"Mau bangunin kamu gak enak, kasihan cape katanya..",
"Jadi Om mu yang antar, karena tadinya Echa mau naik kendaraan umum..", kali ini Tante Gua yang jawab.
Hmmm.. Buru-buru banget itu teman satu genk kampusnya Echa. Katanya janjian sehabis Dzuhur. Ya sudahlah mau gimana lagi. Gua pun duduk di sebelah Tante Gua. Gua lirik anaknya yang tertidur dipangkuan sang Ibunda.
"Te.. Bawa ke kamar Eza aja, kasihan tidur di kursi gini tuh si kecil..", ucap Gua.
"Gak apa-apa Za, maunya nempel melulu sama Ibunya..",
"Kalau kebangun gak ada Tante, nangis terus dia gak berhenti-berhenti..", jawab Tante Gua sambil mengusap kening si kecil.
Niat iseng Gua pun mucul. Gua cium pipinya si kecil lama dan dalam, sampai-sampai dia menggeliat, Tante Gua hanya tertawa, tapi tidak dengan Nenek yang melihat kejailan Gua itu.
"Hey! Ezaa..",
"Udah ah, iseng kamu tuh..",
"Kasihan baru tidur itu..", ucap Nenek Gua sambil melotot kearah Gua.
Gua hanya terkekeh pelan, lalu berdiri hendak ke teras depan kamar. Tapi sebelumnya Gua menanyakan satu orang hilang dulu nih.
"Te, Ayah kemana ?", tanya Gua kepada Tante.
"Oh, Ayahmu pergi tadi ke rumah Laras, calon Ibu baru mu.. hi hi hi hi", jawab Tante Gua sambil tertawa pelan.
"Hooo... Pantes..",
"Eh iya, Ayah naik apa Te ?", tanya Gua lagi.
"Dia bawa mobil mu tadi...", jawab Tante Gua lagi.
"Ooh..",
"Ya udah deh, Eza ke teras dulu ya..", ucap Gua lalu berjalan keluar ruang tamu.
Gua duduk di sofa teras depan kamar, lalu membakar sebatang racun. Fuuuhh... Rasanya enggak ngisep nih racun dari tadi malam membuat Gua rindu dengan hembusan asapnya. Siang yang panas di hari lebaran ini malah membuat Gua gak jelas. Mau kemana lagi. Ke makam sang pacar pertama sudah tadi pagi, sekalian dengan ziarah ke makam Kakek lalu Saudara Gua, Topan. Lebaran ke rumah Ukhti Ve dan Mba Yu enggak mungkin karena mereka masing-masing sudah mudik dari dua hari lalu. Kemana ya... Oh iya, dari pagi Gua belum cek hp. Gua pun mengambil hp dari dalam kamar lalu kembali duduk di sofa teras.
Ternyata sudah ada sekian banyak sms yang masuk dari semalam kalau Gua lihat waktunya. Hmm.. Rata-rata dari beberapa teman SMA Gua, termasuk sahabat dekat Gua, Shandi dan Gusmen. Gua baca satu persatu sms yang masuk, lalu Gua balas dengan kalimat yang sama. Isinya "Sama-sama Bro, mohon maaf lahir batin juga ya.. Eza n' Fams...". Dah gitu doang, kampret emang Gua tuh. Gimana enggak, wong sms yang masuk rata-rata ngucapin lebaran/maaf lahir batin dengan sms yang bagus-bagus, kalimatnya dirangkai seindah mungkin, lah Gua ma pan males ngerangkai begitu, apalagi kalo kudu forward kalimat indah dan ngeganti kata terakhirnya, misal, "Budi dan Keluarga", Gua ganti dengan "Eza dan Keluarga" tapi isi sms lebarannya sama, ogah Gua ma. Ha ha ha ha...
Bukan bermaksud malas merangkai kata sih sebenernya, ataupun irit pulsa dan sebagainya. Cuma kalau dipikir-pikir kan yang penting keikhlasan di dalam hati kita memaafkan orang, enggak sekedar isi sms yang indah tapi hatinya ma kagak ikhlas. Sama aja bo'ong. He he he...
