- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#558
PART 8
"Wiih.. Baju bauuu...", ucap Gua sambil melirik busana gamis yang berada diatas ranjang kamar ini.
"Ssstt.. Berisik..", ucapnya.
"He he he...",
"Eh, cukup nih 3 potong baju aja ?", tanya Gua.
"Cukuplah, kan cuma buat tidur malam ini sama besok shalat ied aja..", jawabnya sambil merapihkan pakaiannya ke dalam tas.
"Ada yang ketinggalan tuh..", ucap Gua lagi.
"Heum ?",
"Apa yang ketinggalan Za ?", tanyanya sambil melirik kearah Gua.
Gua mendekatinya, berdiri dihadapannya, lalu menunduk, mendekatkan wajah ke sisi wajahnya. Kemudian Gua berbisik tepat di telinganya.
"Underwear...", bisik Gua pelan.
"Iiiiihhhh..!!!",
"Eeezzaaaaaa!!!", teriaknya.
Gua langsung ngacir keluar kamarnya sebelum cubitan dari jemari lentiknya menyambangi tubuh Gua.
...
Gua matikkan mesin si Black setelah posisi parkirnya sudah sejajar disamping mobil Holden Statemen 1978 milik Om Gua.
Gua turun terlebih dahulu dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Sang Teteh, berasa romantis padahal kayak gini doang. Echa keluar sambil tersenyum manis menatap Gua. Lalu kami berdua berjalan menuju pintu rumah utama yang masih terbuka. Maklumlah masih malam takbiran, suasananya indah walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Assalamualaikum..", ucap kami berdua bebarengan ketika memasuki ruang tamu.
"Walaikumsalam..", jawab Ayahanda dan Om Gua yang duduk bersebrangan di sofa ruang tamu.
"Loch Echa ?",
"Kenapa Cha kesini tengah malam bawa tas gitu ?", ucap Om Gua.
"Pake masker segala kamu..",
"Sakit ?", lanjut Om Gua.
Gua dan Echa pun duduk berdampingan di sofa yang membelakangi kaca rumah. Echa masih diam dan Gua yang akhirnya menjawab pertanyaan dari Om.
"Ooh.. Jadi kamu enggak ikut pulang ke Solo karena lagi kurang enak badan.", ucap Om Gua setelah Gua memberikan alasan yang cukup masuk akal.
"Iya, lebih baik disini, nanti kalau memaksakan juga di perjalanan malah tambah sakit kamu...", timpal Ayahanda.
Kemudian Om Gua menawarkan kami berdua makan sebelum istirahat, jelas Echa menolak dengan halus, biasalah, perempuan, anti makan malam. Kalo Gua ma bodo amat, laper coy. Gua pun beranjak ke dapur sambil memotong ketupat...
"A'..", panggil Ayahanda dari samping Gua yang ternyata ikut ke dapur,
"Itu Echa anaknya Om Sigit itu ?", lanjutnya.
"Iya Yah..",
"Yang dulu rumahnya di sebelah situ..", jawab Gua.
"Ooh..",
"Sudah besar dan cantik ya...",
"Ngomong-ngomong..",
"Sakit apa dia ?", tanya Ayah lagi.
"Iyalah, kan diatas aku setahun umurnya Yah..",
"Sakit pilek, kan tadi udah diceritain..", jawab Gua tanpa menatap wajah Ayah.
Pukk...Ayahanda merangkul bahu Gua.
Lalu leher Gua dipiting hingga pisau pemotong ketupat terlepas dari genggaman Gua. Kepala Gua sampai menempel di bahu Beliau.
"Jawab yang jujur", ucapnya dengan nada dingin.
"Oo...Oke... Oooke...",
"Lepas duluuu.. Uhuuk...", ucap Gua terbata karena rangkulannya bertenaga.
Huuufttt... Kils banget, itu tenaga darimana, ampe eungap Gua.
Gua akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Ayahanda soal kejadian yang menimpa Echa.
Jadi, tadi siang Echa dan si Bajing*n Evan jalan-jalan ke sebuah mall di Jakarta, pulang dari sana, si Bajing*n mencoba mencium bibir Echa di dalam mobil si Bajing*n, itupun lokasinya mobil masih berada di parkiran mall. Masalahnya, Echa dan si Bajing*n hanya sebatas teman kampus, mereka beda kelas di semester tiga tahun ini. Cerita si Bajing*n bisa dekat dengan Echa karena memang awalnya dia baik sebagai teman, maka dari itu si Bajing*n bisa mengajak jalan Echa dengan mudahnya. Belum pernah selama ini si Bajing*n menampakkan tabiat buruknya di hadapan Echa, hingga kejadian tadi siang pun harus dialami Teteh tercinta Gua. Si Bajing*n yang mencoba memaksa mencium Teteh Gua itu mendapatkan perlawanan, Teteh jelas meronta sembari memukul mukul ala perempuan ke arah si Bajing*n, akhirnya satu tamparanpun telak mendarat di pipi si Bajing*n. Eh dasar cupu gak punya tit*t tuh Bajing*n satu, dirinya malah membalas menampar Teteh Gua, bahkan hingga dicakar pipinya. Yang Gua dengar dari Echa, si Bajing*n Evan memang memelihara kuku yang dibiarkan panjang. Hassyyyuuuu, laki kok miara kuku panjang-panjang! Biar Gua kutekkin sekalian nanti pake darahnya kalau ketemu lagi dah!.
Selesai juga Gua menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Ayahanda, termasuk tadi Gua membalas menghajar si Bajing*n dan satu temannya yang cupu.
"Udah ?",
"Cuma kamu timpah sama dengkul mu aja tuh dungu ?", tanya Beliau.
"Iya Yah..",
"Habis gimana, dia langsung pingsan ternyata..",
"Masa mau dihajarin juga ?", jawab Gua pelan.
"Ciih..",
"Ambil palu di gudang.."
"Taruh di Celica mu...",
"Besok-besok kalau ketemu lagi sama dia, remukin jarinya A..", ucap Ayahanda sambil berlalu meninggalkan Gua.
"SIAP!!", jawab Gua setelah mendengar perintah Beliau.
...
Sekarang Gua berada di kamar depan dekat ruang tamu, kamar yang dulu dipakai Ortu Gua semasa Gua kecil. Gua tidak sendirian, Teteh tercinta sudah duduk manis diatas ranjang kamar ini dengan kaki yang bersila, begitupun dengan Gua yang duduk di didepannya.
