Kaskus

Story

bunbun.orenzAvatar border
TS
bunbun.orenz
[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)
Spoiler for Credit Cover (THANK YOU SO MUCH):


And I know
There's nothing I can say
To change that part

But can I speak?
Well is it hard understanding
I'm incomplete
A life that's so demanding
I get so weak
A love that's so demanding
I can't speak

I see you lying next to me
With words I thought I'd never speak
Awake and unafraid
Asleep or dead



- Famous Last Words by MCR -


JAGALAH SOPAN-SANTUN ANDA DALAM BERKOMENTAR, KARENA 90% TOKOH DISINI IKUT MEMBACA


Masa ini adalah lanjutan dari sebuah Masa yang Paling Indahyang dituangkan oleh suami ku tercinta Agatha


Quote:


Spoiler for Special Thanks:


***



Spoiler for From Me:


Versi PDF Thread Sebelumnya:

MyPI PDF

Credit thanks to Agan njum26



[TAMAT] L.I.E (LOVE in ELEGY)

Foto diatas hanyalah sebagai ilustrasi tokoh dalam cerita ini


Quote:
Polling
0 suara
SIAPAKAH YANG AKAN MENJADI NYONYA AGATHA ?
Diubah oleh bunbun.orenz 04-07-2017 12:31
drakenssAvatar border
snf0989Avatar border
ugalugalihAvatar border
ugalugalih dan 27 lainnya memberi reputasi
26
1.5M
7.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
glitch.7Avatar border
glitch.7
#217
PART 3



Hari ini gua sudah kembali berada di kampus, mengikuti matkul b.inggris. Gua hanya menatap layar proyektor dibawah sana tanpa mengerti apa yang sedang diterangkan oleh dosen. Bukan karena gua tidak paham, tapi pikiran gua hanya tertuju kepada kejadian tadi malam.

Vera memang tipe perempuan setia. Nyaris, nyaris saja dia ingin pindah kuliah ke jakarta demi ingin selalu bersama gua. Tapi untungnya omongan gua yang mengandalkan logika bisa dia terima. Dan tadi malam, gua kembali membuatnya menangis di dalam mobilnya. Sedih dan kasihan melihatnya selalu gua buat menangis, sedangkan perasaan sayangnya kepada gua sudah sedemikian besarnya.

Ve, andai saja dulu aku tidak dekat dengan Olla diawal sekolah. Mungkin saja kamu yang akan menjadi kekasih ku setelah Wulan. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tinggal diberih kecap asin dan lada bubuk, jangan lupa kerupuknya, soo... nikmati hidangannya. Nikmati saja apa yang sudah terjadi. Karena ujungnya pun kamu tau kan Ve, bagaimana akhir dari perjalanan cinta ini ?.

Skip ke waktu gua pulang kuliah, karena yang namanya perkuliahan di bulan puasa tidak jauh dari rasa kantuk yang menyerang, lalu sukses membuat gua kembali bobo ganteng di dalam kelas.

"Za..", sapa Veronica ketika gua melintasi taman kampus.

"Hai Vo..",
"Mau pulang juga ?", tanya gua kepada Vero.

Btw, gua sengaja memanggil Vero menjadi Vo agar tidak salah sebut dengan Ve alias Vera.

"Iya, kamu udah mulai ada praktikum belum Za ?", tanyanya lagi ketika kami sudah berjalan berdampingan.

"Belum Vo",
"Katanya nanti sih, sehabis lebaran..", jawab gua.

Lalu, suara yang sudah gua kenal menyapa telinga gua dari arah belakang.

"Za..",
"Mau pulang ?", tanya Kinan ketika gua sudah menoleh kebelakang.

"Eh Kak Kinan..",
"Iya Kak, mau langsung pulang nih..", jawab gua.

"Ya udah yu bareng aku aja..",
"Duluan ya Voo...", ucap Kinan.

Ucapan Kinan itu langsung membuat Vero melongo, karena Kinan mengajak gua pulang bareng sambil mengaitkan lengan kanannya ke lengan kiri gua. Otomatis gua seperti ditarik pelan oleh Kinan, dan kami berdua sudah meninggalkan Vero yang sempat tersenyum kepada gua ketika gua sudah berjalan beberapa langkah darinya.

Kinan mengajak gua ke apartemennya seperti kemarin, untuk bersantai ria dan istirahat. Tapi sayangnya hari ini gua sudah ada janji dengan Sang Ukhti. Vera edisi ramadan. Hehehe...

"Kamu mau bukber sama siapa emangnya ?", tanya Kinan ketika kami sudah setengah perjalanan kearah stasiun.

"Sama Vera..", jawab gua.

"Hah ?!",
"VERO ?!", teriaknya sambil menginjak pedal rem secara mendadak.