Beres membalas semua sms lebaran, termasuk dari Wulan juga, baru lah Gua membalas sedikit berbeda kepada beberapa sms dari pengirim lainnya. Pertama Ukhti Ve, Gua tetap tidak merangkai kalimat indah di sms, namun sedikit berbeda saja. "Hai Ve, sama-sama ya. Selamat hari raya idul fitri juga, dan maafin aku juga kalau ada salah selama ini, salam untuk keluarga kamu disitu. Miss You..". Lalu kepada Mba Yu, "Sama-sama MY-Ku.. Maafin Mas ya kalo ada salah juga, salam untuk Papah, Mamah dan Desi disitu.. Pulangnya hati-hati ya nanti. Oh ya, Mas Eza masih nungguin Mba Yu loch.. Hehehe..". Gitu tuh sms Gua kepada martabak manis 'spesial' bahahahaha, walaupun enggak romantis dan indah, tetep aja tersirat sedikit perasaan Gua untuk mereka. Dan untungnya semua balasan sms Lebaran sudah terkirim sebelum pulsa Gua benar-benar sisa 50 perak.
Nah pulsa sekarat juga, mau beli pulsa mana ada konter pulsa yang buka deket rumah kalo masih Lebaran gini. Gua cukup kesel, karena eh karena.. Gua gak bisa bales sms Echa yang mengatakan bahwa dirinya sudah sampai di rumah dan berkumpul dengan Teman-temannya. Dan yang kedua, Mba Siska sudah sms, menanyakan Gua lagi dimana, lah Gua malah enggak ada pulsa. Gua berpikir sejenak, apa Gua samperin aja lagi kerumah Pak Rw ya.. Boleh juga tuh. Akhirnya setelah menghabiskan sebatang racun, Gua pun keluar rumah, menuju kediaman Mba Polcan anak keduanya Pak Rw.
Gua melewati rumah Icol ketika menuju rumah Pak Rw, dan pemandangan yang tidak biasa pun menyita perhatian Gua. Tumben amat ini depan rumahnya si Icol banyak orang. Enggak banyak-banyak amat sih, ya paling empat sampai lima orang, dan itu para tetangga. Kalau mau lebaran sesama tetangga rasanya kesiangan, karena biasanya pagi hari sudah pada muter tuh ke tetangga sebelah-sebelah rumah.
Gua pun mendekati rumahnya Icol. Lah ternyata si Icol sedang asyik berdiri di ambang pintu dengan hp yang berada di genggamannya. Gua perhatikan dan Gua dengarkan. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba ini namanya. Sahabat Gua itu ternyata jualan pulsa. Fix, Icol juragan pulsa di saat lebaran.
Beres mengantri dan bertransaksi pulsa dengan Icol, Gua pun pamit kepada Icol.
"Thank you Col...", ucap Gua ketika notif pulsa sudah masuk ke hp Gua.
"Yoi, tapi bayar dulu atuh..",
"Maen thank you aje Lu",
"Hadeuh...", jawab Icol mengingatkan Gua.
"Oh iya lupa, ha ha ha...", ucap Gua sambil merogoh saku celana.
"Nih, okelah Gua cabut dulu Sob..", lanjut Gua seraya memberikan uang yang pas kepada Icol lalu pamit.
"Oke, makasih juga...",
"Eh ?",
"Ooii... Kemane Lu ? Kok jalan kesono ?", teriaknya ketika Gua sudah beberapa langkah meninggalkannya.
"Ke rumah Pak Rw mau urus surat nikaah.." jawab Gua sambil tetap berjalan.
"Nikah ?",
"Woooiii...",
"Siapa yang mau Nikaahh Zaa ???", teriaknya lagi karena Gua semakin menjauh.
"Guaaa, ama anaknya yang nomor duaaa...", jawab Gua, lalu berlari, dadah Icol ha ha ha.
...
