- Beranda
- Stories from the Heart
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
...
TS
reloaded0101
CEREBRO : KUMPULAN CERITA CINTA PAKAI OTAK
Judul thread ini ane ganti, sekarang tidak semua cerpennya mengisahkan cinta. Tetapi temanya lebih umum, ada detektif,sci-fi,horor,thriller,drama dan lain-lain yang tidak selalu melibatkan percintaan antar karakternya.
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
INDEX BARU:
CERITA 2020
AZAB ILMU PELET
MUDIK 2020
Terima kasih untuk Agan Gauq yang sudah membuatkan index cerita ini.
Index by Gauq:
INDEX
INDEX lanjutan
Cerita baru 2019:
KISAH-KISAH MANTAN DETEKTIF CILIK di postingan terakhir halaman terakhir
Spoiler for :
Quote:
INDEX
RUMAH SERIBU JENDELA DI POST INI
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
SETIA
DEAD OR ALIVE
MAKAN TUH CINTA
KALAU JODOH TAK LARI KEMANA
OUTLIER
MAKAN BATU
TA'ARUF
INDEX PART 3
INDEX PART 4-new
Langsung saja cerpen pertama
Apa yang akan kau lakukan ketika dia yang kaucinta meminta syarat berupa rumah dengan 1000 jendela sebelum menerima cintamu?
Spoiler for :
RUMAH SERIBU JENDELA
Leo merogoh saku belakang celana hitam barunya. Sebuah sisir kecil diambilnya dari kantong itu. Sambil melihat spion, ia merapikan kembali rambut yang sempat dipermainkan angin selama dalam perjalanan, maklum saja kaca pintu depan mobilnya rusak dan hanya bisa ditutup setengahnya saja. Setelah dirasa sudah rapi, Leo dan rambutnya keluar dari roda empatnya kemudian berjalan dengan jantung berdegup kencang menuju rumah nomor 2011 dan menekan belnya. Sang pembantu rumah keluar dan menyapanya
“Oh Mas Leo ”
“Riska-nyaada Bi?”
“Oh ada, sebentar saya panggilkan.”
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda cantik berusia 20 tahunan awal keluar, mendapati Leo yang sedang menghirup teh celup panas buatan Bibi.
“Mau pergi ke pestanya siapa? Perasaan teman kita nggak ada yang ulang tahun atau nikah hari ini.”
Tanya Riska.
“Memang tidak ada.”
“Kalau nggak ke kondangan, mengapa pakai baju serapi ini? Sok formal banget. ”
“ Harus formal, kan mau melamar.”
“Ngelamar kerja?”
Leo menggeleng. Jantungnya berdegup makin kencang.
“Bukan.”
“Lalu melamar apa?”
“Kamu.”
Kata Leo sambil bersimpuh dan mengeluarkan sebuah kotak merah berisi cincin emas dengan sebuah berlian berukuran mini di tengahnya. Sementara itu Riska mundur beberapa langkah ke belakang.
“Aku? kita kan nggak pernah pacaran?”
“Tetapi kita sudah saling mengenal belasan tahun Ris. Aku tahu apa yang kamu suka, aku tahu apa yang kamu tidak suka, aku tahu bagaimana kamu selalu menghentakkan kaki kirimu ke tanah ketika mendengar kabar gembira,
aku tahu bagaimana kau selalu mencengkeram erat kertas tisu di tanganmu waktu kau sedang gugup, dan aku tahu aku mencintaimu. ”
“Tapi kamu kan nggak tahu apakah aku juga cinta kamu?
“Karena aku tidak tahu, bagaimana kalau kamu beritahukan padaku sekarang.”
“Mmm, gimana ya? Untuk urusan cinta, apalagi orientasinya nikah. Tentu aku maunya sama pria yang sungguh-sungguh.”
“Cintaku kepadamu sungguhan Ris, bukan bohongan atau tren musiman.”
“Sejak kapan lidah punya tulang?”
“Kau tidak percaya pada kata-kataku?”
