- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#2933
Loose
Kling kling.
Suara bel pintu yang menandakan pintu terbuka itu berbunyi, seorang wanita menghampiri gw, sambil tatapannya memandang kebawah untuk memilih kue yang ada di display tepat di depan gw ini. Wanita itu pun tersenyum lalu menunjukkan telunjuknya kearah salah satu kue yang ada di display, gw langsung mengambil kue yang ditunjuknya, lalu memasukkannya kedalam kotak, ditambah dengan bungkus dan memberikan kue itu kepadanya. Ia langsung mengambil beberapa lembar uang rubel dan memberi isyarat bahwa gw dapat mengambil kembaliannya. Bel pintu itu pun berbunyi lagi seiring dengan wanita itu yang berjalan keluar. Gw tetap berdiri di posisi gw yang sedari tadi tidak berubah sama sekali. Sampai sebuah tangan dingin dan halus menepuk pipi gw.
‘Boo. Melamun mulu.’ Ucap Valli berdiri di sebelah kanan gw
‘Mmmm.’ Jawab ge sekenanya
‘Kamu bosen ya?’ tanya dia sambil memiringkan kepalanya ke arah gw. Gw bisa melihat jelas matanya yang terang itu
‘Bosen? Nah~ cuman nahan nafsu untuk gak mencuri potong demi potong kue kue yang ada di depan gw ini.’ jawab gw sambil melihat ke arah kue coklat yang di display dibawah gw ini.
‘Hahahaha. Kacian pacalku lapal. Mau yang mana? Biar aku potongin sini.’
‘Hm? Sayangnya gw cuman bawa kartu metro aja kesini. Jadi, no thanks.’ Jawab gw dengan penuh penyesalan mengingat dompet gw yang tertinggal tepat di depan pc gw.
‘Kamu ini, siapa yang suruh bayar coba? Hmm pasti yang coklat deh kamu dari tadi lirik lirik mulu hahaha.’
‘Ha? no no no. Gw gak mau kalau gitu.’
‘Kenapa coba? Biasanya kamu seneng ditraktir.’ Jawab dia menyindir gw sambil tersenyum licik.
‘Ditraktir, ya ditraktir, tapi ini kan dagangan lo Valli.’
‘Jadi? Ini toko aku juga, bebas lah.’
‘Tapi, tapi kan ini untuk diju-‘ kata kata gw terhenti ketika Valli langsung mengambil kue coklat di display itu, lalu menaruhnya di atasnya.
‘Aku gak tau kalau kamu Di, tapi menurutku bisnis bukan selalu hanya tentang profit, apalagi untuk orang yang kita cintai.’ Ucap Valli sambil memotong kue itu lalu menyuguhkannya kedepan mulut gw. Tanpa ragu, gw langsung melahap suapan Valli itu.
‘Mmm~ thanks mmm.’
‘Hahahaha. Eh ngomong ngomong kalau kamu disini, terus Sya ngapain?’
‘Sya? Hmm.. Oh ya dia jalan sama mr.Bushido.’
‘Hey. Kamu gak boleh ganggu orang di hari libur buat nemenin Sya jalan jalan tau!’ tegur Valli
‘Ganggu apanya? Orang mr.Bushido yang minta kok.’
‘Hm? Minta buat apa??’ tanya Valli
‘Hmm.. rahasia, urusan orang ga boleh disebar sebar’
‘ck. Ga seru kamu ih.’
Gw hanya tersenyum melihat geliat Valli. Kejadian seperti ini, dimana gw menjaga toko Valli selama weekend, sudah menjadi kebiasaan gw sejak Valli jadi pacar gw. Dia lebih suka menikmati waktu bersama seperti ini daripada berjalan menghabiskan waktu di tempat ramai. Karena hari sabtu ini adalah hari libur, jadi arus pengunjung toko sangatlah ramai, hal yang pantas mengingat betapa lezatnya kue kue yang dibuat Valli ini.
