- Beranda
- Stories from the Heart
Cahaya Dalam Kelam
...
TS
taucolama
Cahaya Dalam Kelam
Sebelum membaca mohon diperhatikan:
1. Cerita ini fiksi bila ada kejadian yg sama dengan kehidupan nyata anggap saja kebetulan. Atau kejadian nyata yang udah dirubah kedalam cerita.
2. Jangan kepo tentang ane dan tokoh tokoh dalam cerita. Nikmati aja jalan ceritanya.
3. Update diusahakan secepatnya. Jangan protes kalo updatenya sedikit. Yang penting diusahakan sampe tamat.
Prolog
Namaku Cahya. Asli dari kota kecil di Jawa Barat. Aku merantau ke kota setelah tamat SMU. Maklum ortuku hanya petani dengan penghasilan pas pasan sehingga tak mampu membiayai kuliah. Aku merantau kekota pun gara gara sakit hati diputuskan oleh Nala pacarku yang memilih lelaki lain.
Aku dimasukkan kerja di toko pakaian disalah satu mall dikota oleh sepupuku Irene (salah satu tokoh di cerita Gelap Tak Selamanya Kelam). Aku bekerja serabutan dari membantu dirumah pemilik toko sebut saja pak Budi dan beres dirumah, lanjut ke Toko Pakaian. Aku sendiri kost di dekat rumah pak Budi.
INDEX
CHAPTER 1
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
Yang suka Rate, Share ,Komen gak nolak dikasih yg ijo ijo.
1. Cerita ini fiksi bila ada kejadian yg sama dengan kehidupan nyata anggap saja kebetulan. Atau kejadian nyata yang udah dirubah kedalam cerita.
2. Jangan kepo tentang ane dan tokoh tokoh dalam cerita. Nikmati aja jalan ceritanya.
3. Update diusahakan secepatnya. Jangan protes kalo updatenya sedikit. Yang penting diusahakan sampe tamat.
Prolog
Namaku Cahya. Asli dari kota kecil di Jawa Barat. Aku merantau ke kota setelah tamat SMU. Maklum ortuku hanya petani dengan penghasilan pas pasan sehingga tak mampu membiayai kuliah. Aku merantau kekota pun gara gara sakit hati diputuskan oleh Nala pacarku yang memilih lelaki lain.
Aku dimasukkan kerja di toko pakaian disalah satu mall dikota oleh sepupuku Irene (salah satu tokoh di cerita Gelap Tak Selamanya Kelam). Aku bekerja serabutan dari membantu dirumah pemilik toko sebut saja pak Budi dan beres dirumah, lanjut ke Toko Pakaian. Aku sendiri kost di dekat rumah pak Budi.
INDEX
CHAPTER 1
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
Yang suka Rate, Share ,Komen gak nolak dikasih yg ijo ijo.
Diubah oleh taucolama 14-04-2017 17:43
4BrotherTan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
73.2K
306
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
taucolama
#180
part 18
Astaga suara tertawa kadang menjerit membuatku merinding. Aku yakin sekali bahwa itu bukan suara mba Susan. Apalagi dalam keadaan gelap. Tiba tiba bisikan terdengar ditelingaku.
"Panggil aku, panggil aku biar ku hadapi ": suara bisikan ditelingaku.
Aku teringat kata Aka, aku tidak akan terpancing kata makhluk itu.
Aku mendengar suara Aka membaca ayat suci Quran. Aku mulai mengikuti membaca.
Suara bisikan pun menghilang. Tiba tiba lampu menyala dan sekelebat bayangan seperti keluar dari tubuh mba Susan.
Kulihat mba Susan masih terlihat menahan sakit.
"Muntahkan saja kalau ingin muntah": kata Aka pada mba Susan.
Mba Susan mengangguk, Selly pun mengurut tengkuk mba Susan.
Mba Susan muntah ke ember kecil yang kubawa tadi. Astaga dalam muntahan itu kulihat ada gulungan rambut,jarum dan, ah aku ga mau melihatnya.
"Benda ini bukan milik kami, kembalilah kepada pemiliknya": kata Aka.
Kulihat ember begetar sebentar.
"Cahya buang aja isi ember ini": kata Aka.
Aku membawa ember kekamar mandi dan membuang isinya. Aneh gulungan rambut,jarum yang lainnya hilang padahal tadi kulihat ada.
Aku kembali ke ruangan kantor. Kulihat mba Susan pucat tapi tidak lagi kesakitan. Kulihat Selly membawa segelas susu untuk mba Susan.
"Masih kerasa sakit?": tanya Aka.
"Sudah gak kerasa, terimakasih atas bantuannya": kata mba Susan.
"Terimakasih sama Allah yg memberi kesembuhan": kata Aka.
"Iya": kata mba Susan.
"Aku tinggal keluar dulu biar mba Susan bisa istirahat": kata Aka.
"Aku juga mba keluar dulu": kataku.
Aku dan Aka keluar ruangan kantor, Selly menemani mba Susan.
Aku dan Aka duduk dikursi dekat taman.
"Apa yang terjadi sebenarnya": kataku.