Gilbert nih cewek satu! Gila beraaattt!!! Maen rem mendadak aja tengah jalan! Untung sepi kendaraan lain! Kalau enggak, bisa-bisa jadi kadal terbang gua keluar mobil mecahin kaca, dan terhempas kesana-kemari terus... Wooi woii woiii udah lebaynya. Cape deh!. Okeh sorry.

"Ngapain kamu janjian sama dia ?!",
"Kok bisa sih ?!",
"Baru juga kenal kemarin kan ?!",
"Kamu tuh kegenitaaann...", ucapnya kesal sambil...

"Aawwwww....",
"Aw.. aw... aawww..",
"Udah, udah ampun..",
"Aku gak janjian sama Vero!",
"Tapi V - E - R - A !!", ucap gua akhirnya menjelaskan dengan benar. Kalo enggak, abis pinggang gua dipelintir oleh cubitan jarinya.

"Ooh..",
"Eh ?!",
"Kok Vera ?!",
"Teman sekelas kamu itu ?",
"Waktu kelas satu dan dua di SMA ?", tanyanya lagi.

"Iyoooiii... He he he...".

Cemberut lagi, bete lagi, kesel lagi, ngambeuk lagi... Gitu aja terus Kak. Hadeuh. Konsekuensi suka sama aku ya gini keles. Ppffttt...

Ya akhirnya gua sudah berada di dalam krl setelah berdebat sedikit dengan Kinanti di mobilnya tadi. Tapi kan Kinanti harus sadar diri juga, dia tidak berhak melarang gua dekat dengan siapapun. Bukan gua menampik perasaannya, tapi saat ini gua perlu... Ehm... Lebih tepatnya butuh sih, butuh Ukhti VeVe.

Secepat laju krl, cerita pun gua skip disaat gua sudah berdua lagi bersama Sang Ukhti dirumahnya. Gua tidak pulang dulu kerumah, dari stasiun kota gua, langsung gua pacu si Kiddo ke arah rumah Ve.

"Ezaaa...", ucapnya dengan raut wajah bahagia.

"Hai Ve...",
"Maaf ganggu ya...", ucap gua.

"Iiihhh...",
"Kamu..",
"Kamuu kok ganteng banget sih Za pakai seragam kuliah ini...", ucapnya yang masih terpesona dengan penampilan 'ngehe' gua ini.

"Vee..",
"Udah ah, berlebihan kamu niih...", balas gua yang aneh melihat tingkahnya.

"Iihh, beneran tauu..",
"Ganteng dan cocok banget kamu rapih kayak gini...",
"Aku makin suka deh sama kamu..", ucapnya sambil memutar tubuh gua kekanan-kekiri, depan-belakang.

"Veee..",
"Udah ooiii...", gua mulai risih.

"Aaahh.. diem ah!",
"Eh iya, bentar-bentar...", ucapnya lalu berlari masuk kedalam rumah.

Yoi, gua masih berada diteras rumahnya, depan pintu masuknya, kagak disuruh masuk dulu lagi, bener-bener ajib ini Ukhti satu.

Ve kembali ke teras menghampiri gua dengan sebuah kamera saku ditangannya. Lalu, bak seorang fotografer, Ve meng-capture gua sebagai modelnya. Entah berapa banyak foto gua yang dia simpan pada kameranya, yang jelas gua sampai lelah berdiri dan bergaya sesuai permintaannya. Ampun deh.

...

"Tuh, gantengkan Za ?", ucapnya sambil menunjukkan hasil karyanya dilayar kamera.

"Iya aja deh biar cepet..", jawab gua datar.

"Iiih... Dasar...",
"Eh, nanti kita kesananya pakai mobil aku aja ya, berangkat jam berapa enaknya Za ?", tanyanya kemudian.

"Eeuummm...", gua berpikir sejenak.
"Setengah lima aja kali ya",
"Biar sebelum maghrib udah sampe disana..", jawab gua pada akhirnya.

Begitulah sedikit obrolan kami di siang menjelang sore ini disofa ruang tamu rumahnya. Tidak lama kemudian dering telpon dari hpnya berbunyi. Vera mengobrol seperti malam kemarin dengan Ibundanya via telpon. Sepertinya bakal lama dirinya berbicara ditelpon, gua pindah ke sofa sebrang untuk mengambil posisi tiduran. Mata gua sudah tidak bisa diajak kompromi untuk menahan kantuk yang menyerang ini. Dan gua pun terlelap...

...

Gua terbangun ketika sebuah usapan lembut pada punggung tangan ini kian cepat gerakannya, gua buka mata perlahan dan ternyata sang Ukhti sedang tersenyum manis menatap wajah gua.

"Bangun Za..",
"Udah jam empat..", ucapnya lembut dengan tetap tersenyum.