Toko sudah mulai ramai, membuat gw dan Valli semakin sibuk, gw dengan melayani pembeli, dan Valli melakukan spesialisasinya, membuat kue. Dua jam berlalu sejak peak hour tadi, kondisi toko sekarang sangatlah sepi, tidak ada satupun pembeli yang makan disini, membuat gw bisa duduk rileks menikmati waktu kosong ini. Belum sepuluh menit waktu berlalu, tiba tiba suara berat seorang pria terdengar memanggil pelayan, lebih spesifiknya itu gw, karena gw adalah pelayan satu satunya hari ini.
‘Permisi’ ucap lelaki itu. Membuat gw refleks langsung berdiri dan mencari sumber suara itu. Terlihat seorang lelaki sekitar umur 30an, berambut tipis, hitam, klimis, dengan mata yang hitam, dan mengenakan kemeja putih bergaris. Gw menghentikan analysis berlebihan yang dilakukan otak gw ini didetik berikutnya, melihat orang itu hanyalah ‘just another customer’ di toko ini. Reaksi berlebihan gw tadi adalah hasil dari keterkejutan gw, karena gw tidak mendengar sama sekali ada orang masuk ataupun keluar di toko ini, hell bahkan suara langkah kaki pun tidak ada! Seolah orang yang duduk disana itu tiba tiba muncul begitu saja.
Sebagai pelayan yang baik gw langsung sigap keluar dari booth gw dan menghampiri lelaki itu.
‘Maafkan saya atas keterlambatan pelayanan saya pak. Sudah memilih pesanan yang akan dipesan?’ ucap gw
‘Hahaha tidak apa apa, saya mengerti. Hmm. Saya memilih Strawbery Cheese Cake small ini.’ pesan orang itu
‘Minumannya?’
‘Hmm. Ooh! Coklat hangat pasti nikmat sekali.’
‘Ok. 1 small strawberry cheese cake, dan 1 hot chocolate. Adalagi?’
‘Yes. Itu saja.’
‘Oke. Pesanan akan sampai sekitar 5 menit ya pak.’ Ucap gw sembari berbalik untuk menuju dapur, atau itu lah niat gw tadi sampai orang itu berbicar lagi
‘Oh ya. Hati hati dengan air panas ya. Karena air panas akan membakar lidahmu.’ Ucap orang itu lalu membuka sebuah buku kecil dan membacanya. Gw pun melanjutkan langkah gw dengan bingung, mungkin orang itu stress dengan pekerjaannya sehingga ngelantur dalam berbicara.
‘Hey wanita cantik, satu hot chocolate ya.’ Ucap gw ke Valli yang sedang membuat sesuatu di dapur ini.
‘Waah pas sekali aku baru buat hot chocolate nih.’ Ujar Valli sambil menunjuk ke dua gelas chocolate panas itu.
‘Dua?’
‘Buat kamu dan aku tadinya. Tuh bawa satu gih, aku mau buat satu lagi.’
‘Yang ini buat gw kan? Gw minum ya?’ ucap gw langsung mengangkat secangkir chocolate itu
‘Eh tunggu-‘ cegat Valli namun terlambat karena air sudah sampai ke mulut gw.
‘Bweeeeh. Agggh panass Vallii.’ Keluh gw kesakitan sambil menjulurkan lidah gw yang serasa terbakar ini.
‘Gak sabaran sih, anak nakal dasar kamu. Hahaha’ Tawa Valli.
‘Hoah hoah hoah’ usaha gw untuk menghilangkan rasa terbakar di mulut gw
‘Yaudah kamu anterin dulu aja pesanan orang dulu, nanti kamu balik udah dinginan kok pasti.’ Ucap Valli
‘Owkehh’ jawab gw sambil mengambil pesanan orang itu dan beranjak dari dapur dan mengambil pesanan kue yang dipesan orang itu, lalu menghampirinya. Terlihat dia masih terlarut dalam bacaannya itu.
‘Satu small strawberry cheese cake dan satu hot chocolate.’ Ucap gw sambil menaruh pesanannya di mejanya.
‘Hmmmm. Terima kasih.’ Ucap orang itu sambil mendekatkan kursinya ke meja makannya.