"Aaa..", ucap Gua seraya menyuapinya makan.
"Eumm", Echa mengunyah ketupat dengan semur daging.
"Hehehe...",
"Enggak usah takut gemuk Teh..",
"Eza tetep sayang kok sama Teteh..", ucap Gua menggodanya.
Gua hanya tertawa ketika dirinya hanya bisa mengembungkan pipinya dan memanyunkan bibir.
Yaa Alloh Yaa Rabb... Ini kok rasanya kayak suami-istri yoo. Gua berada diatas kasur menyuapi istri yang sebelumnya sedang bermuram durja, lalu menggodanya, berusaha membuat dia tersenyum kembali. Duuh duuuh... Bahaya, lama-lama jatuh cinta beneran Gua sama perempuan luar biasa di depan Gua ini. Gimana urusannya nanti sama Nona Ukhti ? Belum lagi Janji Gua yang mau nikung Mba Yu.. Bisa berabe nih. Jomblo sih jomblo, tapi yang ngantri kok banyak bener yooo.. Ada lagi Neng Kinan sang pengolah roti handal, belum lagi si Lisa anak juragan Kost 40 pintu. Hamsyong gua ini ma.
Gua kan bukan playboy, enggak ahli menduakan kaum hawa, enggak bisa main rapih, eh.. Kecuali ama Tissa, (Maaf Bun keceplosan).
"Udah Za..",
"Kenyang aku..", ucap Echa setelah menelan makanannya.
"Yaaaa... Baru juga tiga suap Teh..", jawab Gua.
"Enggak ah..",
"Cukup, besok lagi aja makannya..", jawabnya lalu mengambil gelas yang berisi air mineral di meja kayu samping kasur.
Selesai menyantap makanan, Gua taruh piring ke dapur, lalu kembali ke kamar dimana Echa akan tidur tadi. Kami berdua mengobrol banyak hal, seputar kegiatannya di kampus, lalu mundur kebelakang, bercerita mengenai kenangan masa kecil kami lagi. Banyak sudut ruangan di dalam rumah ini yang Echa ingat, dimana sepatu roda kami tersimpan, tempat menyembunyikan celengan berbentuk ayam, sampai letak dimana Gua sering menyembunyikan sandalnya dulu pun Echa masih mengingatnya.
Tawa renyahnya seolah-olah telah menutupi kesedihannya hari ini. Kemudian senyuman indah yang ia berikan sebelum tidur mengakhiri obrolan kami di waktu yang sudah terlampau larut untuk memejamkan mata.
"Makasih ya Za..",
"Makasih untuk hari ini..", ucapnya yang telah membaringkan tubuh diatas ranjang.
Gua tarik selimut untuk menutupi tubuhnya agar mengurangi hawa dingin dari larutnya malam.
"Sama-sama Teh..",
"Tidur ya, jangan lupa berdo'a..", jawab Gua ketika sudah menarik selimut hingga ke dadanya.
"Iya.."
"Kamu juga langsung tidur ya..",
"Biar gak telat nanti shalat subuh dan shalat ied nya...", balasnya.
Gua tersenyum menatap wajahnya. Gua belai helaian rambut di keningnya.
"Ya udah aku balik ke kamar dulu ya..", ucap Gua sambil bangkit dari ranjang.
Tapi tangannya menahan lengan Gua. Echa tersenyum sangat manis.
"Janji jagain aku ya Za..", ucapnya penuh harap.
Gua kembali menatapnya, kali ini Gua tatap matanya lekat-lekat. Tersenyum lalu...
Cuupp.. Gua kecup keningnya.
"Pasti", jawab Gua,
"Mimpi indah ya Teh..".
... ... ...
Gua bangun setelah mengistirahatkan tubuh dalam waktu 4 jam saja. Gua lihat hp, menatap jam digitalnya, pukul 05.18 wib. Gua bangkit dari lantai kamar yang beralaskan karpet. Badan rasanya pegal semua, mungkin karena waktu tidur yang kurang, ditambah alas tubuh Gua hanyalah karpet kamar. Ya, mau enggak mau Gua tidur dibawah, karena Ayahanda sudah mengakuisisi ranjang kamar Gua malam tadi.
Gua lihat beliau baru selesai shalat subuh. Lalu melepaskan kaos yang dikenakannya, namun masih berbalut sarung.
Gua terkesima menatap punggung Beliau. Gambar seekor macan yang full-color memenuhi punggungnya, garang sekali lukisan diatas kulitnya itu. Wajah binatang buas itu berada di pinggangnya, tubuh sang macan terlukis menutupi punggung Beliau, hingga lukisan ekornya sampai ke kulit bahunya. Kemudian beliau mengenakan kaos dalam lalu memakai baju koko berwarna putih.
Gua menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar, Gua membilas tubuh dan bersih-bersih, lalu mengambil wudhu. Selesai bersih-bersih dan berwudhu, Gua pun melaksanakan ibadah wajib dua raka'at subuh ini.
...
Gua, Ayahanda dan Om Gua sudah mengambil posisi duduk di barisan ketiga dari mimbar dalam masjid komplek rumah Nenek. Echa, Nenek Gua, Tante Gua beserta anaknya ada di bagian masjid khusus wanita. Semakin ramai para muslim-muslimah yang mengisi masjid untuk melaksanakan shalat idul fitri berjamaah. Gua melihat ke sisi lain dalam masjid, ada Robi yang sedang 'pesiar' dari masa pendidikkannya, kemudian Dewa, Icol, Unang, dan terakhir Rekti yang Gua lihat semakin menghitam kulitnya, mungkin karena panasnya kota apel saat dia dinas disana selama ini.
Lantunan takbir dari para muslim di dalam masjid tidak cukup membuat mata Gua tetap terjaga, benar-benar ngantuk rasanya pagi ini. Gua pun akhirnya bertopang dagu dengan posisi duduk. Lama-kelamaan kelopak mata Gua turun perlahan, lalu menutup.
Sebuah senggolan sikut mengenai lengan kiri Gua yang sedang menopang dagu, Gua kaget dan langsung membuka mata walaupun rasanya perih. Gua tengok ke samping kiri. Ada Ayahanda yang sedang menggelengkan kepala kearah Gua.
"Begadang terus..", ucapnya pelan.
Gua masih mengumpulkan kesadaran dari ketiduran yang kurang dari lima menit tadi. Gua memijat kening sebentar, lalu tersenyum kepada Ayah.
