Hari ini, hari dimana untuk pertama kali setelah sekian lama, setelah mungkin hampir lebih kurang 365 hari kita gak pernah berjumpa, kini kami justru kembali dipertemukan secara kebetulan di sebuah tempat yang gak biasa, dihadapan sebuah makam tempat bersemayamnya jasat salah seorang teman kami, seorang yang telah lebih dulu meninggalkan kita berdua, seseorang yang telah menyelesaikan amal ibadahnya di dunia dan memilih tempat abadi di sisi-Nya, apakah ini kehendak sang takdir?
Berpuluh menit tak terasa telah berlalu dengan kami masih tetap dalam diam, entahlah sangat sulit waktu itu walau hanya untuk sekedar bertanya khabar, rasanya sungguh canggung, hingga kemudian gue beranikan bertanya
Quote:
Gue: Apa khabar As? sudah lama sekali ya?
Astri : (Berusaha mengusap air matanya) Baik Mas, Mas sendiri ?
Gue : Alhamdulillah Mas juga, bahkan Mas belum pernah merasa seluar biasa hari ini, maafin ya tentang keputusan Mas yang dulu? pasti sangat berat ya buat kamu?
Astri : Bukan! bukan Mas kok yang salah, justru Adek lah yang seharusnya minta maaf karena dulu gak pernah bisa penuhi harapan Mas, sekarang Adek udah ngerti kenapa dulu Mas bersikap seperti waktu itu ke Adek, sekarang Adek udah tau jawabanya, bener seperti yang Mas pernah bilang bahwa Adek memang egois dan gak bisa mengerti perasaan Mas
Astri : Adek sadar bahwa perlakuan Mas dululah yang lebih banyak membentuk Adek menjadi seperti itu, Mas selalu membuat semuanya begitu mudah untuk Adek, walau masalah sekecil apapun, Mas gak pernah membiarkan Adek untuk mengerjakanya sendiri, justru Mas lah yang sebaliknya sering mengerjakanya, sedangkan untuk Adek hanya asal terima beres, mungkin terbiasa selalu dimanja, diberi semua kemudahan dan selalu dijauhkan dari segala masalah, menjadikan Adek terlalu banyak menuntut dan tukang perintah, menjadikan Adek takut untuk berusaha dan berjuang, karena Adek hanya tahu, bahwa Adek selalu bisa terus mengandalkan Mas, itulah yang menjadikan Adek tak terbiasa untuk menghadapi masalah, sehingga setiap kali ada masalah datang, seringnya lebih banyak Adek menyalahkan semuanya kepada Mas
Gue : Benar sepertinya kamu telah banyak berubah, berarti gak sia2 dulu waktu yang Mas kasih buat kamu, terima kasih karena udah bisa mau mengerti Mas
Astri : Terima kasih juga kepada Mas karena telah memberi kesempatan untuk Adek bisa memperbaiki kesalahan
Gue : Baiklah As! mulai hari ini kamu mau gak berjanji ke Mas tentang suatu hal, di sini dan di tempat ini, tepatnya disaksikan dihadapan makam Aning, dihari yang sama seperti sekarang, untuk selanjutnya bisa selalu datang kesini setiap tahunnya bersama Mas
Astri : Pasti Mas!
Gue : Meskipun! jika seandainya mungkin kita tak berjodoh di kemudian nanti, kita tetap usahakan untuk tetap kesini bersama pasangan kita masing2
Astri : (meraih tangan gue yang kemudian menggenggamnya erat) semoga gak ada lagi orang lain Mas, cukup hanya kita berdua
Gue : Jadi apakah selama ini kamu masih setia As?
Astri : Apakah sekarang Adek masih terlihat meragukan Mas?
Gue : Baiklah, mengenai cow yang waktu itu pernah kamu ajak pas ke acara resepsinya Beruk, kira2 kamu sudah bisa menjelaskanya ke Mas?
Astri : Endra? dia bukan siapa2 Adek kok, dia kenalan Mas Nugi, yang kebetulan saat ini ikut menumpang tinggal di rumah kami, kenapa Mas cemburu?