Gw pun kembali ke counter gw untuk duduk dan menunggu seperti layaknya seorang pelayan toko seharusnya. Setengah jam berlalu orang itu, terlihat beranjak dari meja makannya dan menuju ke arah gw. Tentu saja dia datang untuk membayar pesanannya bukan untuk meminta nocan gw. Tanpa basa basi gw langsung memproses bill nya dan orang itu pun dengan cepat membayar pesanannya dan keluar dari toko ini.
Hari pun berlanjut waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, dimana sudah waktunya toko ini tutup. Gw pun berjalan mengitari bangunan ini dari lantai atas sampai ke lantai bawah, memeriksa kembali apakah pintu dan jendela sudah terkunci rapat, lalu berjalan menuju pintu keluar sesudah memastikan semua keamanan yang ada. Gw melihat ke arah langit hitam diatas sambil menghirup nafas segar, lalu gw menoleh ke arah Valli yang sedang melambaikan tangan kepada temannya yang sudah jalan lebih dulu ke arah stasiun.
‘Dadaaaah~ ‘ ucap Valli ke arah temannya yang sudah berjalan lebih dahulu
‘Haaah. Selesai juga hari ini.’ ucap gw sambil meregangkan badan
‘Terima kasih ya untuk hari ini.’
‘Sama sama. Hmm. Hati hati dijalan ya. Gw balik dulu.’ Ucap gw sambil mengacak acak rambutnya
‘Tunggu dulu.’ Ucap Valli tiba tiba menahan tangan gw yang sedang mengusap kepalanya
‘Hm?’
‘Mau mampir ke rumah?’ tanya Valli yang lebih tepatnya seperi sebuah ajakan dari sebuah pertanyaan
‘Ha? tapi gw harus masak makan malam buat Sya.’
‘Hihihi Sya ga akan pulang hari ini. Dia masih di kota bersama Bushido, dan sepertinya akan sampai larut malam. Jadi, dia lebih milih nginap di apartment nya Bushido.’
‘Dan kabar ini lo tau dari mana?’
‘Dari Sya langsung, nih sms nya. Lagian kamu gak bawa HP sih ada ada aja’ Jawab valli menunjukan layar HP nya
‘Well kalo gitu gw bebas. Yuk balik.’ Ucap gw jalan duluan
‘Asyik’
Gw langsung berjalan ke arah apartment Valli. Didalam perjalanan pun Valli tak henti hentinya berbicara tentang apapun, sedikit aneh, mengingat kalau Valli di kampus lebih cenderung hemat dalam berbicara. Setengah jam kemudian kami pun sudah sampai di dalam apartment Valli.
‘Ah~ sampai juga~ dingin dingin gini enaknya mandi air hangat. Kamu mau?’
‘Hm? Kalau ditawarin boleh.’
‘Oh kalau ditawarin mau ya? Kalau gitu aku tawarin mandi berdua mau gak?’ ucap Valli dengan tampang menggoda
‘Mandi berdua doang kan? Boleh boleh.’
‘Ha? kok mau aja sih?’
‘Lah lo sendiri yang ngajak bu’
‘Ya, ragu dikit gitu kek. Atau malu malu dulu gitu, ah kamu mah ga seru huh.’ Keluh Valli
‘Oke oke. Coba ulang lagi.’
‘Ehm. Di~ mau mandi berdua gak sama aku?’
‘Eh?! EH?! Ka- kamu apaan sih masa mandi berdua??’ jawab gw berakting
‘Iya. Berdua, kita bisa memandikan satu sama lain. Jadi?’ jawab Valli dengan nada manja
‘Ta- tapi kan..’
‘Tapi...?’
‘Hanya noob yang mandi cuman berdua. Threesome atau gak sama sekali.’ Ucap gw sambil mengangkat Hp gw. mengisyaratkan kalau gw mau menelpon seseorang.
‘ADIIIIIII” Valli yang kesal langsung melemparkan sebuah bantal kemuka gw, lalu langsung ke kamar mandi diikuti dengan suara kuncian pintu.
