- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
...
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):
And I know
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
There's nothing I can say
To change that part
But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak
I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead
- Famous Last Words by MCR -
JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA
Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha
Quote:
Spoiler for Special Thanks:
***
Spoiler for From Me:
Versi PDF Thread Sebelumnya:
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/05/02/9605475_201705020801290527.jpg)
Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini
Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7
#392
PART 6
Gema takbir yang melantun dari masjid-masjid di malam terakhir bulan ramadan tahun ini terdengar indah. Banyak kaum muslim & muslimah berbondong-bondong ke masjid ataupun muda-mudi yang ikut menabuh bedug untuk memeriahkan malam takbiran.
Gua dan keluarga sedang berada di rumah Nenek, hampir lengkap rasanya tahun ini. Ada keluarga Om Gua, Ayahanda, dan tentu saja Nenek. Hanya Ibu yang memang selalu tidak bisa hadir bercengkrama bersama kami sejak lama, dan tahun ini hingga selamanya pun sosoknya tidak akan bisa lagi berkumpul bersama kami, karena Tuhan sudah memanggil Beliau pulang lebih dulu.
...
Saat ini Nenek dan Tante Gua sedang memasak makanan untuk menu hari raya idul fitri, seperti kebanyakan masyarakat, menu daging yang di rendang, semur kecap, opor ayam, ketupat dan sayur lainnya untuk menambah varian masakan esok hari. Sedangkan Om Gua sedang mengajak anaknya main ke masjid, untuk melihat remaja masjid memukul bedug di malam takbiran ini. Lalu Gua dan Ayah berada di teras depan kamar, duduk bersebrangan di sofa.
"Yah, ini enggak terlalu berlebihan ?", ucap Gua sambil menatap sebuah buku ditangan.
Beliau meneguk sedikit kopi hitam panas yang berada digelas cangkirnya.
"Tanggungjawab ya A..", ucapnya seraya menaruh gelas cangkir kopi.
"Heum ?", Gua sedikit bingung.
"Tanggungjawab dengan apa yang kamu miliki sekarang..",
"Jangan salah gunakan pemberian orangtua dan gunakan sebaik-baiknya..",
"Berlebihan atau tidak itu relatif A",
"Ayah bekerja selama ini, meninggalkan kamu dan keluarga bertahun-tahun untuk kamu juga pada akhirnya..", lanjutnya.
"Iya Yah..",
"Tapi ini sih berlebihan Yah...", jawab Gua.
"Gini A..",
"Ayah bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kamu..",
"Kamu tau kesalahan Ayah apa ?", tanyanya kepada Gua.
Gua hanya mengerenyitkan kening lalu menggelengkan kepala kepada Beliau.
"Ayah tidak bisa menemani kamu melewati hari-hari kamu dari kecil hingga kamu sudah beranjak dewasa seperti sekarang, tanggungjawab Ayah yang seharusnya bisa mendampingi kamu, merawat kamu, dan membesarkan kamu ketika Alm. Ibu mu pergi malah digantikan oleh Nenek dan Kakek, lalu berganti ke Paman mu..",
"Ayah meminta maaf untuk itu semua..", jawabnya dengan senyum yang.. Entah Gua tidak tau senyum yang dimaksud oleh Beliau. Yang jelas kedua matanya sudah berkaca-kaca.
Dan Gua yang tidak pernah melihat Beliau seperti ini dari dahulu langsung membuat hati ini bergetar, napas Gua sesak, perasaan tulus permintaan maaf yang Beliau ucapkan langsung mengusik batin Gua. Dan syit, i'm crying.
Gua langsung bersimpuh dihadapan Beliau, membenamkan wajah ke pahanya. Isak tangis Gua semakin menjadi ketika kepala dan punggung Gua diusap lembut olehnya. Lalu ketika tangis Gua sudah mereda Beliau membantu mengangkat tubuh ini agar duduk disampingnya.
Laki menangis ? Cemen ? Banci ? Mental tempe ? Ha ha ha ha... Kata-kata itu enggak ngaruh buat Gua. Karena selama ini yang Gua tau, seorang lelaki selalu membohongi perasaannya, berdiri tegak seolah-olah menantang seisi dunia ini pun mereka sanggup, tapi ketika dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit soal rasa kasih sayang, baik itu keluarga maupun orang yang dicintai, hatinya pasti bergetar, menampik rasa sesal ataupun sedih sekuat tenaga agar airmata yang seharusnya keluar pun enggan membasahi wajah mereka. Dan Gua bukanlah lelaki seperti itu, Gua tidak sungkan untuk menunjukkan airmata ini tertumpah membasahi pipi Gua. Dan akhirnya, sebagai lelaki, tanyalah kedalam hati kalian kemudian jujurlah, berapa kali kalian menangis tanpa airmata karena menghadapi kerasnya hidup ?. Diam dan tersenyum...
...