Gue : Eh, gak kok, siapa yang cemburu, cuman penasaran kok
Astri : Halah, itu bukanya juga sama namanya
Berpuluh menit kemudian berlalu, bahkan hingga berjam2 setelahnya kita habiskan dengan duduk mengobrol, hingga tak terasa hangat mentari telah menyengat ujung kepala kami, gue lihat jam waktu itu sudah hampir menunjukkan pukul 12 siang, hingga akhirnya kita putuskan untuk segera pulang, tentunya setelah sebelumnya kita berdua berdo’a untuk arwah Almarhumah agar senantiasa tenang disana, dan berjanji untuk sering mengunjungi makamnya di lebih banyak kesempatan
Berlanjut ketika terik matahari serasa memayungi perjalanan pulang kita berdua, diatas sebuah motor butut waktu itu yang sedang gue kendarai, gue mengantar Astri hingga menuju ke rumahnya, dan begitu sampai rumahnya gue agak sedikit pangling, banyak yang telah berubah dari rumah ini setelah sekian lama gue gak kesana, mungkin ini baru kali pertama setelah genap hampir lebih dari satu tahun gue gak pernah lagi menginjakkan kaki gue disini, kedatangan gue disini segera saja disambut oleh kakaknya Astri, Mas Nugi yang waktu itu juga telah banyak berubah penampilanya, dia kini berkepala pelontos dan memelihara jenggot yang dikuncir mirip Peppy, berikutnya gue dipersilahkan masuk dan berlanjutlah setelahnya ngobrol2
Quote:
Mas Nugi : Wah lo kemana aja Gri, udah gak pernah maen sini lagi, udah sombong ya sekarang
Gue : Eh, gak gitu juga kok Mas, lagi ada sedikit kesibukan aja dirumah, jadi gak bisa sering keluar
Mas Nugi: Udah jangan bohong lo, gue udah tau kali jika diantara lo dan Astri dulu lagi ada masalah, tuh anak sebenernya udah beberapa kali gue bilangin, gue suruh buat dia minta maaf ke lo, tapi wong dasar anaknya sedikit bandel dan keras kepala ya emang rada susah, tapi sekarang berarti kalian udah baikan lagi dong?
Gue : Eh, iya Mas, semoga aja gitu, insyaallah
Mas Nug1 : Terus tadi gimana ceritanya kok bisa kalian ketemu lagi? dan kebetulan bareng juga pulangnya?
Gue : Oh! tadi kita gak sengaja ketemu di makam salah seorang temen Mas, waktu sama2 lagi nyekar kesana
Mas Nugi : Hmm, btw lulus kagak lo Gri? dan habis ini gimana rencana lo selanjutnya?
Gue : Alhamdulillah lulus Mas, tentang rencana sementara ini belum kepikiran tentang gimana2nya, tapi kemungkinan saya gak lanjutin kuliah, mau langsung kerja aja
Gak begitu lama datang Astri setelah sekembali berganti baju, yang kemudian ikut gabung dengan kita sambil membawakan 2 cangkir teh
Quote:
Astri : Silahkan diminum tehnya Mas, wah seru ya ngobrolnya? lagi bicarain apaan sih?
Gue: Iya makasih As, ini lagi ngobrolin tentang acara lulusan
Mas Nugi : Jangan percaya As, tuh tadi dia bilang serius katanya akan langsung lamar lo begitu dia udah dapet kerja, jadi ati2 aja jika 4 atau 5 bulan semenjak hari ini, saat tiba2 lo akan diculiknya ke KUA, yaudah gitu aja gue mau mandiin burung dulu, gue tinggal cabut ya Gri, baek2in tuh Adek gue
Gue : Eh! lhoh kok, yah Mas malah ditinggal (kampret emang, kalo udah gini gimana cara gue bisa ngelesnya)
Astri : Beneran gitu Mas? (bertanya sambil mukanya udah memerah)
Gue : Yah, mau dikata apa lagi wong udah terlanjur ketebak sama Mas mu, rencana dan niatnya sih awalnya emang gitu As, tapi untuk soal nikah mungkin bukan dalam waktu dekat ini, sebelumnya Mas juga gak minta kamu untuk setuju kok, jika kamu masih ada keinginan lain yang ingin kamu capai untuk saat ini, misalnya mau lanjut kuliah atau mau berkarir dulu, monggo silahkan Mas gak bisa maksa dan ngelarang kamu, sedang Mas sendiri juga masih coba merintis sebuah usaha dan cari pengalaman dulu, nah jika nafkah sudah ada, dan bila Mas juga telah siap, ya apa salahnya jika Mas menyempurnakanya untuk menghalalkanmu jadi milik Mas satu2nya
Astri : Sungguh! Adek pasti seneng menantikanya Mas, kapanpun waktu itu, kapanpun Mas telah siap, Adek udah gak sabar untuk segera di halalkan oleh Mas, hanya yang sedikit menjadi ganjalan buat Adek, apa Mas sudah benar2 yakin mau menjatuhkan pilihan ke Adek, apa Mas sudah berfikir dulu masak2 sebelumnya?