"Hehe..",
"Ngantuk banget..", jawab Gua.
Ayahanda hanya menggelengkan kepala lagi lalu kembali menatap ke mimbar di depan.
Singkat cerita shalat ied pun selesai kami laksanakan secara berjamaah, lalu masih di dalam masjid ini, semua muslim saling memaafkan di hari yang fitri, saling berjabat tangan dan berpelukkan sambil mengitari dalam masjid. Gua sengaja menghindari keluarga, Gua hanya menghampiri Bapak-bapak tetangga Nenek. Lalu bergegas keluar masjid.
Ketika Gua lewat rumah Rekti, ternyata sahabat-sahabat Gua sedang berkumpul di depan rumahnya. Ada Dewa, Meli, Icol, Unang, Robi dan tentu saja Rekti. Kami pun saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain.
"Eh ada Meli", ucap Gua kepada Meli setelah menyalami kelima sahabat Gua sebelumnya.
"Mohon maaf lahir batin ya Mel", ucap Gua seraya mengulurkan tangan kepada Adik Mba Siska ini.
"Iya Mas Eza..",
"Sama-sama ya Mas..", seraya menyambut tangan Gua,
"Mohon maaf lahir batin juga", ucapnya lagi sambil tersipu malu.
"Udaah..",
"Jangan kelamaan megang tangannya", sewot Dewa kepada Gua.
"Haa haa haa..", tawa Robi kali ini.
"Cemburu terus Lu Wa ama si Eza..", timpal Icol.
"Yang lalu biarlah berlalu Sob, ha ha ha ha..", timpal Unang kali ini.
"Ya gak cemburu sih",
"Cuma takut aja ada yang masih belum bisa lupain..", jawab Dewa sambil melirik pacarnya itu.
"Apaan sih..",
"Aku enggak suka diungkit gitu..",
"Udah lama juga kalii..", balas Meli kepada Dewa.
"Udah-udah Ah..",
"Masa lebaran malah pada cemburu..", ucap Rekti kali ini,
"Apa kabar Lu Za ?", tanya Rekti kepada Gua.
"Alhamdulilah sehat..",
"Udah pindah dinas Lu kesini ?", tanya Gua balik.
"Insha Alloh minggu depan Za Gua ditempatin di Polres xxx..", jawabnya,
"Mba Sherlin apa kabar Za ?", lanjutnya.
"Alhamdulilah sehat juga..",
"Kayaknya.. Ha ha ha...", jawab Gua garing.
"Laah.. Sering-sering kontakan dong..",
"Silaturahmi ini kan. He he he..", ucap Rekti lagi.
Lalu kami pun mengganti topik obrolan, dari mulai kegiatan kampus Dewa, Gua, lalu pendidikkannya Robi yang belum selesai, kemudian ada Icol dan Unang yang ternyata sudah merintis usaha warung angkringan di pinggir jalan. Salut untuk kedua sahabat Gua itu.
Btw, gosipnya sih dulu sebelum Dewa memacari Meli, Meli sempat suka ke Gua. Entah gosip darimana, benar atau tidak, Gua sih bodo amat.
"Ngomong-ngomong Mel",
"Mba mu ada di rumah ?", tanya Gua.
"Ada Mas..",
"Main Mas kerumah..",
"Mba Siska lagi lepas dinas..", jawabnya sopan pake banget, pake senyum teruss. Panas panas tuh bokinnya ha ha ha.
"Udah sono kerumahnya samperin..", timpal Dewa yang keki kepada Gua,
"Kamu disini aja selama si Kadal ketemu Mba mu ya", lanjut Dewa kali ini kepada Meli.
Meli mendengus kesal, lalu memeletkan lidah kepada Dewa yang langsung membuat kami semua tertawa.
"Ya udah, Gua duluan ya Sob, mau silaturahim dulu ke rumah Pak RW..", ucap Gua pamit kepada sahabat-sahabat rumah,
"Hai calon adik ipar...",
"Mau pulang bareng gak ?", goda Gua kepada Meli dan Dewa.
Dewa langsung melepaskan satu sendal yang dipakainya dan hendak melemparkannya kepada Gua. Bersama tawa mereka, Gua pun sudah ngacir ke arah rumah Pak Rw.
"Assalamualaikum..", ucap Gua mengucapkan salam dari ambang pintu rumah Pak Rw yang terbuka.
"Walaikumsalam..", jawab seorang perempuan cantik nan manis dengan pakaian gamis.
Benar-benar ya, perempuan muslim kalau mengenakan gamis di hari raya itu auranya berbeda. Bikin meleleh hati Mas Eza aja kamu Mbaaa Mba!. Goyah dah ini ma. Shuuuh!
"Masuk sini Za..",
"Malah diem disitu..", ucapnya sambil berdiri dari duduknya.
"Iya Mba..", Gua pun masuk kedalam ruang tamu rumahnya ini.
"Mba, Mohon maaf lahir batin ya..", ucap Gua sambil menyalaminya dengan mengatupkan kedua tangan.
Lalu disambut oleh Mba Siska dengan mengatupkan kedua tangannya juga kepada Gua. Bersentuhanlah tangan Gua dengan tangannya. Duh lembutnyaaa... Sengaja ah Gua lamain, Gua apit kedua tangannya itu, ngetes nih.
"Sama-sama ya Za",
"Maafin Mba kalo ada salah-salah selama ini..", ucapnya sambil tersenyum.
Mba Siska kemudian menarik tangannya dari apitan kedua tangan Gua. Ah elah, gagal deh...
Eits, ternyata ini lebih dari yang Gua bayangkan Gais. Setelah melepaskan tangannya, ternyata eh ternyataaa.. Kedua tangannya di letakkan ke bahu kanan-kiri Gua, alamaak.. Mimpi apa Gua semalem. Wajahnya dicondongkan sedikit ke kanan lalu maju menghampiri pipi Gua.
tepp..
tepp.. Yes! Cipika-cipiki Uhuy, lembut beut dah ah itu pipi mu Mba Polcan.
Gua lihat Mba Siska tersenyum, tangannya sudah terlepas dari bahu Gua. Enggak mungkin kalo Gua gak baper, Gua balas senyumnya. Dan kampretnya ini jivva kadal Gua tiba-tiba mengambil alih kesadaran Gua. Beneran sumpah, bukan Eza ini ma, si kadal ini ma!
"Mba..", ucap Kadal yang telah mengambil alih kesadaran Gua.
"Heum ?", Mba Siska hanya memandangi mata Gua.
