- Beranda
- Stories from the Heart
Generation With No Mythologies To Follow
...
TS
konigswood
Generation With No Mythologies To Follow
Love? What is that? Seems legit, can I have some on it?
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Hai untuk seseorang disana, Aku sayang padamu ketika aku benar benar membencimu saat ini, maafkan aku yang terlalu angkuh untuk mengatakan aku sayang padamu, maafkan aku yang ternyata tidak berusaha saat engkau hendak meninggalkan ku terdampar disini
Just enjoy it, If there was same name, same place, same stories (Copy Paste) at this story, i just said So sorry im to terrible to hear that, cz My stories gonna using similar name similar place, if you wanna share it, please dont forgot the copyright
Moral? I dont give a fuck with it, so here we go!
Kita coba sedikit pengindexan ya, sebelumnya ga ada indexnya
Spoiler for Sop Iler:
Diubah oleh konigswood 11-01-2018 11:35
0
92K
501
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
konigswood
#157
"Lu jahat Ham lu jahat, gua benci sama lu, gua kesel" ucapnya sambil terus mengisak tangisnya
"Udah - udah, jangan nangis terus dong, nanti kedengeran Mama Papa, maafin gua, mungkin menurut lu gua jahat, besok kita ke rumah Laras dan lihat bagaimana kondisinya"
"Lu mau buat gua makin cemburu? Pergi sana" usirnya
Aku yakin sepanjang malam Thia menangis tak henti - henti, karena di pagi hari matanya sangat sembab, ketika di tanya mengapa jawabnya hanya kurang tidur,"what a lie"
"Kamu jadi kekantor mas?" Tanya Mama
"Jadi kok ma, kenapa?"
"Nggak papa, Papa sama Mama mau pergi soalnya kalau kamu bisa coba handle dulu urusan kita"
"Oh iya nanti diusahakan Ma"
Setelah menikmati sunrise, aku kemudian berangkat ke kantor papa
"Mbak Shanti, Saya di posisi apa mbak?" Tanyaku pada Mbak Santi yang sedang membuja office outlooknya
"Loh, mas Graham belum di kasih tau sama bapak?"tanyanya bingung
"Belum mbak, kalau udah tau mah saya nggaj tanya mbak" jawabku
"Kamu gantiin bapak mas, sekarang ruangan itu punya mas, dan hari ini anak saya mau magang disini, kemarin bapak bilang biar diurus sama kamu mas" ucapnya
"Loh, tinggal magang aja lagian anak mbak sendiri kok, mbak kan udah dari awal berdiri ini udah disini"
"Tetep aja mas, namanya juga etika kerja" jawabnya sopan
"Oh ya udah kalau gitu mbak, suruh masuk aja 5 menit lagi ke ruangan saya ya"
Huft, donat untuk sarapan, apa iya harus di auto pilot? Kenapa papa percaya padaku? Aku yang masih muda sudah menjadi pimpinan perusahaan? Ah lack of experience fucking shit
"Permisi pak" ucap seorang wanita menggunakan pakaian hitam putih
"Masuk aja mbak, silahkan duduk" ucapku
"Saya Rani, anaknya bu Santi pak, saya yang hari ini mulai magang disini pak" ucapnya memperkenalkan diri
"Oh, ya tadi Mbak Santi bilang ke saya, ya udah magang aja, untuk pekerjaan tanya ke Mbak Santi aja nanti ya, anyway saya masih seumuran sama kamu kok, paling cuman beda 3 tahunan aja, nama saya Graham, selamat bergabung ke dalam team"
"Makasih kak"
"Iya sama - sama" kemudian ia berlalu
Sudah hampir masuk jam kuliah, aku harus pamit ke Mbak Santi supaya tidak ada customer yang hendak menemuiku atau berurusan dalam beberapa waktu
"Mbak, saya pamit mau kuliah dulu, nanti kalo ada apa apa di hold dulu aja mbak, tapi kalo mbak bisa handle di handle aja"
"Oh iya mas"
Terlihat rani yang sedang serius belajar dari ibunya itu, dipikir - pikir Mbak Santi terlihat awet muda, karena anaknya sudah tumbuh dewasa dengan ranumnya
Selama dikampus pikiran tak tenang, karena Thia hanya menunduk lesu
"Perhatiin dosennya" sent to Thia
"Alah percuma, gua perhatiin dosennya kalo lulus lu tetep nikah sama Laras" jawabnya
Moment ini adalah fase dimana Thia sepertinya butuh sebuah penyemangat hidup baru, kurasa aku harus menemukan sosok itu dalam waktu dekat, kasian Thia
Day by day, kelakuan Thia makin aneh, dia jadi suka kelayapan pulang malam bau alkohol serta rokok, ku akui aku dulu juga seperti itu, tapi tidak etis rasanya jika hanya dalam kurun waktu dekat Chynthia berubah jadi seperti itu, hingga kudapati sebungkus rokok di meja belajarnya
"Sejak kapan ngerokok?" Tanyaku sambil mengambil rokoknya dan ikut membakarnya
"Jadi sedesperate itu ya kamu? Kamu nggak pernah berada diposisi ku, Aku tidak bisa memilih untukmu"
"Kenapa hanya diam?"