Gua sudah lebih santai, perasaan yang selama ini terpendam telah keluar lewat ucapan maaf yang tulus dari Ayah kepada Gua anak semata wayangnya. Jujur, Gua memang menunggu momen seperti ini bertahun lamanya, ingin mendengar ucapan itu tulus dari hatinya. Dan malam takbiran tahun ini adalah momen yang Gua tunggu. Terimakasih ya Tuhan.
Kebahagiaan Gua semakin bertambah karena apa yang diberikan Beliau sangat berlebihan bagi anak seusia Gua. Buku sertifikat yang Gua pegang sebelumnya adalah sebuah investasi dari uang yang seharusnya menjadi biaya kuliah Gua dari beliau. Tapi uang yang Gua tabungkan dan dititipkan ke Nenek itu, satu minggu lalu dicairkan semuanya oleh Gua dan Beliau. Uangnya pun Beliau gunakan untuk membeli sebidang tanah ratusan meter di pinggir jalan protokol kota Gua. Tentunya pembelian investasi itu tidak cukup jika hanya menggunakan dana kuliah gua dari Beliau, maka Beliau pun mengeluarkan dana pribadinya lagi untuk menutupi kekurangannya. Maaf, ini sedikit info, yang Gua tau, yang namanya tanah dipinggir jalan dan jalan protokol itu pasti harganya gila-gilaan, dan karena alasan itu pula lah beliau membeli sebidang tanah disana, agar dikemudian hari bisa lebih tinggi lagi harganya jika dijual, lalu sehabis lebaran nanti sudah ada yang akan menyewa tanah tersebut, akan dibangun sebuah factory outlet. Dan dana sewa selama tiga tahun langsung masuk ke rekening baru Gua. Dana sewa yang membuat mata Gua terbelalak itu dipotong 30% untuk mengganti kekurangan modal dari Ayah. Padahal kalau dipikir-pikir semua dana modal kan memang dari Beliau. Tapi ya balik lagi, inilah yang Beliau berikan untuk anaknya.
"kamu ayah berikan modal awal agar bisa dikembangkan di kemudian hari, besar atau kecil bisnisnya yang utama dari semua itu adalah tanggungjawabnya A..",
"Bagi Ayah, ini bukan sekedar pemberian, dan tidak berlebihan A..",
"Karena masa yang tak bisa kembali lagi tak akan bisa Ayah beli dengan uang sebanyak apapun...",
"Masa itu, adalah masa dimana ayah seharusnya menjaga kamu..", jelasnya kepada Gua dengan tersenyum.
Ya, inilah apa yang Beliau berikan kepada Gua, benar apa yang diucapkannya, waktu bersama keluarga yang sudah terlewati tidak akan bisa dikembalikan bagaimanapun caranya, konteksnya adalah masa kecil bersama anak, yang seharusnya bisa mendampingi sang anak. But life's must go on... We living on present day, not the past time. And forgiveness is the best thing for him.
"A, kamu ngerokok ?", tanyanya lalu menghisap cerutu kuba nya.
"Heum ?",
"Eeuu... Ii.. Iya Yah...", jujur Gua takut juga nih soal ngerokok.
"Sejak kapan ?", tanyanya lagi sambil menghembuskan asap keatas.
"SMA Yah..", jawab Gua tanpa berani menatap matanya.
Sumpah, kalo inget momen ini Gua serasa diintrogasi oleh bos mafia. Gimana enggak, Beliau memakai setelan all-black, jas hitam dengan jeans hitam, sepatu pantofel kulit hitam, jam tangan hitam baru yang dia beli kemarin siang bersama Gua dan hanya kaos oblong putih sebagai penetralisir all-black outfitnya. Belum lagi rambutnya yang bergelombang panjang seleher dibelah tengah dibiarkan menjuntai ke sisi wajah kanan-kirinya, gaya rambut Nicholas Saputra ke kinian lah. Bedanya wajah Ayah Gua lebih macho, kumis sedikit tebal dan jenggot tipis ditambah wajahnya yang keras terlihat dari tulang rahangnya yang menonjol, kulitnya cokelat, tangan dan dadanya berbulu, manly banget, tampang penjahat banget dah. Sayang nya Gua lebih mirip ke Alm. Ibu, kurang macho, enggak ada tampang penjahat Gua ma, tapi tetep Tampanlah, terbukti dari sepak terjang Gua selama ini Gais. Gak usah protes!
"Mau coba cerutu ?", tawarnya kepada Gua.
"Enggak Yah..",
"Makasih..", jawab Gua sambil tertunduk.
"A, kamu boleh merokok, selama tidak dihadapan Ayah..",
"Ketika kamu sudah lulus kuliah dan bekerja, baru kamu boleh bebas merokok dihadapan keluarga sekalipun...",
"Saat ini, jangan coba-coba untuk merokok di depan ayah A.."., ucapnya penuh penekanan.
Gua hanya bisa menelan ludah mendengar warning darinya.