Gue : Kalo dibilang yakin, tentu Mas sudah sangat yakin As, soalnya sementara ini Mas gak bisa nemu pilihan lain selain kamu, hanya kamulah selain Almarhumah dulu yang telah cukup mengenal Mas baik buruknya, Mas gak bisa begitu aja kan mengambil resiko dengan menerima opsi orang baru yang belum tentu juga bisa seperti kamu nanti, belum tentu juga bisa mengenal Mas lebih baik dari kamu
Asri : (nerjang meluk gue) Terima kasih Mas, terima kasih karena telah memilihku, seterusnya Adek akan selalu berusaha menjaga kepercayaan Mas, hingga saat bahagia itu tiba
Kurang lebih sebulan sejak hari itu, hubungan gue dan Astri menjadi semakin intens, kalo dulu semasa kita sekolah kita berjumpa hanya satu atau dua kali dalam seminggu, kali ini bahkan hampir tanpa batasan, karena setelah kita resmi lulus dari sekolah masing2, kita sama2 tak memiliki kesibukan, beda dengan saat kami masih disekolah dulu yang masih harus sibuk belajar, waktu itu gue juga telah menempatkan beberapa lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan, tinggal nunggu panggilan interview saja, usaha yang sama juga dilakukan oleh Astri, karena kami berencana untuk menabung bersama buat biaya pernikahan kami kelak
Suatu hari gue mendapat panggilan kerja dari salah satu perusahaan yang gue lamar, sedikit interview dan juga beberapa test pun gue lalui, hingga akhirnya gue diterima kerja disini, walau bukan dibilang perusahaan besar tapi sebenarnya cukup sulit hanya untuk masuk dan menembus kesini, terlebih untuk ukuran gue yang cuma bergelar tamatan sekolah kejuruan, perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan bangunan, dimana gue waktu itu ditempatkan di bagian fabrikasi dan pengadaan, dan spesialisasi gue waktu itu adalah distribusi dan penyediaan meja2 kabinet, rak2 dan peralatan untuk perkantoran, kalo saja mau berbuat curang, sangat mudah sebenernya untuk memanfaatkan lahan basah disini, karena peluang untuk korupsi bisa dari mana aja dan tentu saja keuntungan bisa banyak didapat dari pekerjaan ini, hanya aja gue yang memang gak bisa bertindak diluar prinsip gue untuk selalu berlaku jujur dimanapun berada, merasa tak tertarik dengan itu semua, itulah mengapa belum genap 3 bulan bekerja disini jabatan dan gaji gue terus meningkat dengan cepat
Astri saat itu juga telah mulai bekerja pada sebuah lembaga pemerintah yang mengurusi berbagai pelayanan perpanjangan BPKB dan STNK tepatnya di kantor SAMSAT kota setempat, walau baru menjadi pegawai magang tampaknya harapan kedepannya cukup cerah buatnya, dan tentunya gue semakin bangga, karena bukan tak mungkin harapan kami bedua untuk segera melepas masa lajang kami akan segera terwujud dalam waktu dekat
Hingga pada sebuah hari yang sengaja gue pilih waktu itu, tepatnya pada pertengahan bulan Februari 2005 kurang lebih 3 tahun sejak dari kami dulu dinyatakan lulus, bertepatan pula saat itu dengan hari valentine, gue memutuskan untuk melamar Astri secara resmi di depan anggota keluarganya, prosesi tunangan/ sisetan dalam tradisi jawa inipun berjalan cukup sukses, yang kemudian dipilih 4 bulan sejak hari itu sebagai tanggal pernikahan kami, sebulan kedepan kami sudah disibukkan dengan berbagai hal administrasi mengenai pendaftaran dan pencatatan nama kami di Kantor Kementrian Agama (KUA) di wilayah kami tinggal, juga mengikuti pendidikan pra nikah (Rapak) setiap hari rabu yang rutin selalu gue hadiri di aula gedung KUA tersebut
Memulai hitungan mundur yaitu 80 hari sebelum hari H, rupanya kami mendapatkan sebuah musibah, dimana tabungan kami yang sedia kami kumpulkan untuk biaya kami nikah justru raib digondol maling, sedang pelakunya masih orang dekat di keluarga Astri, Endra orang yang waktu itu sempat menumpang tinggal di rumah Astri, orang yang sama yang dulu pernah dibawa Astri menghadiri resepsi pernikahan Beruk, memang datangnya musibah tak bisa disangka juga tak dapat dihindari, kami tak bisa lantas menyalahkan siapa, karena kesalahan terbesar tentu ada pada diri kami sendiri, kamilah yang waktu itu menginginkan menyimpan uang dalam bentuk tunai, padahal bisa aja waktu itu kami masukan dalam bentuk rekening bank, kehilangan uang hingga hampir 23 jt tentu nilai yang cukup besar untuk sebuah pelajaran/ pengalaman berharga bagi kami untuk di kemudian hari tak ceroboh dalam menyimpan dan memperlakukan benda berharga kami