"Gak usah sok ngatur hidup gua, gua bisa hidup dengan cara gua" itu kalimat yang pernah ku dengar dari Nathan
"Siapa lu ngatur - ngatur gua? Calon suami gua aja bukan"
"Udah - udah, jangan nangis terus dong, nanti kedengeran Mama Papa, maafin gua, mungkin menurut lu gua jahat, besok kita ke rumah Laras dan lihat bagaimana kondisinya"
"Lu mau buat gua makin cemburu? Pergi sana" usirnya
Aku yakin sepanjang malam Thia menangis tak henti - henti, karena di pagi hari matanya sangat sembab, ketika di tanya mengapa jawabnya hanya kurang tidur,"what a lie"
"Kamu jadi kekantor mas?" Tanya Mama
"Jadi kok ma, kenapa?"
"Nggak papa, Papa sama Mama mau pergi soalnya kalau kamu bisa coba handle dulu urusan kita"
"Oh iya nanti diusahakan Ma"
Setelah menikmati sunrise, aku kemudian berangkat ke kantor papa
"Mbak Shanti, Saya di posisi apa mbak?" Tanyaku pada Mbak Santi yang sedang membuja office outlooknya
"Loh, mas Graham belum di kasih tau sama bapak?"tanyanya bingung
"Belum mbak, kalau udah tau mah saya nggaj tanya mbak" jawabku
"Kamu gantiin bapak mas, sekarang ruangan itu punya mas, dan hari ini anak saya mau magang disini, kemarin bapak bilang biar diurus sama kamu mas" ucapnya
"Loh, tinggal magang aja lagian anak mbak sendiri kok, mbak kan udah dari awal berdiri ini udah disini"
"Tetep aja mas, namanya juga etika kerja" jawabnya sopan
"Oh ya udah kalau gitu mbak, suruh masuk aja 5 menit lagi ke ruangan saya ya"
Huft, donat untuk sarapan, apa iya harus di auto pilot? Kenapa papa percaya padaku? Aku yang masih muda sudah menjadi pimpinan perusahaan? Ah lack of experience fucking shit
"Permisi pak" ucap seorang wanita menggunakan pakaian hitam putih
"Masuk aja mbak, silahkan duduk" ucapku
"Saya Rani, anaknya bu Santi pak, saya yang hari ini mulai magang disini pak" ucapnya memperkenalkan diri
"Oh, ya tadi Mbak Santi bilang ke saya, ya udah magang aja, untuk pekerjaan tanya ke Mbak Santi aja nanti ya, anyway saya masih seumuran sama kamu kok, paling cuman beda 3 tahunan aja, nama saya Graham, selamat bergabung ke dalam team"
"Makasih kak"
"Iya sama - sama" kemudian ia berlalu
Sudah hampir masuk jam kuliah, aku harus pamit ke Mbak Santi supaya tidak ada customer yang hendak menemuiku atau berurusan dalam beberapa waktu
"Mbak, saya pamit mau kuliah dulu, nanti kalo ada apa apa di hold dulu aja mbak, tapi kalo mbak bisa handle di handle aja"
"Oh iya mas"
Terlihat rani yang sedang serius belajar dari ibunya itu, dipikir - pikir Mbak Santi terlihat awet muda, karena anaknya sudah tumbuh dewasa dengan ranumnya
Selama dikampus pikiran tak tenang, karena Thia hanya menunduk lesu
"Perhatiin dosennya" sent to Thia
"Alah percuma, gua perhatiin dosennya kalo lulus lu tetep nikah sama Laras" jawabnya
Moment ini adalah fase dimana Thia sepertinya butuh sebuah penyemangat hidup baru, kurasa aku harus menemukan sosok itu dalam waktu dekat, kasian Thia
Day by day, kelakuan Thia makin aneh, dia jadi suka kelayapan pulang malam bau alkohol serta rokok, ku akui aku dulu juga seperti itu, tapi tidak etis rasanya jika hanya dalam kurun waktu dekat Chynthia berubah jadi seperti itu, hingga kudapati sebungkus rokok di meja belajarnya
"Sejak kapan ngerokok?" Tanyaku sambil mengambil rokoknya dan ikut membakarnya
"Jadi sedesperate itu ya kamu? Kamu nggak pernah berada diposisi ku, Aku tidak bisa memilih untukmu"
"Kenapa hanya diam?"
"Gak usah sok ngatur hidup gua, gua bisa hidup dengan cara gua" itu kalimat yang pernah ku dengar dari Nathan
"Siapa lu ngatur - ngatur gua? Calon suami gua aja bukan"
0