Gua serasa bodoh sebenarnya, sudah beli pulsa dari si Icol, kok malah tetep nyamperin Mba Siska, bukannya bales smsnya aja terus pulang ke rumah. Tapi kepalang lah, Gua sudah berada di depan pintu rumahnya yang tertutup juga kan, Lalu Gua ketuk tiga kali pintunya sambil mengucapkan salam, beberapa detik kemudia handle pintu pun terbuka. Seorang Perempuan yang tadi pagi Gua kecup keningnya kini kembali berada dihadapan Gua, kali ini dengan busana yang berbeda.
Mba Siska mengenakan kemeja putih lengan panjang, dan hanya kerah kemejanya yang berwarna hitam. Kemudian celana long-jeans berwarna biru laut membalut bagian bawah tubuhnya hingga semata kaki. Aksesoris kalung dengan liontin emas putih berbentuk hati, dibiarkan menggantung keluar di depan kemejanya, membuatnya semakin cantik, dan ternyata ada yang berbeda juga dari bagian wajahnya, selain make-up yang tipis, ternyata Mba Siska juga menggunakan softlens berwarna cokelat.
"Hallo Mba..", sapa Gua lagi setelah Mba Siska menjawab salam Gua sebelumnya.
"Hai Za..",
"Aku lagi nunggu balesan sms kamu, eh taunya yang di sms malah datang...", ucapnya.
"Eh iya Mba hehehe...",
"Tadi enggak ada pulsa, lewat rumah Icol beli pulsa dulu..",
"Tapi Eza pikir tanggung mau bales sms, makanya kesini aja sekalian nyamperin kamu Mba hehe...", ucap Gua lagi.
"Oh gitu, ha ha ha..",
"Ya udah, masuk dulu yu Za..", ajaknya kepada Gua.
Kami berdua pun kini sudah berada di ruang tamunya, kami duduk bersebrangan. Gua tersenyum kepada Mba Siska, pastilah Gua selalu terpesona dengan dirinya yang memang sudah cantik sedari dulu. Tapi saat ini pikiran Gua bertanya-tanya, dirinya yang sudah rapih, cantik dan bersolek itu pasti akan pergi keluar.
"Mba, rapih dan cantik banget siang gini...",
"Mau pergi keluar ya Mba ?", tanya Gua.
Mba Siska tersenyum lalu mengangguk, "Iya Za, Mba mau pergi keluar..", lanjutnya.
"Ooh.. Ganggu dong, Maaf ya Mba..", ucap Gua menanggapinya.
"Enggak ganggu Za", tersenyum,
"Belum tentu jadi pergi sih..", ucapnya lagi.
"Loch ?",
"Kenapa emang Mba ? Temen atau pacarnya belum ngabarin ?", tanya Gua lagi.
"Orangnya belum bales sms soalnya...", ucapnya tersenyum lagi,
"Pacar ? Hmmm.. Mba belum punya pacar Za..", lanjutnya.
Wohohoho... Kode ini cuy. Pengalaman Gua udah cukup untuk buat Gua peuka terhadap kode-kodean gini ma. Tapi belaga polos dan sok gak tau apa-apa itu juga penting, buat ngorek informasi lagi, karena jangan sampai kita ke Pe'dean. Ikuti aja dulu alurnya.
"Ooh belum bales sms..",
"Berarti janjiannya sama temen ya ? Mungkin temennya lagi jalan kesini kali Mba..", ucap Gua lagi.
"Enggak Za..",
"Enggak lagi jalan kesini...", jawabnya lagi.
"Enggak kesini ? Janjian di luar ?", tanya Gua lagi.
"Enggak juga..",
"Orangnya udah disini kok...",
"Lagi ngobrol nih sekarang sama Mba..", ucapnya sambil tersenyum lebar kali ini.
Oh Myyyy... Gua ternyata yang kena modus ini ma. Boleh-boleh-boleh-boleh. Enggak perlu sok polos dan pura-pura.
"Duh Mba bisa aja nih...",
"Mau ajak jalan Aku kemana Mba ?", tembak Gua langsung.