“Aku butuh bukti Yo, bukan janji.”
“Baik, bukti seperti apa yang kauminta Ris?”
“Tidak ada yang mustahil untuk orang yang sungguh-sungguh. Demi cinta Shah Jehan mampu menciptakan Taj Mahal untuk istrinya.”
“Lalu apa yang kau inginkan agar mau menjadi istriku Ris?”
“Buatkan aku rumah dengan 1000 jendela.”
“Baik”
“Jika kau mampu menyelesaikannya dalam waktu 24 jam aku akan menerimamu tetapi jika tidak ya kita temenan saja ya Yo.”
“Buat rumah 1000 jendela dalam waktu 24 jam. Sudah itu saja?”
“Memangnya kamu bisa?”
“Akan kucoba semampuku.”
“Baik aku tunggu hasilnya besok. Good luck.”
Leo pun pergi dari halaman rumah itu dan menuju mobilnya sambil mengambil nafas panjang. Ia memacu kendaraannya dan pergi ke beberapa toko kelontong dan toko bangunan. Banyak hal yang dibelinya. Setelah selesai berbelanja, benda-benda itu dibungkus dalam beberapa kantong kresek dan kardus yang dijejalkan ke bagasi mobil.
Pulang ke rumah Ia langsung menuju ke halaman belakang yang luas dan masih berupa lahan kosong yang hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
Leo mengambil nafas panjang lalu menghelanya dan mulai bekerja. Ia menurunkan semua barang yang ia beli. Tak lama kemudian suara gaduh dari palu bertemu paku terdengar berulang-ulang hingga malam tiba.
Malam harinya halilintar menyambar, disusul hujan yang turun sederas-derasnya. Air membanjiri halaman belakang yang masih tetap kosong dan hanya dihuni oleh rimbun ilalang dan satu dua pohon nangka.
“Ris bisa mampir kerumah sekarang? ada sesuatu yang mau kuperlihatkan padamu.”
Kata Leo keesokan harinya lewat ponsel yang dijawab dengan gugup oleh Riska.
“I...iya.”
Dalam hati gadis itu berpikir, bagaimana ini? Apa Leo bisa menyelesaikan permintaan yang mustahil itu? Memang sih dia itu baik, cerdas dan tidak sombong tapi Riska tidak mencintainya. Ia memberikan syarat itu dengan tujuan agar Leo gagal dan mereka berdua bisa kembali happily everafter...meskipun hanya di friend zone saja.
Riska sampai di depan rumah Leo dan heran mendapati mobil ayahnya terparkir di halaman. Ketika masuk ke dalam ia mendapati ayahnya sednag bercakap-cakap di beranda bersama Leo.
“Kok Papi bisa ada di sini?”
“Aneh kamu ini Ris, Masak Papi nggak boleh sowan ke rumah calon suamimu?”
“Calon suami? Calon suami apa?”
“Kan kamu sendiri yang mengajukan syarat, kalau Nak Leo bisa membuat rumah yang memiliki 1000 jendela dalam waktu 24 jam, kau akan menikahinya?”
“Memangnya bisa?”
“Nak Leo tunjukkan!”
Leo masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda yang ditutup taplak meja.
“Apaan nih?”
Tanya Riska dengan tanda tanya menggantung di atas kepalanya.
“Yang kau minta.”
Kata Leo sambil membuka taplak meja itu dan memperlihatkan sebuah rumah berukuran sedikit lebih besar dari telapak tangan yang terbuat dari ribuan tusuk gigi.
“Papi sudah hitung sendiri jendelanya ada 1000 pas.”
“Tapi ini kan kecil sekali.”
“Di syaratmu tidak disebutkan ukurannya harus besar.”
“Tapi ini...definisi rumah kan tempat tinggal, siapa yang bisa tinggal di rumah sekecil ini. Paling-paling juga semut.”
“Di syarat yang kamu ajukan tidak ada keterangan kalau harus rumah manusia. Rumah semut kan juga termasuk dalam kategori rumah.”