Gua pun bangun perlahan, kembali duduk, lalu menyenderkan punggung ke bahu sofa. Mata gua kerjapkan beberapa kali agar terbiasa dengan cahaya pada ruang tamu rumahnya ini. Tidak lama kemudian, gua izin ke kamar mandinya untuk mencuci muka dan berganti pakaian.

Gua memang sengaja hari ini membawa pakaian ganti dari rumah. Karena awalnya gua pikir kami berdua akan langsung pergi ketika gua sudah pulang kuliah, ternyata ada perubahan rencana. Kalau tau ginikan gua bisa pulang kerumah dulu dan gak perlu repot-repot bawa pakaian ke kampus tadi pagi.
Gua memakai polo shirt hitam dengan celana long-jeans yang warnanya seragam dengan polo shirt gua. Minusnya satu, gua hanya memakai sandal hotel yang tipis, karena sepatu kuliah gua kan tipe pantofel, jadi enggak mecing rasanya kalau gua pakai lagi itu sepatu resmi untuk jalan bareng Ve.

Beres ganti pakaian, gua kembali ke ruang tamunya. Ternyata disitu sudah ada seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah Papahnya Ve, sepertinya baru pulang kerja.

"Assalamualaikum Om..", sapa gua sambil menghampirinya.

"Walaikumsalam..", jawabnya sambil menengok kearah gua
"Heum ?",
"Kamu siapa ya ?", tanyanya bingung melihat gua.

"Saya teman sekolahnya Vera Om waktu di SMA..", jawab gua lalu mengulurkan tangan.

Setelah tangan gua disambut oleh Papahnya Vera, gua pun mencium tangannya. Lalu duduk di depannya.

"Sebentar..",
"Hmmm...", Papahnya Ve mencoba mengingat-ingat,
"Aaah.. Kamu yang dulu bertemu saya dulu disini juga ya ?",
"Siapa nama kamu ?", tanyanya kemudian.

"Reza Om..",
"Panggilan saya Eza..", jawab gua sambil tersenyum.

"Oh iya, Eza...",
"Apa kabar kamu ?"

"Alhamdulilah baik Om",
"Om sendiri sepertinya sehat ya Om ?".

"Yaa alhamdulilah, beginilah..",
"Kuliah dimana kamu sekarang ?",
"Atau langsung kerja ?", tanyanya lagi.

Lalu gua pun menceritakan kalau gua kuliah disebuah STP di Ibu kota. Hanya obrolan santai antara gua dan Papahnya Ve soal perkuliahan dan jurusan yang gua ambil. Tidak lama kemudian Vera keluar dari kamarnya dengan pakaian gamis beserta hijab yang berbeda dengan malam kemarin, kali ini model hijabnya lebih modis dan modern. Lalu Ve duduk disebelah Papahnya.

"Ooh, di daerah selatan...",
"Mau jadi apa kira-kira setelah lulus nanti ?", tanya Papahnya lagi.

"Saya belum tau kalau mau ambil jurusan yang lebih spesifiknya Om, karena ini baru semester awal..",
"Biasanya di semester tiga nanti baru akan diberi pilihan bidang yang akan ditekuni saat praktek kerja lapangnya Om...", jawab gua menerangkan.

"Ooh, jadi sekarang belum pasti ya lulus akan jadi tukang angkut barang atau bersih-bersih kamar..", ucap Papahnya Ve.

Gua mulai paham arah pembicaraan ini. Ve yang berada disamping Papahnya itu langsung kaget mendengar ucapan beliau. Lalu Ve mendengus pelan.

"Yaa, realistis saja ya Nak Eza..",
"Orangtua manapun di dunia ini pasti ingin memberikan yang terbaik untuk putra atau putri mereka tooh ?",
"Begitupun dengan saya..",
"Vera saya kuliahkan di kampus terbaik kota ini dan dia mengambil fakultas Fema..",
"Yang pada akhirnya saya berharap Vera bisa menjadi salah satu ahli gizi terbaik di negara ini..",
"Nah Sekarang, saya juga berharap Vera bisa mendapatkan pendamping hidup yang sepadan dengan dirinya nanti...", panjang lebar Papahnya Ve menjelaskan maksud ucapannya itu.

Gua hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapannya. Lalu gua lihat Vera yang tadinya menunduk langsung melirik kearah gua dengan wajah yang sendu.

"Ngomong-ngomong, kamu kesini masih bawa motor berisik mu itu ya ?",
"Belum punya kendaraan roda empat juga Nak ?", ucap Papahnya.

"PAPAH!!",
"Apaan sih ngomongnya kok gitu ?!".

Vera kali ini tidak bisa menahan emosinya, wajahnya langsung menatap sang Papah dengan mata yang tajam.