‘Hahahahaha. Loh? Kok dikunci? Katanya mau mandi berdua?’
‘Bodo ah!’ jawab Valli di dalam kamar mandi
Gw langsung tertawa lagi mendengar ucapan kesal Valli itu. Valli sudah melakukan berbagai cara untuk menggoda gw, dan membuat gw malu oleh ucapannya, tapi semua yang dia lakukan tidak pernah berhasil, malah dialah yang berbalik malu, dan kesal oleh respons gw. Untuk menunggu giliran gw yang pastinya akan mamakan waktu minimal satu jam, karena, Wanita dan kamar mandi punya hubungan spesial.
Gw memutuskan untuk ke dapur Valli dan merogoh satu saset lemon tea dan membuatnya. Gw menaruh gelas dingin lemon tea itu tepat di meja, yang letaknya tepat di depan posisi gw yang menduduki sofa ini. Gw menyalakan Tv untuk mencari acara yang dapat membunuh waktu yang kosong ini. Entah sudah berapa lama gw terlarut di acara Tv ini, membuat gw merasakan betapa keringnya tenggorokan gw, tangan gw refleks ke depan untuk mengambil gelas lemon tea itu, namun tidak berhasil, lebih tepatnya gelas lemon tea itu tidak ada di depan gw. Pandangan gw pun teralih dari Tv ke meja depan untuk mencari kemana gelas itu, sampai gw menemukan gelas itu ternyata ada di sisi kiri meja yang berhadapan dengan sofa yang lain, dan gelas itu kosong.
Gw yakin sekali kalau gw menaruh gelas gw tepat di depan gw, dan belum meminum isinya satu teguk pun. Gw terdiam sejenak, berpikir. Lalu gw tersadar, dan terkekeh. Beranjak dari posisi duduk gw dan menuju dapur untuk membuat lemon tea lagi, kali ini, dua gelas lemon tea.
‘Kalau mau juga, tinggal minta saja ke gw.’ ucap gw sambil mengaduk lemon tea di depan gw ini
Suara bel pintu yang menandakan pintu terbuka itu berbunyi, seorang wanita menghampiri gw, sambil tatapannya memandang kebawah untuk memilih kue yang ada di display tepat di depan gw ini. Wanita itu pun tersenyum lalu menunjukkan telunjuknya kearah salah satu kue yang ada di display, gw langsung mengambil kue yang ditunjuknya, lalu memasukkannya kedalam kotak, ditambah dengan bungkus dan memberikan kue itu kepadanya. Ia langsung mengambil beberapa lembar uang rubel dan memberi isyarat bahwa gw dapat mengambil kembaliannya. Bel pintu itu pun berbunyi lagi seiring dengan wanita itu yang berjalan keluar. Gw tetap berdiri di posisi gw yang sedari tadi tidak berubah sama sekali. Sampai sebuah tangan dingin dan halus menepuk pipi gw.
‘Boo. Melamun mulu.’ Ucap Valli berdiri di sebelah kanan gw
‘Mmmm.’ Jawab ge sekenanya
‘Kamu bosen ya?’ tanya dia sambil memiringkan kepalanya ke arah gw. Gw bisa melihat jelas matanya yang terang itu
‘Bosen? Nah~ cuman nahan nafsu untuk gak mencuri potong demi potong kue kue yang ada di depan gw ini.’ jawab gw sambil melihat ke arah kue coklat yang di display dibawah gw ini.
‘Hahahaha. Kacian pacalku lapal. Mau yang mana? Biar aku potongin sini.’
‘Hm? Sayangnya gw cuman bawa kartu metro aja kesini. Jadi, no thanks.’ Jawab gw dengan penuh penyesalan mengingat dompet gw yang tertinggal tepat di depan pc gw.
‘Kamu ini, siapa yang suruh bayar coba? Hmm pasti yang coklat deh kamu dari tadi lirik lirik mulu hahaha.’
‘Ha? no no no. Gw gak mau kalau gitu.’