"Cari makan aja Za..",
"Bosan kan menunya daging yang di rendang atau semur sama ketupat..", jawabnya.
Gua pun langsung mengiyakan ajakkannya. Gua kembali ke rumah dulu untuk berganti pakaian, Mba Siska sudah kece badai dandannya, masa Gua pakai kaos oblong doang. Akhirnya Gua memakai polo-shirt berwarna putih, menyesuaikan warnanya dengan kemeja yang Mba Siska pakai. Akhirnya kami pun memakai mobil CRV nya Mba Siska, tentunya Gua sudah pamit terlebih dahulu kepada kedua orangtua Mba Siska serta Nenek dan Tante Gua.
Kami berdua sekarang sudah berada di mobilnya, dan Gua yang mengemudikan roda empat miliknya ini. Gua arahkan mobil ke rumah makan yang menyediakan PSK (Pusat Sate Kiloan). Yap, Mba Siska ingin makan sate dan sop kambing.
Singkatnya kami sudah berada di rumah makan psk ini. Ternyata walupun hari pertama lebaran, rumah makan ini tetap buka dan ramai pengunjung. Beruntung kami masih sempat kebagian tempat duduk, sebenarnya model lesehan sih tanpa bangku.
Kami berdua pun segera menyantap menu sate dan sop kambing yang sudah tersaji diatas meja makan. Sambil menikmati makanan, kami sedikit mengobrol soal pekerjaannya yang telah di pindahkan ke ibu kota beberapa bulan lalu. Mba Siska ternyata jadi juga kontrak sebuah rumah minimalis daerah selatan.
"Deket Mba ke kantor dari kontrakan ?", tanya Gua setelah menelan sate kambing.
"Lumayan deket sih Za..",
"Kalau naik motor mungkin 10 sampai 15 menit sampai..",
"Tapi kan Mba enggak ada motor, adanya mobil, jadi ya tau sendirilah ibu kota, macetnya kayak apa...",
"Bisa setengah jam kalau naik mobil..", jawabnya.
"Ooh.. Ya enggak apa-apalah Mba..",
"Seenggaknya enggak harus PP kayak aku..", ucap Gua.
"Oh ya, kampus kamu kan di selatan juga ya ?",
"Terus kenapa enggak kost Za ?", tanyanya sambil menaruh sendok dan garpu setelah selesai menyantap makanannya.
"Iya Mba di selatan",
"Awalnya sih enggak mau kost, enakkan pulang pergi naik krl aja..",
"Cuma kemarin Ayah bilang katanya aku harus belajar mandiri jadi ya mungkin nanti kalau masuk kuliah lagi, aku mau cari kost-an..", jelas Gua kepadanya.
"Hmm.. Bagus tuh, biar ada pengalaman Za",
"Jadi nanti kamu bisa mulai belajar me-menej diri kamu, belajar disiplin, mengatur keuangan dan keperluan pribadi lainnya..", timpalnya mendukung keinginan Ayahanda.
"Iya Mba, itu juga yang Ayah aku harapin..", jawab Gua.
Selesai makan dan membayar pesanan, kami pun beranjak dari rumah makan ini. Gua sebenarnya hanya iseng ketika mobil baru meninggalkan rumah makan, Gua bilang dari sini Gua ingin ke ibu kota.
"Mba, Jakarta kalau lebaran gini pasti lenggang ya ?", tanya Gua sambil fokus kepada jalan raya.
"Iya Za, rata-rata penduduknya kan urban, pasti kebanyakan pada mudik", jawabnya.
"Ke Jakarta yu Mba..", ucap Gua kali ini sambil menoleh kearahnya dengan tersenyum.
"Heum ?",
"Mau ngapain kesana ?", tanyanya heran.
"Main aja..",
"Monas atau Ancol..", jawab Gua.
"Duh, kalo ke ancol enggak mungkin sepi Za, rame banget pasti disana..",
"Kalo Monas enggak seramai Ancol..", jelasnya kepada Gua.
"Terus mau kalo ke Monas Mba ?", tanya Gua lagi.