Kami masih berdiri berhadapan.
"Boleh aku cium kening kamu..?".
Ta to the i, taaa****!!! Ini mulut kadal sembarangan kalo ngomong!
.
.
Mba Siska tidak menjawab, dia malah tertunduk, pipinya sempat Gua lihat memerah. Lalu matanya mendelik menatap Gua lagi, bibirnya pun tersenyum. Gua anggap itu sebagai jawaban "Boleh Mas Ezaaa..".
Cup.. Gua kecup keningnya.
Lalu entah awkward momen ini malah membuat kami berdua tertawa pelan. Dan kami berdua pun malah jadi salah tingkah. Gila ini si Kadal kalo udah merasuki jiwa Gua. Bahaya Daaallll Dal!!! Bikin cewek di didepan Gua baper lalu patah hati urusannya Dor ini ma.
"Loch ada tamu toh..", ucap seorang Ibu-ibu dari arah bagian dalam rumah lainnya.
Ternyata itu Ibundanya Mba Siska, alias Bu Rw.
"Pagi Budeh...", sapa Gua ketika Ibunya sudah berada di sampingnya.
"Pagi Za..", jawabnya sambil tersenyum.
Lalu Gua pun mencium tangan beliau seraya memohon maaf lahir dan batin. Lalu Beliau mempersilahkan Gua duduk, tapi Gua tolak dengan halus, karena Gua harus pulang ke rumah.
"Za, nanti aku sms ya..", ucap Mba Siska ketika Gua sedang mengenakan sandal.
"Okeh Mba..",
"Hehehe...",
"Aku pulang dulu ya Mba..", ucap Gua kepada Mba Siska, yang langusng dibalasnya dengan senyuman dan anggukan kepala.
"Budeeeh.. Saya pamit dulu ya..",
"Assalamualaikuuumm..", ucap Gua lagi sedikit berteriak kepada Ibunya yang berada di ruang tamunya.
"Oh iya Lee..",
"Walaikumsalam...", jawab Ibu Mba Siska sedikit berteriak juga.
...
Dan sekarang Gua sudah berada di rumah Nenek lagi. Gua masuk lewat pintu rumah utama, di ruang tamu ini sudah berkumpul semuanya, mereka semua duduk di sofa.
Gua langsung bersimpuh dihadapan Nenek yang sedang duduk itu, memohon maaf lahir batin kepadanya, lalu rambut belakang gua pun di usap oleh tangan halus Nenek seraya memaafkan Gua dan juga saling berucap maaf lahir batin.
Kemudian lanjut ke Om dan Tante Gua di sebelah Nenek. Hal yang sama Gua lakukan kepada Adik dan Adik Ipar Ayahanda Gua itu. Lalu Gua menggeser langkah menggunakan kedua lutut Gua ke arah sofa lainnya. Dimana Orangtua Gua satu-satunya sedang duduk sendirian. Beliau tersenyum menatap Gua, tapi kok tiba-tiba hati Gua bergetar ketika pelukkannya mendekap punggung ini. Gua rebahkan lagi kepala ini diatas pahanya. Kembali Gua bersimpuh. Airmata gua tidak terbendung lagi, tumpah sudah membasahi celana jeans Beliau. Gua rasakan telapak tangannya yang besar itu mengusap punggung Gua.
"Maaf ya Yah, kalau A'a ada salah selama ini...", ucap Gua dengan suara parau.
"Sama-sama ya A'..",
"Ayah juga minta maaf..", ucap Beliau,
"Sudah sudah..", ucapnya lagi sambil mengangkat bahu Gua agar Gua bangun dan tidak bersimpuh lagi di pahanya.
"Dah nangisnya, basah nih celana baru Ayah", ucapnya.
Wah bener nih Bokap, malah ngecengin Gua. Padahal ma Gua sempat lihat matanya juga berkaca-kaca walaupun airmatanya gak tumpah. Tengsin kali depan Gua dan keluarga, he he he.
"Udah sana samperin tuh istrimu di dapur..", ucapnya lagi.
Gua menyeuka airmata di pipi, lalu kening Gua berkerut menatap Beliau.
"Istri ?", tanya Gua bingung.
"Ituu Echa Za..",
"Lagi siapin makan buat kamu",
"Motongin ketupat mungkin..",
"Kami semua udah makan, tinggal kamu sama Echa..",
"Echa mau nungguin kamu katanya, makanya gak makan bareng kami", jawab Tante Gua kali ini menjelaskan.
Gua melirik ke Ayahanda lagi, Beliau tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Gua hanya terkekeh pelan sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Udah sono.. Kelamaan!", teriak Om Gua yang melihat Gua malah salah tingkah.
"Iya iya bawel ah..", ucap Gua lalu bergegas ke dapur.
Gua sempat mendengar tawa mereka ketika beberapa langkah meninggalkan ruang tamu. Dih gua malah dicengin lagi, hadeuh.
Gua masuk ke ruang makan dulu, eh ternyata ada perempuan cantik dengan balutan gamis putih sedang berdiri membelakangi Gua. Kain kerudungnya tidak menutupi kepalanya, hanya diselendangkan ke bahu dan tengkuknya. Otomatis mahkota indahnya yang hitam dan lurus itu terlihat jelas hingga sebahu lebih sedikit. Gua dekati dirinya dengan mengendap-ngendap. Ketika tepat berdiri dibelakangnya, Gua melirik sedikit ke depan, oh ternyata benar, dia sedang memotong ketupat. Isengin aaahh
"DORR!!".
"ASTAGFIRULLOH!!".
Klontaang!
"Hua ha ha ha ha...".
Gua tertawa melihat dirinya tersentak hingga pisau dapur dan ketupat yang digenggamannya terlepas di atas piring. Gua jahil tadi, mengangetkannya dengan menusuk kedua sisi pinggangnya menggunakan kedua jari telunjuk kanan-kiri Gua dengan secepat kilat dari belakang. Otomatis tubuhnya langsung bereaksi tersentak dan kaget.
"Hiiii.. EZAAA!!",
"Ngagetin banget tau gak!", ucapnya dengan raut cemberut.
Gua masih terkekeh melihatnya yang sewot. Wajahnya kini semakin kesal dan marah. Echa menarik kursi makan dengan kasar lalu duduk, kemudian kedua tangannya menopang dagungnya, bibirnya manyun. Gua dekati dirinya, mengusap rambutnya lalu...
Cup....
"Maaf ya".