Kasus pencurian sudah kami laporkan dan segera mendapatkan penanganan dari pihak terkait, sedang yang berikutnya terjadi tentu saja sebuah kebingungan antara kami, gimana mesti harus mengumpulkan lagi biaya pernikahan kami setelah ini, dimana hari2 berjalan tentu saja sudah tak dapat dihentikan, pernikahan juga tentu saja tak bisa di undur atau dijadwalkan ulang, karena nama kami sudah terlanjur terdaftar di KUA, beruntung khabar gembira datang dari Bokap, dimana beliau bersedia menghibahkan dan menalangi jumlah kekurangan untuk biaya pernikahan kami, Alhamdulillah
Sementara masalah satu telah selesai malah timbul lagi masalah lainya, heran! sejak pertama kami memutuskan menikah, masalah selalu silih berganti datang menghampiri, pokoknya ada saja tiap hari masalah demi masalah menimpa hidup kami, pernah gue sempat membatin, adakah mungkin niat kami yang salah, sampai dengan sebuah kemungkinan terburuk apakah kami benar tak ditakdirkan berjodoh, dimana pada suatu hari tepatnya 70 hari menjelang hari H, Astri terpaksa harus dirawat intensif di sebuah rumah sakit, gue kurang tau apa penyebabnya, hanya berdasar analisa dokter yang waktu itu menangani, Astri menderita Psoriasis dan juga ada sedikit gejala Vertigo, Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh tingkat stress penderita, dimana gejala alaminya ditandai dengan munculnya banyak flek dan bercak2 merah di kulit penderita, mungkin saat Astri dibawa kesana telah dalam kondisi terparah dimana bercak2 itu telah menyebar hingga ke seluruh bagian tubuh, bahkan hingga ada beberapa yang malah hampir menutupi mukanya, gue gak sanggup bayangkan wajah yang dulunya cantik, kini berubah menjadi mengerikan, entah cobaan apa lagi yang menimpa gue dan Astri waktu itu, beberapa orang kerabat bahkan sempat menyuruh gue untuk bertanya ke orang pintar, karena menurut mereka penyakit ini sepertinya tidak lazim, mereka mengira penyakit ini disebabkan oleh hal mistik dan berbau klenik, sebenarnya sangat sulit buat gue untuk percaya, karena di zaman yang serba modern ini dimana segala akses informasi bisa kita dapatkan dengan mudah, kita malah dipaksa kembali ke zaman prasejarah, dengan mempercayai budaya leluhur yang menurut gue sangat dekat dengan kata musryik, namun biarpun sebenaranya ini sangat berbenturan dengan keyakinan dan prinsip gue, tapi demi kesembuhan Astri ya apa salahnya di coba
Berbekal sebuah alamat yang diberikan oleh salah seorang kerabat, akhirnya gue datangi tempat praktek orang pintar/ dukun tersebut, jika tak ada suatu hal yang penting dan mendesak, sebenernya gue ogah untuk sengaja menginjakan kaki gue disini, kedatangan gue disitu langsung disambut oleh seorang laki2 yang telah berusia cukup lanjut, setelah menjelaskan maksud dan tujuan gue kesana, segera si dukun tersebut menjalankan ritual2nya, dan dari hasil yang didapat memang benar Astri katanya telah di guna2, ada seseorang yang memang gak suka terhadap kebahagiaan kita waktu itu sehingga sengaja ingin mengacaukanya, dari sebuah clue yang dijelaskan oleh sang dukun, pelakunya adalah seorang wanita yang ada di masa lalu gue, kecurigaan awal gue langsung tertuju keseorang Nisa, tapi bagaimana bisa seseorang dengan pemahaman ideology dan tingkat intelektual sepertinya sampai mampu berbuat seperti ini, terlebih dengan menggunakan cara2 kolot dan begitu terkutuk, gue kembali tersadar setelah sapaan sang dukun membuyarkan lamunan gue, gimana Mas apa mau dibalikkan lagi ke yang ngirim, tanya sang dukun, jika pelakunya memang benar orang sama seperti yang mbah gambarkan ciri2nya, gak usah mbah biar saya sendiri saja yang menghadapinya, biar saya yang memohon padanya agar guna2 tersebut dicabut dari calon istri saya
Tujuan gue selanjutnya, tentu suda jelas! langsung menuju ke rumah Nisa, gue berharap dengan gue kesana dan memohon maaf padanya, dia dapat kemudian luluh sehingga bersedian mencabut guna2nya ke Astri, 20 menit berselang hingga saat itu gue telah tiba dirumahnya, dan sebuah kebetulan waktu itu dia sedang berada di teras depan rumahnya
Quote:
Gue : Sore Nis, ada waktu?