Setelah itu, obrolan kembali santai, pembahasan selanjutnya adalah, ehm.. Surprise lainnya yang Beliau berikan kemarin malam, membuat Gua merasakan berkah ramadan tahun ini sungguh besar. Walaupun barang bekas, second user, tetap saja Gua menitikkan airmata kemarin malam. Biar kata keluaran tahun 2000, sudah enam tahun yang lalu, tapi ini barang masih mulus, mesinnya masih jos gandos.
"Ingat, jangan main ugal-ugalan di jalan raya A", ucap Beliau lagi.
"Iya Yah..", jawab Gua.
"Tapi harus juga dibawa ke rpm tinggi..",
"Di jalan tol A",
"Karena namanya tipe sport memang untuk dipacu pada kecepatan yang seharusnya..",
"Kalau kamu bawa dalam keadaan pelan terus kasihan mesinnya..", jelas Beliau.
Gua hanya mengangguk cepat, maklum, belum ngerti mesin kan Gua ma.
Dan jangan salah Gais, barang baru untuk Gua tapi bekas pakai itu tidak gratis, Gua harus mencicilnya kepada Beliau lewat transfer Bank. Beliau memang membelinya secara kontan, tapi karena sekarang Beliau memberikan sebuah 'bisnis' yang sebelumnya Gua ceritakan diatas, maka uang hasil sewa tanah yang 70% milik Gua dipotong lagi sekian rupiah untuk membayar barang baru itu. Memang tidak semua, hanya 20% Beliau potong lagi untuk awal pembayaran, sisa 50% untuk tambahan biaya kuliah Gua, walaupun Beliau tau gua juga memiliki tabungan biaya kuliah lainnya yang alm. Ibu berikan bulan lalu lewat Nindi, tapi Beliau meminta Gua untuk tidak memakainya kecuali mendesak dan untuk keperluan kuliah lagi.
Kami berdua sekarang sedang berada di depan barang baru itu, di halaman rumah, melihat kembali interiornya, padahal kemarin malam pun sudah Gua lihat, tapi ya maklum, namanya barang baru, hawanya pingin cek n' ricek terus ya kan. Gatel sebenarnya pingin keluar jalan-jalan, tapi Ayah meminta Gua untuk stay sebentar sampai tamu Beliau datang. Gua tidak tau siapa tamu Beliau yang akan datang di malam takbiran ini. Apalagi setelan Beliau semi formal begitu, mungkin sahabat lamanya atau rekan bisnisnya, entahlah. Masih asyik di dalam si black (panggilan untuk barang baru, karena warnya full-black) Gua mendengar suara mesin mobil terparkir dan melihatnya berhenti tepat disamping si black. Ayah keluar duluan lalu...
"Assalamualaikum Mas...", ucap seorang wanita.
"Walaikumsalam..", jawab Ayahanda.
Gua masih berada di dalam si black, mencuri-curi pandang dari sini untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang. Dan cukup terkejut ketika seorang wanita itu mencium tangan Ayahanda.
"A, sini keluar dulu Nak...", panggil Beliau dari luar kepada Gua.
Gua pun keluar, dan... OH MY GOD!!! Siapaaa lagi iniiii ?!! Kiiillllsss... Sumpah cantik sekaleh ini Ukhti! Ukhti Veve lewat ini ma. Masih terpana dengan sosok Ukhti dewasa yang umurnya Gua taksir dibawah 25 tahun itu, Ayahanda mengagetkan Gua dengan menepak bahu Gua pelan, seolah-olah Kakak dan Adik, Beliau merangkulkan tangannya ke bahu Gua sambil mengajak bercanda sang Ukhti dewasa dihadapan kami berdua itu.
"Kenalin ini adik Mas...", ucap Ayahanda kepada Ukhti dewasa.
Jelaslah Gua kaget dan langsung menengok kearah Ayahanda.
"Assalamualaikum, aku Laras..", ucap sang Ukhti sambil memperkenalkan diri dengan kedua tangan mengatup.
Yap, cara berkenalan ala muslimah, Gua pun hanya mengatupkan kedua tangan sama seperi dirinya.
"Walaikumsalam, saya Reza Mba..",
"Anak Aaa....Aaww...", Gua meringis.
Ayahanda melirik kepada Gua sambil tersenyum, senyum jahat, seringai serigala.. Ampuuun Yaaah.. Cengkraman tangannya di pundak Gua benar-benar sakit Cuy! Heuuuu...!
Singkat cerita Mba Laras yang ternyata baru lulus kuliah dari Oxford university pernah berkenalan dengan Ayahanda di negeri sang Ratu Elizabeth dahulu, tentunya ketika Ayah masih bekerja disana 3 tahun lalu. Dan perkenalan itu berbuntut panjang hingga Mba Laras dan Ayah ada disini sekarang.
