Masalah dan ini salahku
Quote:
“Wina, ngapain lu disini?”, tanyaku
“gua mau minta maaf udah bikin lu bete td Teo”, kata Wina
“hmm. Gua ga apa-apa santai aja”, kataku sambil berjalan melewatinya
“tunggu”, kata Wina menahanku
“apa Win?”, tanyaku
Dia tidak menjawabnya hanya menundukan kepala
“kalo ga ada gua mau balik Win udah sore”, kataku
“gua suka sama lu”, kata Wina pelan
“hah?”, kataku
“gua suka sama lu Teostra”, kata Wina menatapku
“ga usah becanda dah Win, udah sore ni gua mau balik, lu kan juga tau gua pacarnya Rathi”, kataku
“gua ga becanda Teo”, katanya
“gua bisa buktiin ko gua suka sama lu”, lanjutnya
Wina memegang kedua tanganku, berjalan perlahan mendekatiku lalu dia menengadahkan kepalanya dan menutup matanya. Tangannya perlahan menarik tanganku yang membuat aku menunduk secara perlahan, terbawa suasana sesaat akupun menutup mata
“stop”, terdengar suara “silver” saat kubuka mata terlihat jelas “silver” sedang melotot padaku, posisinya tepat di belakang Wina. Aku menahan teriakannku karena wajah “silver” saat itu benar-benar menakutkan tapi berkat hal itu aku kembali sadar.
“sory Win gua ga bisa”, aku melepas tangan Wina dan meninggalkannya
“feeling lucky?”, kata seseorang saat ku lewati gerbang sekolah
“eh teh Suci, katanya mau balik lu”, kataku
“gua ga jadi balik, nunggu lu”, katanya
“ngapain nunggu gua?”, kataku sambil duduk di warung abah
“beneran lu ga kenapa-kenapa?”, tanya teh Suci
“ada yang aneh lo dek sama Wina”, lanjutnya
“aneh gimana?”, tanyaku
“jadi gini loh dek...”, tiba-tiba suaranya tertahan dengan ekspresi yang agak terkejut
“heh, napa lu teh?”, tanyaku
“eh ga apa-apa. Sory-sory”, katanya sambil menghela nafas panjang
“jadi gua pas mau balik itu liat Wina di gerbang, dia sempet nanya lu ke anak-anak yang lain, terus dia nanya gua, gua bilang aja di kantin lagi ngaso”, lanjutnya
“terus?”, akupun penasaran
“dia nanya lu sama siapa, gua sih bilang sendiri, lagi duduk deket tukang jus. Abis itu dia jalan kesana, karena gua penasaran ya gua ngikutin aja, pas di kantin lu ngilang, dia nanya tukang jus katanya lu ke arah toilet. Nah dari situ gua balik deh nunggu lu di gerbang”, katanya lalu mengambil minum di tas.
“dia nembak gua di depan toilet”, kataku pelan
“tapi untungnya ga lu lanjutin ya terus lu tolak dan ketemu gua disini”, katanya
“lanjutin apa?”, kataku
Dia hanya menyentuh bibirnya. Akupun menunduk.
“mangkanya gua tanya, “feeling lucky?”. Gitu”, katanya
“bentar-bentar. Ko lu tau?”, tanyaku
Dia tidak menjawabnya hanya tersenyum.
“teh jawab lah, malah nyengir”, kataku
Tak lama dari gerbang terlihat Wina keluar, dan dia sedang menangis. Dia melewati kami dan berjalan dengan sangat cepat
“tuh”, kata teh Suci
“gara-gara lu itu dek”, lanjutnya
“lah kok gua sih?”, kataku
“gara-gara lu tolak tuh jadi begitu anak orang”, katanya lagi
Akupun diam dan menopang dagu.
“dah ya gua balik, gara-gara lu gua jadi ga balik nih”, kata teh Suci
“gua lagi yang disalahin”, kataku
“emang semua salah lu dek, salah lu”, katanya sambil mencubit pipiku
“eh lu belum jawab kenapa bisa tau”, kataku
“dah ya gua balik, bye”, diapun berlari meninggalkanku
Setelah itu akupun pulang dan setibanya di rumah.
“baru pulang mas”, sapa bibi
“iya nih, cape. Duluan ya bi”, kataku sambil berlari kekamar.
Akupun membersihkan diriku dan rebahan di kamar. Jam menunjukan pukul 17.45 akupun ke dapur melihat makanan, dan disana ada Violet yang sedang makan eskrim.
“bang mau?”, kata Violet
“kaga”, kataku sambil melihat lauk di meja makan.
Karena aku tidak terlalu lapar akupun menyalakan tv. Sampai ortuku pulang tidak ada kegiatan yang penting untuk dilakukan, oh iya entah kenapa sejak kejadian di toilet tadi “silver” selalu terlihat seperti mengawasiku, entah apa yang dia inginkan.
Keesokan harinya aku hanya diam di rumah, karena Rathi ada acara dengan keluarganya, sebenarnya Ratha memintaku untuk ikut namun aku tidak mau mengganggu acara mereka. Aku juga sudah di belikan handphone oleh ibuku, begitu juga Rathi sesuai janjinya yang jika aku beli hp diapun akan beli juga. Seharian ku habiskan waktu smsan dengan Rathi, sesekali meneleponnya. Entah berapa kali dia bilang kangen dan ingin cepat hari senin, itu membuatku senang.
Hari-haripun berlalu sampai akhirnya kami memasuki caturwulan 2, makin banyak tugas yang di berikan. Untuk perlombaan di SMA 6 dan latihan bersama disana tidak terlalu menarik karena sama saja seperti latihanku di sekolah, hanya saja kami saling sharing di sana. Hubunganku dengan Luna tidak ada kemajuan dan sepertinya dia sudah sibuk denngan hal lain, akupun ngobrol kalau ada tugas kelompok, sisanya kami diam. Kabar baik datang dari Iam yang akhirnya dia punya pacar, teman sekelas waktu kelas 1, dan dia temannya Vivi. Bob masih asik dengan kesendiriannya, sedangkan Rik, aku membantunya dekat dengan anak kelas 1 dari ekskul ku. Kiki, entahlah dia lebih sering bersama anak kelasnya. Intensitas pertemuanku dengan Rathi lebih banyak di sekolah,kalau hari minggu atau hari libur jarang sekali kami bertemu. Aku sudah tidak mendengar kabar dari teman SD ku kecuali Ratha, dia pun bilang sudah tidak sering kontak lagi dengan yang lain. Sebenarnya aku di cawu 2 ini semuanya berjalan biasa, namun sepertinya masalah enggan menjauh dariku dalam waktu yang lama.