"Ssstt.. Berisik..", ucapnya.
"He he he...",
"Eh, cukup nih 3 potong baju aja ?", tanya Gua.
"Cukuplah, kan cuma buat tidur malam ini sama besok shalat ied aja..", jawabnya sambil merapihkan pakaiannya ke dalam tas.
"Ada yang ketinggalan tuh..", ucap Gua lagi.
"Heum ?",
"Apa yang ketinggalan Za ?", tanyanya sambil melirik kearah Gua.
Gua mendekatinya, berdiri dihadapannya, lalu menunduk, mendekatkan wajah ke sisi wajahnya. Kemudian Gua berbisik tepat di telinganya.
"Underwear...", bisik Gua pelan.
"Iiiiihhhh..!!!",
"Eeezzaaaaaa!!!", teriaknya.
Gua langsung ngacir keluar kamarnya sebelum cubitan dari jemari lentiknya menyambangi tubuh Gua.
...
Gua matikkan mesin si Black setelah posisi parkirnya sudah sejajar disamping mobil Holden Statemen 1978 milik Om Gua.
Gua turun terlebih dahulu dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Sang Teteh, berasa romantis padahal kayak gini doang. Echa keluar sambil tersenyum manis menatap Gua. Lalu kami berdua berjalan menuju pintu rumah utama yang masih terbuka. Maklumlah masih malam takbiran, suasananya indah walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Assalamualaikum..", ucap kami berdua bebarengan ketika memasuki ruang tamu.
"Walaikumsalam..", jawab Ayahanda dan Om Gua yang duduk bersebrangan di sofa ruang tamu.
"Loch Echa ?",
"Kenapa Cha kesini tengah malam bawa tas gitu ?", ucap Om Gua.
"Pake masker segala kamu..",
"Sakit ?", lanjut Om Gua.
Gua dan Echa pun duduk berdampingan di sofa yang membelakangi kaca rumah. Echa masih diam dan Gua yang akhirnya menjawab pertanyaan dari Om.
"Ooh.. Jadi kamu enggak ikut pulang ke Solo karena lagi kurang enak badan.", ucap Om Gua setelah Gua memberikan alasan yang cukup masuk akal.
"Iya, lebih baik disini, nanti kalau memaksakan juga di perjalanan malah tambah sakit kamu...", timpal Ayahanda.
Kemudian Om Gua menawarkan kami berdua makan sebelum istirahat, jelas Echa menolak dengan halus, biasalah, perempuan, anti makan malam. Kalo Gua ma bodo amat, laper coy. Gua pun beranjak ke dapur sambil memotong ketupat...
"A'..", panggil Ayahanda dari samping Gua yang ternyata ikut ke dapur,
"Itu Echa anaknya Om Sigit itu ?", lanjutnya.
"Iya Yah..",
"Yang dulu rumahnya di sebelah situ..", jawab Gua.
"Ooh..",
"Sudah besar dan cantik ya...",
"Ngomong-ngomong..",
"Sakit apa dia ?", tanya Ayah lagi.
"Iyalah, kan diatas aku setahun umurnya Yah..",
"Sakit pilek, kan tadi udah diceritain..", jawab Gua tanpa menatap wajah Ayah.
Pukk...Ayahanda merangkul bahu Gua.
Lalu leher Gua dipiting hingga pisau pemotong ketupat terlepas dari genggaman Gua. Kepala Gua sampai menempel di bahu Beliau.
"Jawab yang jujur", ucapnya dengan nada dingin.
"Oo...Oke... Oooke...",
"Lepas duluuu.. Uhuuk...", ucap Gua terbata karena rangkulannya bertenaga.
Huuufttt... Kils banget, itu tenaga darimana, ampe eungap Gua.
Gua akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Ayahanda soal kejadian yang menimpa Echa.
Jadi, tadi siang Echa dan si Bajing*n Evan jalan-jalan ke sebuah mall di Jakarta, pulang dari sana, si Bajing*n mencoba mencium bibir Echa di dalam mobil si Bajing*n, itupun lokasinya mobil masih berada di parkiran mall. Masalahnya, Echa dan si Bajing*n hanya sebatas teman kampus, mereka beda kelas di semester tiga tahun ini. Cerita si Bajing*n bisa dekat dengan Echa karena memang awalnya dia baik sebagai teman, maka dari itu si Bajing*n bisa mengajak jalan Echa dengan mudahnya. Belum pernah selama ini si Bajing*n menampakkan tabiat buruknya di hadapan Echa, hingga kejadian tadi siang pun harus dialami Teteh tercinta Gua. Si Bajing*n yang mencoba memaksa mencium Teteh Gua itu mendapatkan perlawanan, Teteh jelas meronta sembari memukul mukul ala perempuan ke arah si Bajing*n, akhirnya satu tamparanpun telak mendarat di pipi si Bajing*n. Eh dasar cupu gak punya tit*t tuh Bajing*n satu, dirinya malah membalas menampar Teteh Gua, bahkan hingga dicakar pipinya. Yang Gua dengar dari Echa, si Bajing*n Evan memang memelihara kuku yang dibiarkan panjang. Hassyyyuuuu, laki kok miara kuku panjang-panjang! Biar Gua kutekkin sekalian nanti pake darahnya kalau ketemu lagi dah!.
Selesai juga Gua menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Ayahanda, termasuk tadi Gua membalas menghajar si Bajing*n dan satu temannya yang cupu.
"Udah ?",
"Cuma kamu timpah sama dengkul mu aja tuh dungu ?", tanya Beliau.
"Iya Yah..",
"Habis gimana, dia langsung pingsan ternyata..",
"Masa mau dihajarin juga ?", jawab Gua pelan.
"Ciih..",
"Ambil palu di gudang.."
"Taruh di Celica mu...",
"Besok-besok kalau ketemu lagi sama dia, remukin jarinya A..", ucap Ayahanda sambil berlalu meninggalkan Gua.
"SIAP!!", jawab Gua setelah mendengar perintah Beliau.
...
Sekarang Gua berada di kamar depan dekat ruang tamu, kamar yang dulu dipakai Ortu Gua semasa Gua kecil. Gua tidak sendirian, Teteh tercinta sudah duduk manis diatas ranjang kamar ini dengan kaki yang bersila, begitupun dengan Gua yang duduk di didepannya.
"Aaa..", ucap Gua seraya menyuapinya makan.
"Eumm", Echa mengunyah ketupat dengan semur daging.