‘Kenapa coba? Biasanya kamu seneng ditraktir.’ Jawab dia menyindir gw sambil tersenyum licik.
‘Ditraktir, ya ditraktir, tapi ini kan dagangan lo Valli.’
‘Jadi? Ini toko aku juga, bebas lah.’
‘Tapi, tapi kan ini untuk diju-‘ kata kata gw terhenti ketika Valli langsung mengambil kue coklat di display itu, lalu menaruhnya di atasnya.
‘Aku gak tau kalau kamu Di, tapi menurutku bisnis bukan selalu hanya tentang profit, apalagi untuk orang yang kita cintai.’ Ucap Valli sambil memotong kue itu lalu menyuguhkannya kedepan mulut gw. Tanpa ragu, gw langsung melahap suapan Valli itu.
‘Mmm~ thanks mmm.’
‘Hahahaha. Eh ngomong ngomong kalau kamu disini, terus Sya ngapain?’
‘Sya? Hmm.. Oh ya dia jalan sama mr.Bushido.’
‘Hey. Kamu gak boleh ganggu orang di hari libur buat nemenin Sya jalan jalan tau!’ tegur Valli
‘Ganggu apanya? Orang mr.Bushido yang minta kok.’
‘Hm? Minta buat apa??’ tanya Valli
‘Hmm.. rahasia, urusan orang ga boleh disebar sebar’
‘ck. Ga seru kamu ih.’
Gw hanya tersenyum melihat geliat Valli. Kejadian seperti ini, dimana gw menjaga toko Valli selama weekend, sudah menjadi kebiasaan gw sejak Valli jadi pacar gw. Dia lebih suka menikmati waktu bersama seperti ini daripada berjalan menghabiskan waktu di tempat ramai. Karena hari sabtu ini adalah hari libur, jadi arus pengunjung toko sangatlah ramai, hal yang pantas mengingat betapa lezatnya kue kue yang dibuat Valli ini.
Toko sudah mulai ramai, membuat gw dan Valli semakin sibuk, gw dengan melayani pembeli, dan Valli melakukan spesialisasinya, membuat kue. Dua jam berlalu sejak peak hour tadi, kondisi toko sekarang sangatlah sepi, tidak ada satupun pembeli yang makan disini, membuat gw bisa duduk rileks menikmati waktu kosong ini. Belum sepuluh menit waktu berlalu, tiba tiba suara berat seorang pria terdengar memanggil pelayan, lebih spesifiknya itu gw, karena gw adalah pelayan satu satunya hari ini.
‘Permisi’ ucap lelaki itu. Membuat gw refleks langsung berdiri dan mencari sumber suara itu. Terlihat seorang lelaki sekitar umur 30an, berambut tipis, hitam, klimis, dengan mata yang hitam, dan mengenakan kemeja putih bergaris. Gw menghentikan analysis berlebihan yang dilakukan otak gw ini didetik berikutnya, melihat orang itu hanyalah ‘just another customer’ di toko ini. Reaksi berlebihan gw tadi adalah hasil dari keterkejutan gw, karena gw tidak mendengar sama sekali ada orang masuk ataupun keluar di toko ini, hell bahkan suara langkah kaki pun tidak ada! Seolah orang yang duduk disana itu tiba tiba muncul begitu saja.
Sebagai pelayan yang baik gw langsung sigap keluar dari booth gw dan menghampiri lelaki itu.
‘Maafkan saya atas keterlambatan pelayanan saya pak. Sudah memilih pesanan yang akan dipesan?’ ucap gw
‘Hahaha tidak apa apa, saya mengerti. Hmm. Saya memilih Strawbery Cheese Cake small ini.’ pesan orang itu
‘Minumannya?’
‘Hmm. Ooh! Coklat hangat pasti nikmat sekali.’
‘Ok. 1 small strawberry cheese cake, dan 1 hot chocolate. Adalagi?’
‘Yes. Itu saja.’