"Gak usah dibahas yang penting semua selamat dan kamu gak tergoda manggil Jin itu": kata Aka.
"Iya tadi aku hampir memanggil tapi ingat kata kata Aka": kataku.
Kulihat Ajeng menghampiri kami.
"Eh kenapa mba Susan?": tanya Ajeng.
"Sakit tapi sekarang sudah baikan": kataku.
"Ih koq ngobrol ngga sambil ngopi, ntar aku bikin dulu": kata Ajeng.
Ajeng melangkah pergi. Aku menatapnya.
"Kayanya Ajeng ada rasa sama kamu": kata Aka.
"Masa sih": kataku.
"Dari sikapnya udah nunjukin, tinggal kamu mau apa ngganya": kata Aka.
"Ah takut pas nembak ditolak": kataku.
"Kalo ditolak tinggal nyari lagi": kata Aka.
"Gengsi kalo ditolak hehehe": kataku.
"Gak usah gengsi gengsian": kata Aka.
"Iya sih nanti aku coba": kataku.
"Cahya aku pamit pulang dulu, nanti yang dirumah khawatir": kata Aka.
"Oh iya, hati hati dijalan. Terimakasih atas bantuannya": kataku.
"Sama sama": kata Aka
Aka berjalan menuju mobilnya dan pergi meninggalkan penginapan.
Ajeng datang membawa dua gelas kopi.
"Loh koq ngga ada Akanya": kata Ajeng.
"Pulang barusan": kataku.
"Yah ini udah dibikinin kopi": kata Ajeng.
"Kamu aja yang minum": kataku.
"Aku gak begitu suka minum kopi": kata Ajeng.
"Udah duduk disini temenin aku ngobrol sambil ngopi": kataku
"Iya, mau ngobrolin apa?": tanya Ajeng sambil duduk.
"Jeng, kamu udah punya pacar belum?": tanyaku.
"Belum, kayanya belum ada yang suka deh sama aku": kata Ajeng
"Masa sih orang secantik kamu gak ada yang mau, mungkin kamunya aja yang pilih pilih": kataku.
"Huuu gombal aku gak pilih pilih asal baik aja cukup bagiku"; kata Ajeng.
"Hmmm menurut kamu kalo aku baik gak orangnya"; kataku.
"Mau tau apa mau tau bingitz?": kata Ajeng
"Maunya ..mmm...mmm. Aku mau cinta kamu": kataku.
"Huuu gombal": kata Ajeng.
"Serius manis, aku liat kamu baik, penyayang gak neko neko. Perhatian itu yang buat aku suka kamu": kataku.
Ajeng hanya diam pipinya memerah.
"Kamu suka aku gak?": tanyaku.
"Becanda aja Cahya mah": kata Ajeng
"Serius Ajeeeeeeng cantik": kataku.
"Koq nyatain perasaannya gak romantis": kata Ajeng.
"Ya udah aku cari kembang dulu": kataku.
"Huuuu telat": kata Ajeng.
"Terus jawaban kamu?": kataku.
"Emang perlu dijawab sekarang?": kata Ajeng
"Iya": kataku.
"Nantilah aku males mikir": kata Ajeng.
"Jangan dipikir tapi jawab dengan rasa": kataku.
"Nanti aja yah"; kata Ajeng.
"Ya udah terserah Ajeng aja": kataku lesu. Lalu aku mengambil kopi dan meminumnya.
"kopi ini manis semanis yang buatnya tapi sayang yang buat gak mau sama aku"; kataku.
"Ih siapa yang bilang gak mau, sini liat mata aku, kamu harus janji gak akan nyakitin hati aku": kata Ajeng.
"Aku janji gak akan nyakitin hati kamu, tapi kamu janji selalu percaya aku kan"; kataku.
"Aku janji"; kata Ajeng.
"Terus aku diterima?": tanyaku.
Ajeng mengangguk.
Yes akhirnya aku jadian sama Ajeng, malam ini aku sangat bahagia. Kugenggam tangan Ajeng kurasakan hangat tangan Ajeng menjalar hingga kehatiku
Astaga suara tertawa kadang menjerit membuatku merinding. Aku yakin sekali bahwa itu bukan suara mba Susan. Apalagi dalam keadaan gelap. Tiba tiba bisikan terdengar ditelingaku.
"Panggil aku, panggil aku biar ku hadapi ": suara bisikan ditelingaku.
Aku teringat kata Aka, aku tidak akan terpancing kata makhluk itu.
Aku mendengar suara Aka membaca ayat suci Quran. Aku mulai mengikuti membaca.
Suara bisikan pun menghilang. Tiba tiba lampu menyala dan sekelebat bayangan seperti keluar dari tubuh mba Susan.
Kulihat mba Susan masih terlihat menahan sakit.
"Muntahkan saja kalau ingin muntah": kata Aka pada mba Susan.
Mba Susan mengangguk, Selly pun mengurut tengkuk mba Susan.
Mba Susan muntah ke ember kecil yang kubawa tadi. Astaga dalam muntahan itu kulihat ada gulungan rambut,jarum dan, ah aku ga mau melihatnya.
"Benda ini bukan milik kami, kembalilah kepada pemiliknya": kata Aka.