"Hehehe...",
"Enggak usah takut gemuk Teh..",
"Eza tetep sayang kok sama Teteh..", ucap Gua menggodanya.
Gua hanya tertawa ketika dirinya hanya bisa mengembungkan pipinya dan memanyunkan bibir.
Yaa Alloh Yaa Rabb... Ini kok rasanya kayak suami-istri yoo. Gua berada diatas kasur menyuapi istri yang sebelumnya sedang bermuram durja, lalu menggodanya, berusaha membuat dia tersenyum kembali. Duuh duuuh... Bahaya, lama-lama jatuh cinta beneran Gua sama perempuan luar biasa di depan Gua ini. Gimana urusannya nanti sama Nona Ukhti ? Belum lagi Janji Gua yang mau nikung Mba Yu.. Bisa berabe nih. Jomblo sih jomblo, tapi yang ngantri kok banyak bener yooo.. Ada lagi Neng Kinan sang pengolah roti handal, belum lagi si Lisa anak juragan Kost 40 pintu. Hamsyong gua ini ma.
Gua kan bukan playboy, enggak ahli menduakan kaum hawa, enggak bisa main rapih, eh.. Kecuali ama Tissa, (Maaf Bun keceplosan).
"Udah Za..",
"Kenyang aku..", ucap Echa setelah menelan makanannya.
"Yaaaa... Baru juga tiga suap Teh..", jawab Gua.
"Enggak ah..",
"Cukup, besok lagi aja makannya..", jawabnya lalu mengambil gelas yang berisi air mineral di meja kayu samping kasur.
Selesai menyantap makanan, Gua taruh piring ke dapur, lalu kembali ke kamar dimana Echa akan tidur tadi. Kami berdua mengobrol banyak hal, seputar kegiatannya di kampus, lalu mundur kebelakang, bercerita mengenai kenangan masa kecil kami lagi. Banyak sudut ruangan di dalam rumah ini yang Echa ingat, dimana sepatu roda kami tersimpan, tempat menyembunyikan celengan berbentuk ayam, sampai letak dimana Gua sering menyembunyikan sandalnya dulu pun Echa masih mengingatnya.
Tawa renyahnya seolah-olah telah menutupi kesedihannya hari ini. Kemudian senyuman indah yang ia berikan sebelum tidur mengakhiri obrolan kami di waktu yang sudah terlampau larut untuk memejamkan mata.
"Makasih ya Za..",
"Makasih untuk hari ini..", ucapnya yang telah membaringkan tubuh diatas ranjang.
Gua tarik selimut untuk menutupi tubuhnya agar mengurangi hawa dingin dari larutnya malam.
"Sama-sama Teh..",
"Tidur ya, jangan lupa berdo'a..", jawab Gua ketika sudah menarik selimut hingga ke dadanya.
"Iya.."
"Kamu juga langsung tidur ya..",
"Biar gak telat nanti shalat subuh dan shalat ied nya...", balasnya.
Gua tersenyum menatap wajahnya. Gua belai helaian rambut di keningnya.
"Ya udah aku balik ke kamar dulu ya..", ucap Gua sambil bangkit dari ranjang.
Tapi tangannya menahan lengan Gua. Echa tersenyum sangat manis.
"Janji jagain aku ya Za..", ucapnya penuh harap.
Gua kembali menatapnya, kali ini Gua tatap matanya lekat-lekat. Tersenyum lalu...
Cuupp.. Gua kecup keningnya.
"Pasti", jawab Gua,
"Mimpi indah ya Teh..".
... ... ...
Gua bangun setelah mengistirahatkan tubuh dalam waktu 4 jam saja. Gua lihat hp, menatap jam digitalnya, pukul 05.18 wib. Gua bangkit dari lantai kamar yang beralaskan karpet. Badan rasanya pegal semua, mungkin karena waktu tidur yang kurang, ditambah alas tubuh Gua hanyalah karpet kamar. Ya, mau enggak mau Gua tidur dibawah, karena Ayahanda sudah mengakuisisi ranjang kamar Gua malam tadi.
Gua lihat beliau baru selesai shalat subuh. Lalu melepaskan kaos yang dikenakannya, namun masih berbalut sarung.
Gua terkesima menatap punggung Beliau. Gambar seekor macan yang full-color memenuhi punggungnya, garang sekali lukisan diatas kulitnya itu. Wajah binatang buas itu berada di pinggangnya, tubuh sang macan terlukis menutupi punggung Beliau, hingga lukisan ekornya sampai ke kulit bahunya. Kemudian beliau mengenakan kaos dalam lalu memakai baju koko berwarna putih.
Gua menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar, Gua membilas tubuh dan bersih-bersih, lalu mengambil wudhu. Selesai bersih-bersih dan berwudhu, Gua pun melaksanakan ibadah wajib dua raka'at subuh ini.
...
Gua, Ayahanda dan Om Gua sudah mengambil posisi duduk di barisan ketiga dari mimbar dalam masjid komplek rumah Nenek. Echa, Nenek Gua, Tante Gua beserta anaknya ada di bagian masjid khusus wanita. Semakin ramai para muslim-muslimah yang mengisi masjid untuk melaksanakan shalat idul fitri berjamaah. Gua melihat ke sisi lain dalam masjid, ada Robi yang sedang 'pesiar' dari masa pendidikkannya, kemudian Dewa, Icol, Unang, dan terakhir Rekti yang Gua lihat semakin menghitam kulitnya, mungkin karena panasnya kota apel saat dia dinas disana selama ini.
Lantunan takbir dari para muslim di dalam masjid tidak cukup membuat mata Gua tetap terjaga, benar-benar ngantuk rasanya pagi ini. Gua pun akhirnya bertopang dagu dengan posisi duduk. Lama-kelamaan kelopak mata Gua turun perlahan, lalu menutup.
Sebuah senggolan sikut mengenai lengan kiri Gua yang sedang menopang dagu, Gua kaget dan langsung membuka mata walaupun rasanya perih. Gua tengok ke samping kiri. Ada Ayahanda yang sedang menggelengkan kepala kearah Gua.
"Begadang terus..", ucapnya pelan.
Gua masih mengumpulkan kesadaran dari ketiduran yang kurang dari lima menit tadi. Gua memijat kening sebentar, lalu tersenyum kepada Ayah.
"Hehe..",
"Ngantuk banget..", jawab Gua.
Ayahanda hanya menggelengkan kepala lagi lalu kembali menatap ke mimbar di depan.