‘Oke. Pesanan akan sampai sekitar 5 menit ya pak.’ Ucap gw sembari berbalik untuk menuju dapur, atau itu lah niat gw tadi sampai orang itu berbicar lagi
‘Oh ya. Hati hati dengan air panas ya. Karena air panas akan membakar lidahmu.’ Ucap orang itu lalu membuka sebuah buku kecil dan membacanya. Gw pun melanjutkan langkah gw dengan bingung, mungkin orang itu stress dengan pekerjaannya sehingga ngelantur dalam berbicara.
‘Hey wanita cantik, satu hot chocolate ya.’ Ucap gw ke Valli yang sedang membuat sesuatu di dapur ini.
‘Waah pas sekali aku baru buat hot chocolate nih.’ Ujar Valli sambil menunjuk ke dua gelas chocolate panas itu.
‘Dua?’
‘Buat kamu dan aku tadinya. Tuh bawa satu gih, aku mau buat satu lagi.’
‘Yang ini buat gw kan? Gw minum ya?’ ucap gw langsung mengangkat secangkir chocolate itu
‘Eh tunggu-‘ cegat Valli namun terlambat karena air sudah sampai ke mulut gw.
‘Bweeeeh. Agggh panass Vallii.’ Keluh gw kesakitan sambil menjulurkan lidah gw yang serasa terbakar ini.
‘Gak sabaran sih, anak nakal dasar kamu. Hahaha’ Tawa Valli.
‘Hoah hoah hoah’ usaha gw untuk menghilangkan rasa terbakar di mulut gw
‘Yaudah kamu anterin dulu aja pesanan orang dulu, nanti kamu balik udah dinginan kok pasti.’ Ucap Valli
‘Owkehh’ jawab gw sambil mengambil pesanan orang itu dan beranjak dari dapur dan mengambil pesanan kue yang dipesan orang itu, lalu menghampirinya. Terlihat dia masih terlarut dalam bacaannya itu.
‘Satu small strawberry cheese cake dan satu hot chocolate.’ Ucap gw sambil menaruh pesanannya di mejanya.
‘Hmmmm. Terima kasih.’ Ucap orang itu sambil mendekatkan kursinya ke meja makannya.
Gw pun kembali ke counter gw untuk duduk dan menunggu seperti layaknya seorang pelayan toko seharusnya. Setengah jam berlalu orang itu, terlihat beranjak dari meja makannya dan menuju ke arah gw. Tentu saja dia datang untuk membayar pesanannya bukan untuk meminta nocan gw. Tanpa basa basi gw langsung memproses bill nya dan orang itu pun dengan cepat membayar pesanannya dan keluar dari toko ini.
Hari pun berlanjut waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, dimana sudah waktunya toko ini tutup. Gw pun berjalan mengitari bangunan ini dari lantai atas sampai ke lantai bawah, memeriksa kembali apakah pintu dan jendela sudah terkunci rapat, lalu berjalan menuju pintu keluar sesudah memastikan semua keamanan yang ada. Gw melihat ke arah langit hitam diatas sambil menghirup nafas segar, lalu gw menoleh ke arah Valli yang sedang melambaikan tangan kepada temannya yang sudah jalan lebih dulu ke arah stasiun.
‘Dadaaaah~ ‘ ucap Valli ke arah temannya yang sudah berjalan lebih dahulu
‘Haaah. Selesai juga hari ini.’ ucap gw sambil meregangkan badan
‘Terima kasih ya untuk hari ini.’
‘Sama sama. Hmm. Hati hati dijalan ya. Gw balik dulu.’ Ucap gw sambil mengacak acak rambutnya
‘Tunggu dulu.’ Ucap Valli tiba tiba menahan tangan gw yang sedang mengusap kepalanya
‘Hm?’
‘Mau mampir ke rumah?’ tanya Valli yang lebih tepatnya seperi sebuah ajakan dari sebuah pertanyaan
‘Ha? tapi gw harus masak makan malam buat Sya.’
‘Hihihi Sya ga akan pulang hari ini. Dia masih di kota bersama Bushido, dan sepertinya akan sampai larut malam. Jadi, dia lebih milih nginap di apartment nya Bushido.’
‘Dan kabar ini lo tau dari mana?’
