Lativa Twins Terror 1

Lativa merasa kepalanya sangat sakit. Dia tidak pernah minum hingga mabuk sampai tahap ini. Johnny sepertinya agak lupa bawa pacarnya ini tidak bisa minum. Setelah muntah sangat parah, dia merasa sekarang kepala dan pandangannya sangat berat.

Malam itu bulan sangat terang. Cahayanya masuk melalui tembusan cahaya jendela mereka. Ada sebuah bayangan yang berkelebat di jendelanya. ‘Siapa dia?!’. Lativa hampir terlompat dari kasurnya. Namun, mereka sudah banyak belajar dalam posisi ini.

Lativa memilih berbaring tenang dan menengkurapkan tubuhnya di kasur hingga posisi matanya dapat dengan leluasa memandang lurus ke bagian jendela, dengan tangannya yang menyiku di samping pelipis matanya.

‘Rativa?’ desis Lativa tidak percaya. Tapi itu memang saudara kembarnya. Apa yang dilakukannya. Dia bisa mengechat ataupun meneleponnya. Mengapa harus menguntitnya?

Bayangan itu berdiri agak lama di sana. Entah mengapa hal itu membuat Lativa takut. Dia memilih menutup matanya untuk tidur dan melupakan semuanya.

Lingkaran hitam menghiasi mata Lativa. Dia benar-benar terjaga hampir sepanjang malam. Dia hanya tidur satu atau dua jam sebelum alarmnya berbunyi. Dia tidak bisa mengabaikan panggilan alarm tersebut karena mereka mungkin perlu untuk melakukan konsultasi dan mengatur jadwal temu janji dengan para klien.

Seperti hari ini, Lativa perlu untuk membantu masalah hukum yang diderita seorang Ibu. Dia dituntut karena dituduh meracuni anaknya. Masalahnya simple, sang mertua tidak menyukainya. Dan sialnya si anak keracunan makanan pas saat Ia bertengkar sang anak. Alibi tinggi namun tidak kuat korelasinya.

Sekarang pihak penuntut telah menuntut bahwa sang Ibu menjadikan anak sebagai pelampiasan. Lativa harus memikirkan langkah logis untuk menolong kliennya. Ditambah dengan terror yang Ia rasakan. Sepertinya dia harus menekan keinginan untuk selalu dibantu Johnny. Iya. Kali ini, Ia harus berusaha sendiri. Dia mau membuat pria itu juga bangga kepadanya.