Mba Siska tersenyum lalu mengangguk, "Boleh..", jawabnya.
Gua pun mengarahkan mobilnya ke jalan tol. Ternyata setengah perjalanan di jalan tol ramai juga kendaraan lain. Gua kira beneran lenggang, ya walaupun enggak seramai hari kerja atau hari biasanya yang suka macet.
Singkat cerita mobil sudah keluar dari exit tol Slipi. Nah dari sini Gua enggak tau petunjuk arah walaupun katanya exit tol Slipi paling dekat menuju ke Monas. Untungnya Mba Siska hapal arah jalan, jadi Gua pun mengikuti Mba navigator dadakan disebelah Gua ini. Eh ternyata memang dekat.
Singkat cerita kami berdua sudah berada di area parkiran mobil, kami pun turun dan menuju Monumen Nasional di depan kami. Dan ya, apa kata Mba Siska benar ramai juga pengunjung di hari pertama lebaran ini.
Singkat cerita kami berdua bersama pengunjung lainnya sudah berada dibagian atas monumen setelah elevator mengantar kami keatas sini.
Ramainya pengunjung harus membuat kami bersabar untuk bisa menikmati wajah ibu kota dari ketinggian 132 meter ini. Lalu tiba juga giliran kami meneropong gedung-gedung di luar sana. Selesai menikmati pemandangan dari atas sini, tidak lupa Mba Siska mengabadikan momen liburan kami berdua di dalam monumen. Cakep dikit cekrek, gaya dikit cekrek, tampan banget cekrek, cantik banget cekrek. Dari kamera hpnya itu, cukup banyak foto kenangan kami berdua yang ter-capture. Dari mulai gaya biasa malu-malu sampai gaya gokil dengan memonyongkan bibir pun tidak luput dari kameranya. Kami meminta tolong kepada pengunjung lain untuk meng-capture gaya kami berdua.
...
"Za, kita ke kontrakan ku dulu ya..", ucap Mba Siska ketika kami sudah berjalan pulang ke arah parkiran mobil.
"Oh oke Mba..", jawab Gua tanpa banyak bertanya.
Kali ini Mba Siska yang membawa mobilnya, gantian Gua yang duduk santai di sampingnya. Sebelum kami sampai di kontrakannya, Mba Siska sempat membeli makanan ringan di toko kue pinggir jalan. Mungkin sekitar pukul 18.30 wib lebih kami berdua sudah sampai disebuah rumah minimalis di selatan Jakarta. Warna biru sangat dominan membalut bangunan kontrakannya ini. Mobil sudah terparkir di halaman rumah kontrakannya setelah Gua membuka gembok pagar.
Kini Gua sudah duduk di ruang tamu kontrakannya. Masih banyak bagian rumah yang belum terisi barang-barang, hanya ada lukisan, tv, bangku-meja di ruang tamunya. Gua lihat ada dua kamar tidur. Bagian bekakang sudah pasti ada dapur dan kamar mandi.
"Maaf ya Za, enggak ada apa-apa disini..", ucap Mba Siska sambil berjalan dari arah dapur,
"Paling hiburannya Tv dan player dvd aja tuh..",
"Silahkan Za diminum teh nya", ucapnya lagi ketika menaruh secangkir teh manis hangat diatas meja.
"Enggak apa-apa Mba, namanya baru beberapa bulan pindah..",
"Ngomong-ngomong udah kerasan disini Mba ?", tanya Gua.
"Ya mau enggak mau harus betah dan kerasan Za",
"Namanya juga ngontrak, semua serba sendiri..",
"Makanya kamu cobain kost Za, nanti tau gimana rasanya ngurus diri sendiri", jelasnya.
Gua hanya tersenyum lalu mengangguk. Gua salut sama Mba Siska, dirinya yang seorang perempuan bisa survive sendirian di kontrakannya ini. Masalahnya beda dengan anak kost, kalau anak kost kan masih punya tetangga sebelah kamar. Lah Mba Siska mana ada teman disini, wong sebelah kanan rumah kontrakannya cuma warung grosir dan sebelah kiri rumah makan nasi padang. Sebrangnya ? Rumah juga sih, cuma Gua rasa penghuninya sibuk bekerja. Karena terlihat selalu sepi di lain waktu Gua kesini lagi.