Kami sudah berkumpul di ruang tamu rumah Nenek bersama-sama. Ternyata memang nih Ayahanda the great seduceman, acara malam takbiran dibuatnya untuk memperkenalkan Mba Laras kepada Nenek dan keluarga. Muke gileeee... Gua bakal punya Ibu muda baru nih, bukan main Yah Yaah, turunkanlah ilmu mu Yah kepada Ananda.
Acara perkenalan yang santai nan penuh drama bagi Gua, gimana tidak, saat Nenek dan Ayahanda akhirnya memberitahukan bahwa Gua adalah anaknya, Mba Laras hanya tersenyum dan tekekeh lucu, duh Gua yang dikibulin ini ma. Mba Laras sudah tau dari awal bahwa Gua adalah anak Ayah, dan Gua rasa ini perempuan benar-benar niat jadi bagian keluarga.
Kemudian kami semua makan malam bersama dengan menu sederhana di ruang makan. Selesai makan, Gua diajak Ayahanda ke teras lagi, tapi kali ini bersama Om Gua. Sedangkan Mba Laras, Nenek dan Tante masih berada di meja makan.
"Gimana A ?",
"Cocok enggak ?", tanya Beliau kepada Gua.
"Cocok Yah cocok banget..",
"Sama aku maksudnya..", jawab Gua jahil.
"Hua ha ha ha ha...", Gua, dan Om pun ikut tertawa melihat wajah Ayahanda yang langsung misuh-misuh enggak jelas.
"Serius Kang mau nikahi gadis itu ?", tanya Om Gua kepada Ayah.
"Serius Aku..",
"Habis lebaran aku lamar dan nikahi dia secara agama dulu..",
"Kalau resepsi nyusul saja nantilah, waktunya enggak cukup",
"Aku harus berangkat lagi ke New Zealand...", jawab Ayah kepada Om Gua.
"Ya, aku sih mendukungmu Kang",
"Bilang saja apa yang diperlukan, biar aku dan istriku yang siapkan..", ucap Om Gua lagi.
"Iyalah, aku pasti butuh bantuanmu..",
"Enggak akan sungkan aku repotin adik sendiri ha ha ha ha...", balas Ayah meledek Om Gua.
"Hadeuuh.. Bapakmu tuh Za Zaa..",
"Kelakuannya bikin cape Om mu ini, dari dulu tuuh...", ucap Om Gua kepada Gua kali ini.
"Heh! malas kamu Kakaknya mau nikah dan minta tolong nih!", ucap Ayah sambil melotot kepada Om Gua.
"Enggak Kang, Enggak..",
"Mangga Kang, ari upami Abdi tiasa mantuan ma pasti di usahakeun...", jawab Om Gua dengan gesture sopan banget.
"Nah kitu atuh! Ulah nalaktak ka lanceuk te..",
"Ha ha ha ha ha...", tawa Ayah puas.
Haish, ngapa jadi ajang cengcengan gini antara kakak-adik seperguruan.. Om Gua yang notabene baju ijo malah jiper ama mafia lintas negara. Ha ha ha ha.
Lain cerita kali ini, ada sedikit wejangan lainnya soal wanita. Dan ini yang gua tunggu-tunggu dari jaman majapahit. Oh Ayahanda turunklah ajian Empu Asmara kepada Ananda. Huehehehe..
"Wow...",
"Serius Yah ?", tanya Gua setelah terpana dengan ucapan Ayah kepada Gua.
"Kamu buktiin sendiri..",
"Tapi ingat.. Jangan main-main kepada wanita baik-baik A", ucap Beliau.
"Okeh..", jawab Gua tersenyum lebar.
Hati Gua berbunga-bunga di malam takbiran ini, benar-benar The Great Night Ever... Roda kehidupan Gua sedang diatas sekarang. 'Bisnis', tabungan, si black di halaman rumah dan status single memang anugrah. Hingga di lain waktu Gua pun pasti berada pada roda kehidupan dengan posisi dibawah, bahkan terlepas dari pakeumnya.
...
Malam ini, Gua ingin jalan-jalan bersama si black, tentunya setelah Ayahanda mengizinkan Gua keluar, karena acara perkenalan Mba Laras sudah selesai. So it's show time beibeh... Nona Ukhti ataupun Mba Yu sudah mudik. Dan hanya satu wanita spesial yang sedang bermuram durja di kamarnya. Sedih hati ini mendengar curhatnya di telpon tadi.
Tanpa babibubebo, Gua pun berangkat ke istananya. Laksana seorang Arjuna yang berniat menghibur Sang Srikandi, panah asmara pun sudah Gua persiapkan dibalik punggung.
Jangan lupa, bekal Ajian Empu Asmara yang baru saja diturunkan Ayahanda kepada Ananda sudah terpatri diotak ini.
Sekarang, Gua masuki ruang kemudi Toyoto Celica dua pintu ini dengan warna full-black. Suara raumannya membahana halaman rumah, lampu sudah menyala ciamik, dengan hati yang mantap, Gua pacu si Black keluar rumah...