Riska serasa disambar geledek. Ia menyesal mengapa tidak jelas dan detail ketika meminta syarat itu kemarin.
“Papi say something dong, belain Riska?”
“Menurut Papi rumah buatan Nak leo ini sudah memenuhi syarat.”
“Jadi Papi setuju punya menantu seperti dia ini?”
“Tentu saja setuju, kalian sudah kenal dari kecil, Papi juga kenal Nak Leo dari kecil. dia juga cerdas dan pernah magang di kantor kita jadi tahu kultur organisasi kita kayak gimana. Nanti kan bisa bantuin kamu waktu gantiin Papi megang perusahaan.”
“Tidaaaaak!!!!”
Riska pun pingsan karena shock. Otak kanannya seolah mengejek, melakukan bullying bawah sadar terhadapnya sambil terus-menerus berkata.
“Makanya Ris, kalau minta sesuatu itu yang jelas.”
end
Diubah oleh reloaded0101 15-05-2020 14:17
indrag057 dan 37 lainnya memberi reputasi
34
190.6K
Kutip
1.1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
reloaded0101
#859
BOKEP UNTUK BOKAP
Spoiler for :
Andika menyobek kalender sambil bersiul-siul bahagia. Minggu tanggal tiga satu merah berganti menjadi hari senin tanggal 31 hitam. Secara nasional bukan hari libur-terlihat dari betapa terburu-buru ayahnya memakai dasi sambil menggigit roti bakar.
“Berangkat dulu Dik.”
“Ok Yah.”
Jawab Andika sambil bergegas masuk kamar mandi. Meskipun ini hari pertama libur semester, ia tetap mandi pagi. Mengapa? Karena sebentar lagi teman-temannya sesama ‘pelibur’-istilah yang mereka ciptakan sendiri, merujuk pada anak-anak muda yang menjalani liburan akan berkunjung ke rumah. Benar saja, seperminuman es kemudian bel pintunya dipencet.
“masuk Yo, Jo,Nik,Sob.”
“Ini laptop loDik?” Tanya Nik sambil menunjuk komputer jinjing di atas meja ruang tamu.
“Baru nyampai kemarin sore.”
“Kalo hardisknya?”
“Punyaku juga, tapi drive eksternal itu sudah lama.”
“Lama atau baru tak masalah yang penting isinya. Boleh dong copy lagu sama film-filmnya?”
“Soal itu...”
“Memangnya kenapa Dik?”
“Lagunya cuma lima.”
“Kalau filmnya?”
“Banyak tapi bukan box office baru.”
“Lalu film apa?”
Agak malu pemilik hardisk ini berbisik ke telinga Nik. Yang dibisiki langsung berteriak keras.
“kalau begitu lagunya batal, kita ngopi filmnya saja.”
“Ya terserah. “
“Eh Dik, tapi kok di pinggirnya ada nama Chandra ditempel pakai selotip?”
“Sial!”
“Eh Dik mau dibawa kemana?”
Andika meraih hardisk eksternal lalu berlari keluar bergegas menyambar sepeda matic. Chandra adalah nama ayahnya, jadi alasan mengapa namanya tertera di hardisk adalah karena benda itu miliknya. Lalu dimana hardisk milik Andika?
“Halo Pak Chandra. File presentasinya corupt.”
“Tenang aku punya salinannya kok Lus.” Kata Chandra sambil melirik laptop dan hardisk di jok kiri.
“Ya sudah kalau begitu, nanti waktu presentasi HDD-nya Pak Chandra saja yang langsung disambung ke PC kantor biar kita dan suplier bisa lihat bareng keuntungan proposal perubahan kontrak.”
“Mudah-mudahan saja mereka setuju. Tiga puluh menit lagi sampai.”
“Ditunggu Pak.”