Singkat cerita shalat ied pun selesai kami laksanakan secara berjamaah, lalu masih di dalam masjid ini, semua muslim saling memaafkan di hari yang fitri, saling berjabat tangan dan berpelukkan sambil mengitari dalam masjid. Gua sengaja menghindari keluarga, Gua hanya menghampiri Bapak-bapak tetangga Nenek. Lalu bergegas keluar masjid.
Ketika Gua lewat rumah Rekti, ternyata sahabat-sahabat Gua sedang berkumpul di depan rumahnya. Ada Dewa, Meli, Icol, Unang, Robi dan tentu saja Rekti. Kami pun saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain.
"Eh ada Meli", ucap Gua kepada Meli setelah menyalami kelima sahabat Gua sebelumnya.
"Mohon maaf lahir batin ya Mel", ucap Gua seraya mengulurkan tangan kepada Adik Mba Siska ini.
"Iya Mas Eza..",
"Sama-sama ya Mas..", seraya menyambut tangan Gua,
"Mohon maaf lahir batin juga", ucapnya lagi sambil tersipu malu.
"Udaah..",
"Jangan kelamaan megang tangannya", sewot Dewa kepada Gua.
"Haa haa haa..", tawa Robi kali ini.
"Cemburu terus Lu Wa ama si Eza..", timpal Icol.
"Yang lalu biarlah berlalu Sob, ha ha ha ha..", timpal Unang kali ini.
"Ya gak cemburu sih",
"Cuma takut aja ada yang masih belum bisa lupain..", jawab Dewa sambil melirik pacarnya itu.
"Apaan sih..",
"Aku enggak suka diungkit gitu..",
"Udah lama juga kalii..", balas Meli kepada Dewa.
"Udah-udah Ah..",
"Masa lebaran malah pada cemburu..", ucap Rekti kali ini,
"Apa kabar Lu Za ?", tanya Rekti kepada Gua.
"Alhamdulilah sehat..",
"Udah pindah dinas Lu kesini ?", tanya Gua balik.
"Insha Alloh minggu depan Za Gua ditempatin di Polres xxx..", jawabnya,
"Mba Sherlin apa kabar Za ?", lanjutnya.
"Alhamdulilah sehat juga..",
"Kayaknya.. Ha ha ha...", jawab Gua garing.
"Laah.. Sering-sering kontakan dong..",
"Silaturahmi ini kan. He he he..", ucap Rekti lagi.
Lalu kami pun mengganti topik obrolan, dari mulai kegiatan kampus Dewa, Gua, lalu pendidikkannya Robi yang belum selesai, kemudian ada Icol dan Unang yang ternyata sudah merintis usaha warung angkringan di pinggir jalan. Salut untuk kedua sahabat Gua itu.
Btw, gosipnya sih dulu sebelum Dewa memacari Meli, Meli sempat suka ke Gua. Entah gosip darimana, benar atau tidak, Gua sih bodo amat.
"Ngomong-ngomong Mel",
"Mba mu ada di rumah ?", tanya Gua.
"Ada Mas..",
"Main Mas kerumah..",
"Mba Siska lagi lepas dinas..", jawabnya sopan pake banget, pake senyum teruss. Panas panas tuh bokinnya ha ha ha.
"Udah sono kerumahnya samperin..", timpal Dewa yang keki kepada Gua,
"Kamu disini aja selama si Kadal ketemu Mba mu ya", lanjut Dewa kali ini kepada Meli.
Meli mendengus kesal, lalu memeletkan lidah kepada Dewa yang langsung membuat kami semua tertawa.
"Ya udah, Gua duluan ya Sob, mau silaturahim dulu ke rumah Pak RW..", ucap Gua pamit kepada sahabat-sahabat rumah,
"Hai calon adik ipar...",
"Mau pulang bareng gak ?", goda Gua kepada Meli dan Dewa.
Dewa langsung melepaskan satu sendal yang dipakainya dan hendak melemparkannya kepada Gua. Bersama tawa mereka, Gua pun sudah ngacir ke arah rumah Pak Rw.
"Assalamualaikum..", ucap Gua mengucapkan salam dari ambang pintu rumah Pak Rw yang terbuka.
"Walaikumsalam..", jawab seorang perempuan cantik nan manis dengan pakaian gamis.
Benar-benar ya, perempuan muslim kalau mengenakan gamis di hari raya itu auranya berbeda. Bikin meleleh hati Mas Eza aja kamu Mbaaa Mba!. Goyah dah ini ma. Shuuuh!
"Masuk sini Za..",
"Malah diem disitu..", ucapnya sambil berdiri dari duduknya.
"Iya Mba..", Gua pun masuk kedalam ruang tamu rumahnya ini.
"Mba, Mohon maaf lahir batin ya..", ucap Gua sambil menyalaminya dengan mengatupkan kedua tangan.
Lalu disambut oleh Mba Siska dengan mengatupkan kedua tangannya juga kepada Gua. Bersentuhanlah tangan Gua dengan tangannya. Duh lembutnyaaa... Sengaja ah Gua lamain, Gua apit kedua tangannya itu, ngetes nih.
"Sama-sama ya Za",
"Maafin Mba kalo ada salah-salah selama ini..", ucapnya sambil tersenyum.
Mba Siska kemudian menarik tangannya dari apitan kedua tangan Gua. Ah elah, gagal deh...
Eits, ternyata ini lebih dari yang Gua bayangkan Gais. Setelah melepaskan tangannya, ternyata eh ternyataaa.. Kedua tangannya di letakkan ke bahu kanan-kiri Gua, alamaak.. Mimpi apa Gua semalem. Wajahnya dicondongkan sedikit ke kanan lalu maju menghampiri pipi Gua.
tepp..
tepp.. Yes! Cipika-cipiki Uhuy, lembut beut dah ah itu pipi mu Mba Polcan.
Gua lihat Mba Siska tersenyum, tangannya sudah terlepas dari bahu Gua. Enggak mungkin kalo Gua gak baper, Gua balas senyumnya. Dan kampretnya ini jivva kadal Gua tiba-tiba mengambil alih kesadaran Gua. Beneran sumpah, bukan Eza ini ma, si kadal ini ma!
"Mba..", ucap Kadal yang telah mengambil alih kesadaran Gua.
"Heum ?", Mba Siska hanya memandangi mata Gua.
Kami masih berdiri berhadapan.
"Boleh aku cium kening kamu..?".
Ta to the i, taaa****!!! Ini mulut kadal sembarangan kalo ngomong!