.
.
.
.
.
Tunggu Aa Eza datang ke istana mu Sayang... Huahahahahaha...
Gua dan keluarga sedang berada di rumah Nenek, hampir lengkap rasanya tahun ini. Ada keluarga Om Gua, Ayahanda, dan tentu saja Nenek. Hanya Ibu yang memang selalu tidak bisa hadir bercengkrama bersama kami sejak lama, dan tahun ini hingga selamanya pun sosoknya tidak akan bisa lagi berkumpul bersama kami, karena Tuhan sudah memanggil Beliau pulang lebih dulu.
...
Saat ini Nenek dan Tante Gua sedang memasak makanan untuk menu hari raya idul fitri, seperti kebanyakan masyarakat, menu daging yang di rendang, semur kecap, opor ayam, ketupat dan sayur lainnya untuk menambah varian masakan esok hari. Sedangkan Om Gua sedang mengajak anaknya main ke masjid, untuk melihat remaja masjid memukul bedug di malam takbiran ini. Lalu Gua dan Ayah berada di teras depan kamar, duduk bersebrangan di sofa.
"Yah, ini enggak terlalu berlebihan ?", ucap Gua sambil menatap sebuah buku ditangan.
Beliau meneguk sedikit kopi hitam panas yang berada digelas cangkirnya.
"Tanggungjawab ya A..", ucapnya seraya menaruh gelas cangkir kopi.
"Heum ?", Gua sedikit bingung.
"Tanggungjawab dengan apa yang kamu miliki sekarang..",
"Jangan salah gunakan pemberian orangtua dan gunakan sebaik-baiknya..",
"Berlebihan atau tidak itu relatif A",
"Ayah bekerja selama ini, meninggalkan kamu dan keluarga bertahun-tahun untuk kamu juga pada akhirnya..", lanjutnya.
"Iya Yah..",
"Tapi ini sih berlebihan Yah...", jawab Gua.
"Gini A..",
"Ayah bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kamu..",
"Kamu tau kesalahan Ayah apa ?", tanyanya kepada Gua.
Gua hanya mengerenyitkan kening lalu menggelengkan kepala kepada Beliau.
"Ayah tidak bisa menemani kamu melewati hari-hari kamu dari kecil hingga kamu sudah beranjak dewasa seperti sekarang, tanggungjawab Ayah yang seharusnya bisa mendampingi kamu, merawat kamu, dan membesarkan kamu ketika Alm. Ibu mu pergi malah digantikan oleh Nenek dan Kakek, lalu berganti ke Paman mu..",
"Ayah meminta maaf untuk itu semua..", jawabnya dengan senyum yang.. Entah Gua tidak tau senyum yang dimaksud oleh Beliau. Yang jelas kedua matanya sudah berkaca-kaca.
Dan Gua yang tidak pernah melihat Beliau seperti ini dari dahulu langsung membuat hati ini bergetar, napas Gua sesak, perasaan tulus permintaan maaf yang Beliau ucapkan langsung mengusik batin Gua. Dan syit, i'm crying.
Gua langsung bersimpuh dihadapan Beliau, membenamkan wajah ke pahanya. Isak tangis Gua semakin menjadi ketika kepala dan punggung Gua diusap lembut olehnya. Lalu ketika tangis Gua sudah mereda Beliau membantu mengangkat tubuh ini agar duduk disampingnya.
Laki menangis ? Cemen ? Banci ? Mental tempe ? Ha ha ha ha... Kata-kata itu enggak ngaruh buat Gua. Karena selama ini yang Gua tau, seorang lelaki selalu membohongi perasaannya, berdiri tegak seolah-olah menantang seisi dunia ini pun mereka sanggup, tapi ketika dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit soal rasa kasih sayang, baik itu keluarga maupun orang yang dicintai, hatinya pasti bergetar, menampik rasa sesal ataupun sedih sekuat tenaga agar airmata yang seharusnya keluar pun enggan membasahi wajah mereka. Dan Gua bukanlah lelaki seperti itu, Gua tidak sungkan untuk menunjukkan airmata ini tertumpah membasahi pipi Gua. Dan akhirnya, sebagai lelaki, tanyalah kedalam hati kalian kemudian jujurlah, berapa kali kalian menangis tanpa airmata karena menghadapi kerasnya hidup ?. Diam dan tersenyum...
...
Gua sudah lebih santai, perasaan yang selama ini terpendam telah keluar lewat ucapan maaf yang tulus dari Ayah kepada Gua anak semata wayangnya. Jujur, Gua memang menunggu momen seperti ini bertahun lamanya, ingin mendengar ucapan itu tulus dari hatinya. Dan malam takbiran tahun ini adalah momen yang Gua tunggu. Terimakasih ya Tuhan.