‘Dari Sya langsung, nih sms nya. Lagian kamu gak bawa HP sih ada ada aja’ Jawab valli menunjukan layar HP nya
‘Well kalo gitu gw bebas. Yuk balik.’ Ucap gw jalan duluan
‘Asyik’
Gw langsung berjalan ke arah apartment Valli. Didalam perjalanan pun Valli tak henti hentinya berbicara tentang apapun, sedikit aneh, mengingat kalau Valli di kampus lebih cenderung hemat dalam berbicara. Setengah jam kemudian kami pun sudah sampai di dalam apartment Valli.
‘Ah~ sampai juga~ dingin dingin gini enaknya mandi air hangat. Kamu mau?’
‘Hm? Kalau ditawarin boleh.’
‘Oh kalau ditawarin mau ya? Kalau gitu aku tawarin mandi berdua mau gak?’ ucap Valli dengan tampang menggoda
‘Mandi berdua doang kan? Boleh boleh.’
‘Ha? kok mau aja sih?’
‘Lah lo sendiri yang ngajak bu’
‘Ya, ragu dikit gitu kek. Atau malu malu dulu gitu, ah kamu mah ga seru huh.’ Keluh Valli
‘Oke oke. Coba ulang lagi.’
‘Ehm. Di~ mau mandi berdua gak sama aku?’
‘Eh?! EH?! Ka- kamu apaan sih masa mandi berdua??’ jawab gw berakting
‘Iya. Berdua, kita bisa memandikan satu sama lain. Jadi?’ jawab Valli dengan nada manja
‘Ta- tapi kan..’
‘Tapi...?’
‘Hanya noob yang mandi cuman berdua. Threesome atau gak sama sekali.’ Ucap gw sambil mengangkat Hp gw. mengisyaratkan kalau gw mau menelpon seseorang.
‘ADIIIIIII” Valli yang kesal langsung melemparkan sebuah bantal kemuka gw, lalu langsung ke kamar mandi diikuti dengan suara kuncian pintu.
‘Hahahahaha. Loh? Kok dikunci? Katanya mau mandi berdua?’
‘Bodo ah!’ jawab Valli di dalam kamar mandi
Gw langsung tertawa lagi mendengar ucapan kesal Valli itu. Valli sudah melakukan berbagai cara untuk menggoda gw, dan membuat gw malu oleh ucapannya, tapi semua yang dia lakukan tidak pernah berhasil, malah dialah yang berbalik malu, dan kesal oleh respons gw. Untuk menunggu giliran gw yang pastinya akan mamakan waktu minimal satu jam, karena, Wanita dan kamar mandi punya hubungan spesial.
Gw memutuskan untuk ke dapur Valli dan merogoh satu saset lemon tea dan membuatnya. Gw menaruh gelas dingin lemon tea itu tepat di meja, yang letaknya tepat di depan posisi gw yang menduduki sofa ini. Gw menyalakan Tv untuk mencari acara yang dapat membunuh waktu yang kosong ini. Entah sudah berapa lama gw terlarut di acara Tv ini, membuat gw merasakan betapa keringnya tenggorokan gw, tangan gw refleks ke depan untuk mengambil gelas lemon tea itu, namun tidak berhasil, lebih tepatnya gelas lemon tea itu tidak ada di depan gw. Pandangan gw pun teralih dari Tv ke meja depan untuk mencari kemana gelas itu, sampai gw menemukan gelas itu ternyata ada di sisi kiri meja yang berhadapan dengan sofa yang lain, dan gelas itu kosong.
Gw yakin sekali kalau gw menaruh gelas gw tepat di depan gw, dan belum meminum isinya satu teguk pun. Gw terdiam sejenak, berpikir. Lalu gw tersadar, dan terkekeh. Beranjak dari posisi duduk gw dan menuju dapur untuk membuat lemon tea lagi, kali ini, dua gelas lemon tea.
‘Kalau mau juga, tinggal minta saja ke gw.’ ucap gw sambil mengaduk lemon tea di depan gw ini
junti27 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
