Heboh
Quote:
Aku sama sekali tidak menengok kebelakang karena aku tau siapa dia.
“yang”, kata Rathi
Akupun menggelengkan kepala lalu mencoba berjalan
“Teo, please”, kata Luna
Rathi pun menahanku dari depan
“yang dengerin dulu apa yang mau diomongin”, kata Rathi
“I had enough”, kataku sambil melepaskan tangan Luna lalu pergi
“yang tunggu”, teriak Rathi
“kamu kenapa sih yang?”, tanya Rathi
“ga apa-apa”, kataku
“hei Teo”, kata Rathi menahan ku
“ikut aku”, kata Rathi sambil menarikku dan duduk di DPR
“kamu jawab aku yang, kamu kenapa? Sikap kamu gitu banget sama Luna”, kata Rathi
“aku ga kenapa-kenapa yang, beneran”, kataku
“tapi sikap kamu tu berubah banget yang sama Luna, kasian dia’, kata Rathi
“kamu marah sama dia?”, tanya Rathi
“aku ga marah yang”, kataku
“terus?”, kata Rathi
“huff. Aku udah ga mau nyakitin dia lagi yang, mangkanya aku menghindar dari dia”, kataku
“tapi ga harus gitu kan, kamu masih bisa temenan sama dia”, kata Rathi
“udah ya, aku udah ambil keputusan kaya gini jadi aku ga mau ngerubah keputusan aku”, kataku lalu menarik tangan Rathi
“kita pulang aja yang”, lanjutku
Rathi pun tidak berkata apa-apa. Sampai akhirnya kami pulang, dan aku tiba di rumah.
“bang, tadi kk Luna telepon ke rumah”, kata Violet
“bilang aja ga ada”, kataku
Tak lama telepon berdering dan Violet mengangkat teleponnya
“bang”, kata Violet sambil mengangkat telepon
Akupun menggelengkan kepala. Terdengar adiku bilang kalau aku sedang tidur. Lalu telepon di tutup.
“kenapa sih bang teleponnya ga mau di terima”, kata Violet
Akupun tidak menjawabnya langsung pergi kekamar. Seharian ini aku habiskan waktu di kamar sampai akhirnya aku tertidur.
Hari selasa pun datang
“hei yang”, sapa Rathi di gerbang sekolah
“hei, kamu tumbem nunggu di gerbang”, kataku
“aku mau ngomng yang”, kata Rathi
“masalah Luna?”, kataku
“iya yang, tapi aku mohon dengerin aku sampai selesai”, katanya
“kita ngobrol di kelas aja”, kataku sambil berjalan
Sesampainya dikelas
“jadi gini yang, kemaren itu Luna bilang sama aku kalo sikap kamu ke dia itu beda banget, dia pengen tetep jadi temen kamu yang. Aku tau kamu juga kangen dan masih da rasa sayang sama dia, aku ga bisa nyangkal itu. dan aku juga suka kamu tegas ambil keputusan. Tapi hargai dia sebagai teman yang, jangan diemin dia kaya gini”, kata Rathi
“aku orangnya kaya gini Thi, mau gimanapun keputusan yang udah aku ambil ga kan berubah”, kataku
“tapi yang kasian dia, aku tau banget dari kemaren dia liatin kamu kalo di kelas”, kata Rathi
“Thi, aku ga mau nyakitin kamu, aku ga tau apa bisa aku Cuma temanan sama Luna, kamu tau dulu kita kaya apa Thi. Aku juga ga bisa lupain apa yang memang udah terjadi, tapi aku mau kaya gini karena kaya gini lebih baik buat aku”, kataku
“aku tau kalo aku egois ga mikirin perasaan dia, tapi aku ga mau kalau nanti ada salah pahan di antara kita bertiga. Karena aku ga tau kedepannya kaya gimana. Dan aku mohon sama kamu jangan bahas hal ini lagi”, pintaku
Dan Rathi pun mengangguk. Setelah itu suasana kembali biasa dan kegiatan belajar pun di mulai. Selama pelajaran tidak ada yang spesial kecuali saat belajar kelompok, karena hampir semua kelompok mata pelajaran kami selalu bertiga.
Saat jam pulang
“Teo, bisa ngobrol bentar?”, kata Ali
Ngomong apa li?”, kataku
“jangan ngomong di sini”, kata Ali
“Thi gua pinjem Teo ya bentar doang ko”, lanjut Ali
Rathi pun mengangguk, lalu kami pergi
“lu udah putus sama Luna?”, tanya Ali
“emang kenapa Li?”, kataku
“jawab dulu napa”, katanya
“iya, gua udah millih Rathi”, kataku
“oh gitu. Jadi gini nih, gua denger kabar aja kalo anak kelas 3 ada yang suka sama Luna dan dia mau nembak Luna gitu. Kabar lu putus sama Luna juga udah nyebar di angkatan kita sama angkatan kelas 3 loh. Mangkanya gua nanya sama lu takutnya ini Cuma gosip doang”, kata Ali
“jadi fixnya lu sama Luna udah ga da hubungan apa-apa?”, lanjut Ali
“ga da Li”, kataku
“ok ok. Yuk balik kekelas ga enak cewe lu sendirian”, kata Ali
Kamipun kembali kekelas, terlihat Rathi sedang makan cemilan
“thanks ya Thi, ni cowo lu gua balikin”, kata Ali
“emang gua barang apa”, kataku ketus
“ya ampun pak”, kata Ali lalu meninggalkan kami.
“masalah Luna ya yang?”, kata Rathi
“iya, kamu tau?”, kataku
“ga ko yang, Cuma kan kabar kamu ga sama Luna lagi udah nyebar yang, banyak ko nanya sama aku dari angkatan kita atau kelas 3.”, kata Rathi
“oh gitu”, kataku
“sifat kamu yang ga peduli itu kayanya susah buat di rubah ya yang”, kata Rathi sambil mencubit pipiku
“tapi kan aku peduli sama kamu yang”, kataku
“ya kalo sama hal lain kamu itu cuek banget yang, banyak loh anak kelas kita yang bingung kenapa aku mau sama kamu yang kaya gini. Mereka juga bilang kamu itu aneh”, kata Rathi
Akupun hanya mengangguk saja. Pelajran pun di lanjutkan sampai jam pulang. hari-hari berikutnya tidak ada yang spesial. Rathi sudah mulai dengan bimbelnya, akupun masih suka nongkrong bareng Iam, Rik, Bob dan Kiki. Akhirnya datanglah masalah baru saat ekskul di hari sabtu..