Kebahagiaan Gua semakin bertambah karena apa yang diberikan Beliau sangat berlebihan bagi anak seusia Gua. Buku sertifikat yang Gua pegang sebelumnya adalah sebuah investasi dari uang yang seharusnya menjadi biaya kuliah Gua dari beliau. Tapi uang yang Gua tabungkan dan dititipkan ke Nenek itu, satu minggu lalu dicairkan semuanya oleh Gua dan Beliau. Uangnya pun Beliau gunakan untuk membeli sebidang tanah ratusan meter di pinggir jalan protokol kota Gua. Tentunya pembelian investasi itu tidak cukup jika hanya menggunakan dana kuliah gua dari Beliau, maka Beliau pun mengeluarkan dana pribadinya lagi untuk menutupi kekurangannya. Maaf, ini sedikit info, yang Gua tau, yang namanya tanah dipinggir jalan dan jalan protokol itu pasti harganya gila-gilaan, dan karena alasan itu pula lah beliau membeli sebidang tanah disana, agar dikemudian hari bisa lebih tinggi lagi harganya jika dijual, lalu sehabis lebaran nanti sudah ada yang akan menyewa tanah tersebut, akan dibangun sebuah factory outlet. Dan dana sewa selama tiga tahun langsung masuk ke rekening baru Gua. Dana sewa yang membuat mata Gua terbelalak itu dipotong 30% untuk mengganti kekurangan modal dari Ayah. Padahal kalau dipikir-pikir semua dana modal kan memang dari Beliau. Tapi ya balik lagi, inilah yang Beliau berikan untuk anaknya.
"kamu ayah berikan modal awal agar bisa dikembangkan di kemudian hari, besar atau kecil bisnisnya yang utama dari semua itu adalah tanggungjawabnya A..",
"Bagi Ayah, ini bukan sekedar pemberian, dan tidak berlebihan A..",
"Karena masa yang tak bisa kembali lagi tak akan bisa Ayah beli dengan uang sebanyak apapun...",
"Masa itu, adalah masa dimana ayah seharusnya menjaga kamu..", jelasnya kepada Gua dengan tersenyum.
Ya, inilah apa yang Beliau berikan kepada Gua, benar apa yang diucapkannya, waktu bersama keluarga yang sudah terlewati tidak akan bisa dikembalikan bagaimanapun caranya, konteksnya adalah masa kecil bersama anak, yang seharusnya bisa mendampingi sang anak. But life's must go on... We living on present day, not the past time. And forgiveness is the best thing for him.
"A, kamu ngerokok ?", tanyanya lalu menghisap cerutu kuba nya.
"Heum ?",
"Eeuu... Ii.. Iya Yah...", jujur Gua takut juga nih soal ngerokok.
"Sejak kapan ?", tanyanya lagi sambil menghembuskan asap keatas.
"SMA Yah..", jawab Gua tanpa berani menatap matanya.
Sumpah, kalo inget momen ini Gua serasa diintrogasi oleh bos mafia. Gimana enggak, Beliau memakai setelan all-black, jas hitam dengan jeans hitam, sepatu pantofel kulit hitam, jam tangan hitam baru yang dia beli kemarin siang bersama Gua dan hanya kaos oblong putih sebagai penetralisir all-black outfitnya. Belum lagi rambutnya yang bergelombang panjang seleher dibelah tengah dibiarkan menjuntai ke sisi wajah kanan-kirinya, gaya rambut Nicholas Saputra ke kinian lah. Bedanya wajah Ayah Gua lebih macho, kumis sedikit tebal dan jenggot tipis ditambah wajahnya yang keras terlihat dari tulang rahangnya yang menonjol, kulitnya cokelat, tangan dan dadanya berbulu, manly banget, tampang penjahat banget dah. Sayang nya Gua lebih mirip ke Alm. Ibu, kurang macho, enggak ada tampang penjahat Gua ma, tapi tetep Tampanlah, terbukti dari sepak terjang Gua selama ini Gais. Gak usah protes!
"Mau coba cerutu ?", tawarnya kepada Gua.
"Enggak Yah..",
"Makasih..", jawab Gua sambil tertunduk.
"A, kamu boleh merokok, selama tidak dihadapan Ayah..",
"Ketika kamu sudah lulus kuliah dan bekerja, baru kamu boleh bebas merokok dihadapan keluarga sekalipun...",
"Saat ini, jangan coba-coba untuk merokok di depan ayah A.."., ucapnya penuh penekanan.
Gua hanya bisa menelan ludah mendengar warning darinya.
Setelah itu, obrolan kembali santai, pembahasan selanjutnya adalah, ehm.. Surprise lainnya yang Beliau berikan kemarin malam, membuat Gua merasakan berkah ramadan tahun ini sungguh besar. Walaupun barang bekas, second user, tetap saja Gua menitikkan airmata kemarin malam. Biar kata keluaran tahun 2000, sudah enam tahun yang lalu, tapi ini barang masih mulus, mesinnya masih jos gandos.
"Ingat, jangan main ugal-ugalan di jalan raya A", ucap Beliau lagi.