Kulihat ember begetar sebentar.
"Cahya buang aja isi ember ini": kata Aka.
Aku membawa ember kekamar mandi dan membuang isinya. Aneh gulungan rambut,jarum yang lainnya hilang padahal tadi kulihat ada.
Aku kembali ke ruangan kantor. Kulihat mba Susan pucat tapi tidak lagi kesakitan. Kulihat Selly membawa segelas susu untuk mba Susan.
"Masih kerasa sakit?": tanya Aka.
"Sudah gak kerasa, terimakasih atas bantuannya": kata mba Susan.
"Terimakasih sama Allah yg memberi kesembuhan": kata Aka.
"Iya": kata mba Susan.
"Aku tinggal keluar dulu biar mba Susan bisa istirahat": kata Aka.
"Aku juga mba keluar dulu": kataku.
Aku dan Aka keluar ruangan kantor, Selly menemani mba Susan.
Aku dan Aka duduk dikursi dekat taman.
"Apa yang terjadi sebenarnya": kataku.
"Gak usah dibahas yang penting semua selamat dan kamu gak tergoda manggil Jin itu": kata Aka.
"Iya tadi aku hampir memanggil tapi ingat kata kata Aka": kataku.
Kulihat Ajeng menghampiri kami.
"Eh kenapa mba Susan?": tanya Ajeng.
"Sakit tapi sekarang sudah baikan": kataku.
"Ih koq ngobrol ngga sambil ngopi, ntar aku bikin dulu": kata Ajeng.
Ajeng melangkah pergi. Aku menatapnya.
"Kayanya Ajeng ada rasa sama kamu": kata Aka.
"Masa sih": kataku.
"Dari sikapnya udah nunjukin, tinggal kamu mau apa ngganya": kata Aka.
"Ah takut pas nembak ditolak": kataku.
"Kalo ditolak tinggal nyari lagi": kata Aka.
"Gengsi kalo ditolak hehehe": kataku.
"Gak usah gengsi gengsian": kata Aka.
"Iya sih nanti aku coba": kataku.
"Cahya aku pamit pulang dulu, nanti yang dirumah khawatir": kata Aka.
"Oh iya, hati hati dijalan. Terimakasih atas bantuannya": kataku.
"Sama sama": kata Aka
Aka berjalan menuju mobilnya dan pergi meninggalkan penginapan.
Ajeng datang membawa dua gelas kopi.
"Loh koq ngga ada Akanya": kata Ajeng.
"Pulang barusan": kataku.
"Yah ini udah dibikinin kopi": kata Ajeng.
"Kamu aja yang minum": kataku.
"Aku gak begitu suka minum kopi": kata Ajeng.
"Udah duduk disini temenin aku ngobrol sambil ngopi": kataku
"Iya, mau ngobrolin apa?": tanya Ajeng sambil duduk.
"Jeng, kamu udah punya pacar belum?": tanyaku.
"Belum, kayanya belum ada yang suka deh sama aku": kata Ajeng
"Masa sih orang secantik kamu gak ada yang mau, mungkin kamunya aja yang pilih pilih": kataku.
"Huuu gombal aku gak pilih pilih asal baik aja cukup bagiku"; kata Ajeng.
"Hmmm menurut kamu kalo aku baik gak orangnya"; kataku.
"Mau tau apa mau tau bingitz?": kata Ajeng
"Maunya ..mmm...mmm. Aku mau cinta kamu": kataku.
"Huuu gombal": kata Ajeng.
"Serius manis, aku liat kamu baik, penyayang gak neko neko. Perhatian itu yang buat aku suka kamu": kataku.
Ajeng hanya diam pipinya memerah.
"Kamu suka aku gak?": tanyaku.
"Becanda aja Cahya mah": kata Ajeng
"Serius Ajeeeeeeng cantik": kataku.
"Koq nyatain perasaannya gak romantis": kata Ajeng.
"Ya udah aku cari kembang dulu": kataku.
"Huuuu telat": kata Ajeng.
"Terus jawaban kamu?": kataku.
"Emang perlu dijawab sekarang?": kata Ajeng
"Iya": kataku.
"Nantilah aku males mikir": kata Ajeng.
"Jangan dipikir tapi jawab dengan rasa": kataku.
"Nanti aja yah"; kata Ajeng.
"Ya udah terserah Ajeng aja": kataku lesu. Lalu aku mengambil kopi dan meminumnya.
"kopi ini manis semanis yang buatnya tapi sayang yang buat gak mau sama aku"; kataku.
"Ih siapa yang bilang gak mau, sini liat mata aku, kamu harus janji gak akan nyakitin hati aku": kata Ajeng.
"Aku janji gak akan nyakitin hati kamu, tapi kamu janji selalu percaya aku kan"; kataku.
"Aku janji"; kata Ajeng.
"Terus aku diterima?": tanyaku.
Ajeng mengangguk.
Yes akhirnya aku jadian sama Ajeng, malam ini aku sangat bahagia. Kugenggam tangan Ajeng kurasakan hangat tangan Ajeng menjalar hingga kehatiku
agusbelah08 dan 2 lainnya memberi reputasi
3