"Mba enggak bosan kalau setiap pulang kerja di kontrakan sendirian ?", tanya Gua lagi.
"Ya bosan sih Za, tapi mau gimana lagi ?ini pilihan Mba..",
"Tapi Mba sering kok main ke rumah teman sehabis pulang kerja", jawabnya penuh senyuman.
Kami pun mengobrol seputar pekerjaannya, ternyata Gua baru tau kalau Mba Siska itu walaupun Plokis, kerjaannya dibelakang meja dan depan komputer, adalah pokoknya detail pekerjaannya, yang jelas tidak di lapangan (jalan raya).
Tak terasa waktu semakin larut, sekarang sudah pukul 8 malam, rintikkan hujan pun ternyata sudah membasahi jalanan di luar sana.
Kami berdua duduk bersebelahan, asyik melihat foto-foto di galeri hpnya. Foto kami berdua saat di Monas tadi. Beberapa foto ada yang hasilnya buram karena gerakkan tangan saat mengambil foto, dan akhirnya jemari Mba Siska berhenti ketika layar hpnya menunjukkan satu foto dengan hasil terbaik.
Disitu terlihat kami berdua sedang tersenyum ke arah kamera, yang membuat hasilnya bagus adalah pada background foto itu terlihat cahaya senja sore hari masuk ke dalam monumen. Setidaknya itu yang Gua rasakan, tapi bagi dirinya...
"Bagus ya Mba latarnya ada cahaya senjanya..", ucap Gua sambil tetap memandangi layar hpnya.
"Iya..", jawabnya,
"Kita kayak couple ya Za..", ucapnya lagi.
Gua baru sadar apa yang membuat kami seperti couple, bukan pakaian yang kami kenakan, tapi rangkulan tangan Mba Siska ke lengan kanan Gua dan kepalanya yang bersandar di pundak Gua lah yang membuat kami seperti sepasang kekasih. Gua tersenyum melihat foto itu dan masih fokus ke layar hpnya, sampai Gua akhirnya tersadar lagi bahwa jarak duduk kami berdua ternyata sangat dekat.
Suara rintikkan hujan diluar sana semakin terdengar nyaring di indra pendengaran Gua, hawa dingin pun menelusup masuk menyapa kulit tubuh ini. Gua melirik ke sisi kiri, disana terlihat seorang wanita dewasa yang cantik, tidak terlihat rasa lelah dari wajahnya. Kedua bola matanya yang dibalut softlens warna cokelat dan sunggingan senyum dari bibirnya membuat degupan jantung Gua semakin berdetak dengan cepat.
Ada rasa ingin memiliki wanita itu dari dalam hati ini. Gua masih menatapnya, sampai akhirnya dia pun tersadar bahwa lelaki disampingnya ini sedang menatap lekat-lekat wajahnya.
"Heum ?", ucapnya menengok kearah Gua.
Gua hanya menggeleng pelan, lalu entah keberanian darimana dan dorongan darimana, tubuh Gua mulai lebih mendekatinya. Wajah Gua pun semakin dekat ke wajahnya. Wanita ini hanya terdiam dan kedua bola matanya mengikuti gerakan bibir Gua yang semakin mendekati bibirnya.
Aroma parfumnya sangat terasa di hidung Gua, dan deru nafasnya terasa menyapa wajah ini. Jarak bibir kami pun hanya kurang dari satu jengkal. Kelopak mata Gua sudah turun setengah, namun Gua masih melihat bagian tubuhnya yang kissable itu.
"Za...", suaranya pelan, sangat pelan.
Satu tangannya kini sudah berada diatas punggung tangan kiri Gua.
"May i ?", ucap Gua pelan ketika jarak bibir kami sudah sangat dekat.
Diubah oleh glitch.7 27-03-2017 08:35
JabLai cOY dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..

). 
(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 