"Iya Yah..", jawab Gua.
"Tapi harus juga dibawa ke rpm tinggi..",
"Di jalan tol A",
"Karena namanya tipe sport memang untuk dipacu pada kecepatan yang seharusnya..",
"Kalau kamu bawa dalam keadaan pelan terus kasihan mesinnya..", jelas Beliau.
Gua hanya mengangguk cepat, maklum, belum ngerti mesin kan Gua ma.
Dan jangan salah Gais, barang baru untuk Gua tapi bekas pakai itu tidak gratis, Gua harus mencicilnya kepada Beliau lewat transfer Bank. Beliau memang membelinya secara kontan, tapi karena sekarang Beliau memberikan sebuah 'bisnis' yang sebelumnya Gua ceritakan diatas, maka uang hasil sewa tanah yang 70% milik Gua dipotong lagi sekian rupiah untuk membayar barang baru itu. Memang tidak semua, hanya 20% Beliau potong lagi untuk awal pembayaran, sisa 50% untuk tambahan biaya kuliah Gua, walaupun Beliau tau gua juga memiliki tabungan biaya kuliah lainnya yang alm. Ibu berikan bulan lalu lewat Nindi, tapi Beliau meminta Gua untuk tidak memakainya kecuali mendesak dan untuk keperluan kuliah lagi.
Kami berdua sekarang sedang berada di depan barang baru itu, di halaman rumah, melihat kembali interiornya, padahal kemarin malam pun sudah Gua lihat, tapi ya maklum, namanya barang baru, hawanya pingin cek n' ricek terus ya kan. Gatel sebenarnya pingin keluar jalan-jalan, tapi Ayah meminta Gua untuk stay sebentar sampai tamu Beliau datang. Gua tidak tau siapa tamu Beliau yang akan datang di malam takbiran ini. Apalagi setelan Beliau semi formal begitu, mungkin sahabat lamanya atau rekan bisnisnya, entahlah. Masih asyik di dalam si black (panggilan untuk barang baru, karena warnya full-black) Gua mendengar suara mesin mobil terparkir dan melihatnya berhenti tepat disamping si black. Ayah keluar duluan lalu...
"Assalamualaikum Mas...", ucap seorang wanita.
"Walaikumsalam..", jawab Ayahanda.
Gua masih berada di dalam si black, mencuri-curi pandang dari sini untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang. Dan cukup terkejut ketika seorang wanita itu mencium tangan Ayahanda.
"A, sini keluar dulu Nak...", panggil Beliau dari luar kepada Gua.
Gua pun keluar, dan... OH MY GOD!!! Siapaaa lagi iniiii ?!! Kiiillllsss... Sumpah cantik sekaleh ini Ukhti! Ukhti Veve lewat ini ma. Masih terpana dengan sosok Ukhti dewasa yang umurnya Gua taksir dibawah 25 tahun itu, Ayahanda mengagetkan Gua dengan menepak bahu Gua pelan, seolah-olah Kakak dan Adik, Beliau merangkulkan tangannya ke bahu Gua sambil mengajak bercanda sang Ukhti dewasa dihadapan kami berdua itu.
"Kenalin ini adik Mas...", ucap Ayahanda kepada Ukhti dewasa.
Jelaslah Gua kaget dan langsung menengok kearah Ayahanda.
"Assalamualaikum, aku Laras..", ucap sang Ukhti sambil memperkenalkan diri dengan kedua tangan mengatup.
Yap, cara berkenalan ala muslimah, Gua pun hanya mengatupkan kedua tangan sama seperi dirinya.
"Walaikumsalam, saya Reza Mba..",
"Anak Aaa....Aaww...", Gua meringis.
Ayahanda melirik kepada Gua sambil tersenyum, senyum jahat, seringai serigala.. Ampuuun Yaaah.. Cengkraman tangannya di pundak Gua benar-benar sakit Cuy! Heuuuu...!
Singkat cerita Mba Laras yang ternyata baru lulus kuliah dari Oxford university pernah berkenalan dengan Ayahanda di negeri sang Ratu Elizabeth dahulu, tentunya ketika Ayah masih bekerja disana 3 tahun lalu. Dan perkenalan itu berbuntut panjang hingga Mba Laras dan Ayah ada disini sekarang.
Kami sudah berkumpul di ruang tamu rumah Nenek bersama-sama. Ternyata memang nih Ayahanda the great seduceman, acara malam takbiran dibuatnya untuk memperkenalkan Mba Laras kepada Nenek dan keluarga. Muke gileeee... Gua bakal punya Ibu muda baru nih, bukan main Yah Yaah, turunkanlah ilmu mu Yah kepada Ananda.