Gua kembali tersenyum, dalam hati dan otak gua, ini kejadian serupa tapi tak sama. Dejavu sedikitlah. Dulu waktu gua masih kelas dua SMA memang pernah main kerumah Vera, dan pertanyaan terakhir tadi pertama kalinya dilontarkan oleh Papahnya Vera kepada gua. Sekarang ? Again. Harus ya Om punya mobil untuk deketin anak Om ? Apa besok gua beli tank baja sekalian nih. Biar lebih aman jalan bareng anak sampean.

Kemudian Papahnya bangkit dari sofa, tersenyum kepada gua.

"Nak Eza",
"Mainlah kesini ketika kamu sudah sukses nanti ya, itu pun kalau Vera belum ada yang meminang",
"Saya ke kamar dulu yaa..",
"Jangan lupa bersabar, lagi puasa tooh ?"
"Hehehe...", ucap Papahnya Ve dan berlalu kedalam kamarnya.

"Okeee Oom..", jawab gua santai sambil tersenyum.

Vera langsung pindah, duduk disamping gua dan memegang bahu kiri gua, tangan satunya mengusap punggung gua.

"Za..",
"Maafin Papah ya..", ucap Vera dengan nada suara yang lirih.

"Ya elah Ve, santai aja...",
"Kayak baru pertama kali aja aku diginiin sama Papah mu...",
"Ha ha ha ha...", jawab gua.

Vera hendak memeluk gua, tapi gua tahan kedua bahunya.

"Eeitss..",
"Puasa Neng, Puasaa..",
"Jangan doong, nanti Aa batal nih, ha ha ha ha...", ucap gua.
...
"Ve, hey..",
"Jangan nangis ah...", ucap gua lagi setelah melihat kedua bola matanya berkaca-kaca.

"Maafin aku ya Za...", ucapnya lirih.

"Enggak perlu kamu minta maaf, enggak apa-apa kok..",
"Santai aja kaya di pantai", jawab gua sambil tersenyum lebar.

Alhamdulilah airmatanya tidak jadi menetes, lalu kami berdua keluar ruang tamu, kali ini kami duduk diteras rumahnya. Sedikit mengobrol soal libur kuliahnya saat ini. Vera menceritakan kegiatannya kalau dia banyak mengisi waktu liburnya dengan mengikuti pengajian mingguan bersama teman-teman kampusnya.

Pukul setengah lima sore kami bersiap untuk berangkat keluar, tapi ketika kami akan pamit kepada Papahnya..

"Oh, mau buka bersama..",
"Hmm..",
"Gini Sayang, Papahkan jarang pulang awal seperti hari ini, jadi Papah juga ingin buka puasa dengan kamu sayang..",
"Gimana kalau kita makan di restoran xxx.. Papah jamin cita rasa makanannya enak dan berkualitas..", ucap Papahnya.

"Hmmm..",
"Gimana Za ?", tanya Vera bingung sambil melirik kearah gua.

"Eh ?",
"Aku ma terserah aja, ha ha ha...", jawab gua.

"Loooch...",
"Maksud Papah kita berdua sayang..",
"Kita kan jarang buka puasa bareng toh..", potong Papahnya Vera.

"Pah, aku udah janji duluan sama Eza!",
"Aku gak enak kalo main batalin aja..",
"Lagian Papah juga kenapa tiba-tiba gini sih! Apa Papah pernah ajak aku buka bersama diluar tahun lalu ?!"
"Papah minta aku makan berdua sama Papah biar aku gak jadi jalan sama Eza kan ?!",
"Pikiran Papah tuh picik ?!!", ucap Vera yang kembali emosi.

"Ve!",
"Enggak boleh gitu Ve..", potong gua kali ini kepada Vera. "Om maaf kalau saya ganggu, dan saya enggak tau kalau Om juga mau ajak Vera makan berdua",
"Kalau gitu saya pamit dulu Om, sekali lagi maaf kalau kehadiran saya mengganggu keluarga Om..", lanjut gua kepada Papahnya Vera.

"Za..", ucap Vera dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Ve, maaf ya, betul kata Papah kamu, beliau udah lama loch gak ajak kamu buka puasa berdua..",
"Sama aku kan gampang, bisa atur waktu lagi nanti..",
"Udah ya aku pamit dulu..", ucap gua kepada Vera.

"Ya betul kata Eza",
"Dan nanti kalian berdua bisa atur waktu lagi untuk buka bersama berdua toh..",
"Yaaa... atur waktunya di bulan puasa beberapa tahun kedepan ya Nak Eza, kalau kamu sudah sukses...",
"Ya sudah hati-hati dijalan ya Nak..", ucap Papahnya lagi.

"PAPAH TEGA!!!", teriak Vera.

Dengan airmata yang berderai, Vera berlari masuk kedalam rumah, dan gua mendengar suara bantingan pintu dari teras ini, mungkin dari kamarnya.

Diubah oleh glitch.7 21-03-2017 12:03
jenggalasunyi
JabLai cOY
JabLai cOY dan jenggalasunyi memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.