.
.
Mba Siska tidak menjawab, dia malah tertunduk, pipinya sempat Gua lihat memerah. Lalu matanya mendelik menatap Gua lagi, bibirnya pun tersenyum. Gua anggap itu sebagai jawaban "Boleh Mas Ezaaa..".
Cup.. Gua kecup keningnya.
Lalu entah awkward momen ini malah membuat kami berdua tertawa pelan. Dan kami berdua pun malah jadi salah tingkah. Gila ini si Kadal kalo udah merasuki jiwa Gua. Bahaya Daaallll Dal!!! Bikin cewek di didepan Gua baper lalu patah hati urusannya Dor ini ma.
"Loch ada tamu toh..", ucap seorang Ibu-ibu dari arah bagian dalam rumah lainnya.
Ternyata itu Ibundanya Mba Siska, alias Bu Rw.
"Pagi Budeh...", sapa Gua ketika Ibunya sudah berada di sampingnya.
"Pagi Za..", jawabnya sambil tersenyum.
Lalu Gua pun mencium tangan beliau seraya memohon maaf lahir dan batin. Lalu Beliau mempersilahkan Gua duduk, tapi Gua tolak dengan halus, karena Gua harus pulang ke rumah.
"Za, nanti aku sms ya..", ucap Mba Siska ketika Gua sedang mengenakan sandal.
"Okeh Mba..",
"Hehehe...",
"Aku pulang dulu ya Mba..", ucap Gua kepada Mba Siska, yang langusng dibalasnya dengan senyuman dan anggukan kepala.
"Budeeeh.. Saya pamit dulu ya..",
"Assalamualaikuuumm..", ucap Gua lagi sedikit berteriak kepada Ibunya yang berada di ruang tamunya.
"Oh iya Lee..",
"Walaikumsalam...", jawab Ibu Mba Siska sedikit berteriak juga.
...
Dan sekarang Gua sudah berada di rumah Nenek lagi. Gua masuk lewat pintu rumah utama, di ruang tamu ini sudah berkumpul semuanya, mereka semua duduk di sofa.
Gua langsung bersimpuh dihadapan Nenek yang sedang duduk itu, memohon maaf lahir batin kepadanya, lalu rambut belakang gua pun di usap oleh tangan halus Nenek seraya memaafkan Gua dan juga saling berucap maaf lahir batin.
Kemudian lanjut ke Om dan Tante Gua di sebelah Nenek. Hal yang sama Gua lakukan kepada Adik dan Adik Ipar Ayahanda Gua itu. Lalu Gua menggeser langkah menggunakan kedua lutut Gua ke arah sofa lainnya. Dimana Orangtua Gua satu-satunya sedang duduk sendirian. Beliau tersenyum menatap Gua, tapi kok tiba-tiba hati Gua bergetar ketika pelukkannya mendekap punggung ini. Gua rebahkan lagi kepala ini diatas pahanya. Kembali Gua bersimpuh. Airmata gua tidak terbendung lagi, tumpah sudah membasahi celana jeans Beliau. Gua rasakan telapak tangannya yang besar itu mengusap punggung Gua.
"Maaf ya Yah, kalau A'a ada salah selama ini...", ucap Gua dengan suara parau.
"Sama-sama ya A'..",
"Ayah juga minta maaf..", ucap Beliau,
"Sudah sudah..", ucapnya lagi sambil mengangkat bahu Gua agar Gua bangun dan tidak bersimpuh lagi di pahanya.
"Dah nangisnya, basah nih celana baru Ayah", ucapnya.
Wah bener nih Bokap, malah ngecengin Gua. Padahal ma Gua sempat lihat matanya juga berkaca-kaca walaupun airmatanya gak tumpah. Tengsin kali depan Gua dan keluarga, he he he.
"Udah sana samperin tuh istrimu di dapur..", ucapnya lagi.
Gua menyeuka airmata di pipi, lalu kening Gua berkerut menatap Beliau.
"Istri ?", tanya Gua bingung.
"Ituu Echa Za..",
"Lagi siapin makan buat kamu",
"Motongin ketupat mungkin..",
"Kami semua udah makan, tinggal kamu sama Echa..",
"Echa mau nungguin kamu katanya, makanya gak makan bareng kami", jawab Tante Gua kali ini menjelaskan.
Gua melirik ke Ayahanda lagi, Beliau tersenyum sambil menaik turunkan alisnya. Gua hanya terkekeh pelan sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Udah sono.. Kelamaan!", teriak Om Gua yang melihat Gua malah salah tingkah.
"Iya iya bawel ah..", ucap Gua lalu bergegas ke dapur.
Gua sempat mendengar tawa mereka ketika beberapa langkah meninggalkan ruang tamu. Dih gua malah dicengin lagi, hadeuh.
Gua masuk ke ruang makan dulu, eh ternyata ada perempuan cantik dengan balutan gamis putih sedang berdiri membelakangi Gua. Kain kerudungnya tidak menutupi kepalanya, hanya diselendangkan ke bahu dan tengkuknya. Otomatis mahkota indahnya yang hitam dan lurus itu terlihat jelas hingga sebahu lebih sedikit. Gua dekati dirinya dengan mengendap-ngendap. Ketika tepat berdiri dibelakangnya, Gua melirik sedikit ke depan, oh ternyata benar, dia sedang memotong ketupat. Isengin aaahh
"DORR!!".
"ASTAGFIRULLOH!!".
Klontaang!
"Hua ha ha ha ha...".
Gua tertawa melihat dirinya tersentak hingga pisau dapur dan ketupat yang digenggamannya terlepas di atas piring. Gua jahil tadi, mengangetkannya dengan menusuk kedua sisi pinggangnya menggunakan kedua jari telunjuk kanan-kiri Gua dengan secepat kilat dari belakang. Otomatis tubuhnya langsung bereaksi tersentak dan kaget.
"Hiiii.. EZAAA!!",
"Ngagetin banget tau gak!", ucapnya dengan raut cemberut.
Gua masih terkekeh melihatnya yang sewot. Wajahnya kini semakin kesal dan marah. Echa menarik kursi makan dengan kasar lalu duduk, kemudian kedua tangannya menopang dagungnya, bibirnya manyun. Gua dekati dirinya, mengusap rambutnya lalu...
Cup....
"Maaf ya".
Diubah oleh glitch.7 26-03-2017 01:01
JabLai cOY dan 4 lainnya memberi reputasi
5
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..

). 
(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 