Acara perkenalan yang santai nan penuh drama bagi Gua, gimana tidak, saat Nenek dan Ayahanda akhirnya memberitahukan bahwa Gua adalah anaknya, Mba Laras hanya tersenyum dan tekekeh lucu, duh Gua yang dikibulin ini ma. Mba Laras sudah tau dari awal bahwa Gua adalah anak Ayah, dan Gua rasa ini perempuan benar-benar niat jadi bagian keluarga.
Kemudian kami semua makan malam bersama dengan menu sederhana di ruang makan. Selesai makan, Gua diajak Ayahanda ke teras lagi, tapi kali ini bersama Om Gua. Sedangkan Mba Laras, Nenek dan Tante masih berada di meja makan.
"Gimana A ?",
"Cocok enggak ?", tanya Beliau kepada Gua.
"Cocok Yah cocok banget..",
"Sama aku maksudnya..", jawab Gua jahil.
"Hua ha ha ha ha...", Gua, dan Om pun ikut tertawa melihat wajah Ayahanda yang langsung misuh-misuh enggak jelas.
"Serius Kang mau nikahi gadis itu ?", tanya Om Gua kepada Ayah.
"Serius Aku..",
"Habis lebaran aku lamar dan nikahi dia secara agama dulu..",
"Kalau resepsi nyusul saja nantilah, waktunya enggak cukup",
"Aku harus berangkat lagi ke New Zealand...", jawab Ayah kepada Om Gua.
"Ya, aku sih mendukungmu Kang",
"Bilang saja apa yang diperlukan, biar aku dan istriku yang siapkan..", ucap Om Gua lagi.
"Iyalah, aku pasti butuh bantuanmu..",
"Enggak akan sungkan aku repotin adik sendiri ha ha ha ha...", balas Ayah meledek Om Gua.
"Hadeuuh.. Bapakmu tuh Za Zaa..",
"Kelakuannya bikin cape Om mu ini, dari dulu tuuh...", ucap Om Gua kepada Gua kali ini.
"Heh! malas kamu Kakaknya mau nikah dan minta tolong nih!", ucap Ayah sambil melotot kepada Om Gua.
"Enggak Kang, Enggak..",
"Mangga Kang, ari upami Abdi tiasa mantuan ma pasti di usahakeun...", jawab Om Gua dengan gesture sopan banget.
"Nah kitu atuh! Ulah nalaktak ka lanceuk te..",
"Ha ha ha ha ha...", tawa Ayah puas.
Haish, ngapa jadi ajang cengcengan gini antara kakak-adik seperguruan.. Om Gua yang notabene baju ijo malah jiper ama mafia lintas negara. Ha ha ha ha.
Lain cerita kali ini, ada sedikit wejangan lainnya soal wanita. Dan ini yang gua tunggu-tunggu dari jaman majapahit. Oh Ayahanda turunklah ajian Empu Asmara kepada Ananda. Huehehehe..
"Wow...",
"Serius Yah ?", tanya Gua setelah terpana dengan ucapan Ayah kepada Gua.
"Kamu buktiin sendiri..",
"Tapi ingat.. Jangan main-main kepada wanita baik-baik A", ucap Beliau.
"Okeh..", jawab Gua tersenyum lebar.
Hati Gua berbunga-bunga di malam takbiran ini, benar-benar The Great Night Ever... Roda kehidupan Gua sedang diatas sekarang. 'Bisnis', tabungan, si black di halaman rumah dan status single memang anugrah. Hingga di lain waktu Gua pun pasti berada pada roda kehidupan dengan posisi dibawah, bahkan terlepas dari pakeumnya.
...
Malam ini, Gua ingin jalan-jalan bersama si black, tentunya setelah Ayahanda mengizinkan Gua keluar, karena acara perkenalan Mba Laras sudah selesai. So it's show time beibeh... Nona Ukhti ataupun Mba Yu sudah mudik. Dan hanya satu wanita spesial yang sedang bermuram durja di kamarnya. Sedih hati ini mendengar curhatnya di telpon tadi.
Tanpa babibubebo, Gua pun berangkat ke istananya. Laksana seorang Arjuna yang berniat menghibur Sang Srikandi, panah asmara pun sudah Gua persiapkan dibalik punggung.
Jangan lupa, bekal Ajian Empu Asmara yang baru saja diturunkan Ayahanda kepada Ananda sudah terpatri diotak ini.
Sekarang, Gua masuki ruang kemudi Toyoto Celica dua pintu ini dengan warna full-black. Suara raumannya membahana halaman rumah, lampu sudah menyala ciamik, dengan hati yang mantap, Gua pacu si Black keluar rumah...
.
.
.
.
.
Tunggu Aa Eza datang ke istana mu Sayang... Huahahahahaha...
Diubah oleh glitch.7 22-03-2017 23:21
fatqurr memberi reputasi
3
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/18/9605475_20170318104940.jpg)
![[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)](https://s.kaskus.id/images/2017/03/19/9605475_20170319120710.jpg)



love u too bun...ahaha..

). 
(Jangan lupa tempura seminggu sekali ya Yah) 