Apa yang terjadi umpama ayahnya tahu Andika menyimpan hampir satu tera aneka bo kep di hardisknya? Hebohnya pasti lebih dahsyat dibanding insiden videotron tahun lalu. Bisa jadi amarah Sang Bapak akan menyamai ledakan nuklir yang melahirkan monster raksasa sekelas godzila. Kalau cuma marah bentak-bentak sepuluh menit paling selesai. Yang dikhawatirkan Dika adalah buntut panjang setelahnya. Aneka sanksi mulai dicabutnya uang saku, laptop,ponsel sampai jam malam menanti dirinya. Belum lagi kalau dirinya selama liburan direhabilitasi ke rumah sang paman yang super galak. Liburan semester ini dipastikan menjadi neraka berkobar yang satu harinya serasa seribu tahun.
“Sial...Sial...Sial!” Maki dalam hati Andika ketika sepeda motornya tertahan di lampu merah. Padahal secepat mungkin ia harus menukar hardisk. Langgar saja! Hendak putar setang sekuat tenaga, apa daya motor tiba-tiba tak bersuara. Andika tak melihat kalau dari tadi jarum indikator bahan bakar sudah berada di sekitar titik E.
“Halo Mas Dika, saya dari ojek online, mau konfirmasi order.”
“Benar, saya yang pesan kalau bisa cepetan Pak. Urusan penting ini.”
“Saya sudah sampai di lokasi.”
“Saya yang pakai baju putih.”
Motor ojek online bergerak menuju kantor Pak Chandra. Mendekati monumen bundar tiba-tiba sepeda direm mendadak. Sekumpulan pria membawa bendera,papan dan spanduk bertuliskan tolak angkutan online tampak melakukan sweeping terhadap kendaraan yang lewat.
“Ojek online! Sopir ojek online!”
“Hajar Motornya!”
“Hei jangan lari!”
Sepeda berbelok, meliuk-liuk diantara gang-gang sempit. Sopir angkutan konvensional juga mengejar.
“Mas saya turun sini saja.”
“Sabar ya Mas Dika, sebentar lagi.”
Penuh percaya diri pengemudi angkutan online kabur ke konstruksi bangunan yang belum jadi. Disana sudah menunggu rekan-rekannya sesama pengendara dunia maya yang jumlahnya tak kalah banyak dengan sopir dan tukang ojek konvensional yang mengejarnya.
“Serbu!”
“Serbu juga!”
Kejar-mengejar berakhir dengan tawuran masal. Andika yang ketakutan berusah melarikan diri ke tingkat dua konstruksi gedung yang belum jadi.
“Eh jangan lari Lo!”
Dikira pengemudi online, anak semester 6 inipun dikejar. Tak ada pilihan lain, Andika hanya bisa berlari ke atas sambil sesekali menjatuhkan bambu,sak semen dan benda-benda terdekat untuk menjauhkan diri dari pengejarnya. Sesampainya di puncak ia memanjat crane dan loncat ke gedung sebelah layaknya film action. Dikuasai adrenalin ia turun ke tangga darurat lalu mengendarai lift menuju lantai satu. Namun apa daya baru lantai lima kotak besi itu diam tak bergerak lagi. Lampunya pun mati.
“Halo!Halo!” Telepon di dekat panel angka-pun tak berfungsi.
Tak ada jalan lain, dipanjatnya lift sampai ke atas kemudian dengan tali baja ia memnajat sampai menemukan pintu lift lantai 6 yang entah mengapa terbuka.
“Maaf Mas,liftnya hendak kami perbaiki. Mas tidak apa-apa?”
Kata petugas yang membukanya sembari menurunkan tali hendak turun ke lift yang rusak..
“Tidak.”
Andika berlari lagi dari koridor ke koridor, menuruni tangga hingga mencapai lantai satu. Kebetulan gedung ini berseberangan persis dengan menara bisnis tempat ayahnya berkantor. Cukup menyeberang jalan tanya ke resepsionis dan masuk ke kantor ayahnya di lantai satu.
“Yah, ini hardisknya tadi tertukar.”
“Ya taruh saja di situ. Aduh capek habis presentasi.”
“Presentasi?”
“Ya file di PC kantor corrupt untung aku punya salinan di laptop.”
Syukurlah. Kata Andika dalam hati dengan lega.
“Pulang dulu ya Yah!”
“OK nak!”
Andika keluar dari pintu. Pak Chandra menutupnya dari dalam lalu sambil celingak-celinguk ia mengambil HD eksternalnya sendiri dan menancapkan USB-nya ke colokan laptop. Semua isi-nya utuh, tidak ada indikasi waktu yang menunjukkan ada file yang dibuka hari ini. Pria setengah baya ini bernafas lega lalu mengklik folder amateur uncensored dan memainkan salah satu film yang tersimpan di dalamnya.
“Berangkat dulu Dik.”
“Ok Yah.”
Jawab Andika sambil bergegas masuk kamar mandi. Meskipun ini hari pertama libur semester, ia tetap mandi pagi. Mengapa? Karena sebentar lagi teman-temannya sesama ‘pelibur’-istilah yang mereka ciptakan sendiri, merujuk pada anak-anak muda yang menjalani liburan akan berkunjung ke rumah. Benar saja, seperminuman es kemudian bel pintunya dipencet.
“masuk Yo, Jo,Nik,Sob.”
“Ini laptop loDik?” Tanya Nik sambil menunjuk komputer jinjing di atas meja ruang tamu.
“Baru nyampai kemarin sore.”
“Kalo hardisknya?”
“Punyaku juga, tapi drive eksternal itu sudah lama.”
“Lama atau baru tak masalah yang penting isinya. Boleh dong copy lagu sama film-filmnya?”
“Soal itu...”
“Memangnya kenapa Dik?”
“Lagunya cuma lima.”
“Kalau filmnya?”
“Banyak tapi bukan box office baru.”
“Lalu film apa?”
Agak malu pemilik hardisk ini berbisik ke telinga Nik. Yang dibisiki langsung berteriak keras.
“kalau begitu lagunya batal, kita ngopi filmnya saja.”
“Ya terserah. “
“Eh Dik, tapi kok di pinggirnya ada nama Chandra ditempel pakai selotip?”
“Sial!”
“Eh Dik mau dibawa kemana?”
Andika meraih hardisk eksternal lalu berlari keluar bergegas menyambar sepeda matic. Chandra adalah nama ayahnya, jadi alasan mengapa namanya tertera di hardisk adalah karena benda itu miliknya. Lalu dimana hardisk milik Andika?
“Halo Pak Chandra. File presentasinya corupt.”
“Tenang aku punya salinannya kok Lus.” Kata Chandra sambil melirik laptop dan hardisk di jok kiri.
“Ya sudah kalau begitu, nanti waktu presentasi HDD-nya Pak Chandra saja yang langsung disambung ke PC kantor biar kita dan suplier bisa lihat bareng keuntungan proposal perubahan kontrak.”
“Mudah-mudahan saja mereka setuju. Tiga puluh menit lagi sampai.”
“Ditunggu Pak.”
Apa yang terjadi umpama ayahnya tahu Andika menyimpan hampir satu tera aneka bo kep di hardisknya? Hebohnya pasti lebih dahsyat dibanding insiden videotron tahun lalu. Bisa jadi amarah Sang Bapak akan menyamai ledakan nuklir yang melahirkan monster raksasa sekelas godzila. Kalau cuma marah bentak-bentak sepuluh menit paling selesai. Yang dikhawatirkan Dika adalah buntut panjang setelahnya. Aneka sanksi mulai dicabutnya uang saku, laptop,ponsel sampai jam malam menanti dirinya. Belum lagi kalau dirinya selama liburan direhabilitasi ke rumah sang paman yang super galak. Liburan semester ini dipastikan menjadi neraka berkobar yang satu harinya serasa seribu tahun.
“Sial...Sial...Sial!” Maki dalam hati Andika ketika sepeda motornya tertahan di lampu merah. Padahal secepat mungkin ia harus menukar hardisk. Langgar saja! Hendak putar setang sekuat tenaga, apa daya motor tiba-tiba tak bersuara. Andika tak melihat kalau dari tadi jarum indikator bahan bakar sudah berada di sekitar titik E.
“Halo Mas Dika, saya dari ojek online, mau konfirmasi order.”
“Benar, saya yang pesan kalau bisa cepetan Pak. Urusan penting ini.”
“Saya sudah sampai di lokasi.”
“Saya yang pakai baju putih.”
Motor ojek online bergerak menuju kantor Pak Chandra. Mendekati monumen bundar tiba-tiba sepeda direm mendadak. Sekumpulan pria membawa bendera,papan dan spanduk bertuliskan tolak angkutan online tampak melakukan sweeping terhadap kendaraan yang lewat.
“Ojek online! Sopir ojek online!”
“Hajar Motornya!”
“Hei jangan lari!”
Sepeda berbelok, meliuk-liuk diantara gang-gang sempit. Sopir angkutan konvensional juga mengejar.
“Mas saya turun sini saja.”
“Sabar ya Mas Dika, sebentar lagi.”
Penuh percaya diri pengemudi angkutan online kabur ke konstruksi bangunan yang belum jadi. Disana sudah menunggu rekan-rekannya sesama pengendara dunia maya yang jumlahnya tak kalah banyak dengan sopir dan tukang ojek konvensional yang mengejarnya.
“Serbu!”
“Serbu juga!”
Kejar-mengejar berakhir dengan tawuran masal. Andika yang ketakutan berusah melarikan diri ke tingkat dua konstruksi gedung yang belum jadi.
“Eh jangan lari Lo!”
Dikira pengemudi online, anak semester 6 inipun dikejar. Tak ada pilihan lain, Andika hanya bisa berlari ke atas sambil sesekali menjatuhkan bambu,sak semen dan benda-benda terdekat untuk menjauhkan diri dari pengejarnya. Sesampainya di puncak ia memanjat crane dan loncat ke gedung sebelah layaknya film action. Dikuasai adrenalin ia turun ke tangga darurat lalu mengendarai lift menuju lantai satu. Namun apa daya baru lantai lima kotak besi itu diam tak bergerak lagi. Lampunya pun mati.
“Halo!Halo!” Telepon di dekat panel angka-pun tak berfungsi.
Tak ada jalan lain, dipanjatnya lift sampai ke atas kemudian dengan tali baja ia memnajat sampai menemukan pintu lift lantai 6 yang entah mengapa terbuka.
“Maaf Mas,liftnya hendak kami perbaiki. Mas tidak apa-apa?”
Kata petugas yang membukanya sembari menurunkan tali hendak turun ke lift yang rusak..
“Tidak.”
Andika berlari lagi dari koridor ke koridor, menuruni tangga hingga mencapai lantai satu. Kebetulan gedung ini berseberangan persis dengan menara bisnis tempat ayahnya berkantor. Cukup menyeberang jalan tanya ke resepsionis dan masuk ke kantor ayahnya di lantai satu.
“Yah, ini hardisknya tadi tertukar.”
“Ya taruh saja di situ. Aduh capek habis presentasi.”
“Presentasi?”
“Ya file di PC kantor corrupt untung aku punya salinan di laptop.”
Syukurlah. Kata Andika dalam hati dengan lega.
“Pulang dulu ya Yah!”
“OK nak!”
Andika keluar dari pintu. Pak Chandra menutupnya dari dalam lalu sambil celingak-celinguk ia mengambil HD eksternalnya sendiri dan menancapkan USB-nya ke colokan laptop. Semua isi-nya utuh, tidak ada indikasi waktu yang menunjukkan ada file yang dibuka hari ini. Pria setengah baya ini bernafas lega lalu mengklik folder amateur uncensored dan memainkan salah satu film yang tersimpan di dalamnya.
THE END
0
Kutip
Balas