Nisa : (baru tersadar dari keasyikanya membaca majalah) eh lo Gri, iya ini gak lagi sibuk kok, sini masuk! dalam rangka apa lo kok tumben2nan maen kesini?
Gue: Yah, ada yang pengen gue kasih tau ke lo aja Nis, sebelumnya lo apa khabar sekarang?
Nisa : Khabar gue ya masih tetep gini2 aja Gri, tetep jadi jomblo karatan karena gak pernah capek buat nungguin lo, Btw mau ngomong apa? ada perlu apa lo ma gue? jangan bilang bahwa lo kangen?
Gue : Hmm…. maksud dan tujuan gue kesini sebenarnya mau menyampaikan sebuah khabar Nis, sebuah khabar bahagia buat gue sebenernya, tapi gak tau nanti buat lo! jadi dalam waktu dekat ini kemungkinan gue dan Astri akan segera nikah, jadi dengan begitu gue minta lo jangan lagi harapin gue, jangan lagi tunggu gue, udah saatnya mulai sekarang lo cari orang lain Nis
Nisa : Begitu ya? gue udah tahu sih jika hari ini pasti bakal tiba, hari dimana lo dengan bangganya lebih memutuskan memilih orang lain daripada gue, tapi maaf gue gak bisa nerima ini begitu aja Gri, gue gak bisa ikhlas lo bahagia bersama orang lain, biarpun itu dengan Astri yang juga sahabat gue sendiri
Gue : Atas dasar apa lo gak bisa nerima Nis, bukankah dulu kita emang gak pernah ada apa2 ya, sumpah gue udah gak pernah ada rasa ke lo sejak pernah lo tolak dulu, pun hingga sekarang bagi gue lo hanya sekedar temen Nis dan gak lebih, jadi jangan bertingkah layaknya seorang mantan yang sedang cemburu
Nisa : Oh… jadi hanya seorang mantan aja yang berhak melakukan itu, sedangkan gue gak boleh, ketahuilah Gri bahwa cinta dan sayang gue ke lo itu jauh lebih besar dibanding cew2 lo dulu, jadi tak perlu menjadi seorang mantan untuk gue bisa melakukan itu, biarpun memang kita belum pernah sekalipun berpacaran, tapi tentu lo pasti tahu kan perasaan gue ke lo kayak apa, lo pasti ngerasa kan sayang gue ke lo dulu
Gue : Biarpun gue ngerasa, tapi gue gak berhak terima itu dari lo Nis, karena telah ada lebih dulu orang yang bisa memberikanya ke gue, dan itu adalah Astri
Nisa : Benarkah gue udah gak punya kesempatan lagi Gri! gak ada waktu untuk gue sekedar membuktikan perasaan gue ke lo?
Gue : Dengan gue sepertinya kesempatan itu sudah habis Nis, tapi untuk orang lain mungkin kesempatan itu masih terbuka lebar
Nisa : Fine! memang tak mudah untuk gue mencoba merubah pendirian lo, dan itu sebenernya udah gue tahu dari sejak dulu
Gue : Jika lo emang sudah tahu, seharusnya lo gak pernah mencoba melakukanya Nis, karena jawabanya pasti sangat jelas lo tahu sendiri bagaimana akhirnya?
Nisa : OK, gue akui, gue emang gak bisa ngerubah lo, tapi lo belum tahu kan jika gue masih bisa merubah ataupun mempengaruhi orang2 di sekitar lo, satu aja alasan Gri, jika seandainya lo gak macam2 dan lo hanya tinggal patuh dan nurut apa mau gue, seharusnya semua ini gak perlu terjadi, dan gue juga gak mungkin berbuat sampai sejauh ini, semua gue lakukan karena gue terpaksa setelah tahu kenyataan bahwa gue gak bisa jauh dari lo! gue gak bisa terima keputusan lo untuk meninggalkan gue untuk berbahagia bersama orang lain, jadi gue bersumpah gue akan buat hidup lo gak bahagia, gue akan buat pernikahan dan rumah tangga kalian nanti berantakan
Gue : Apakah itu sikap yang sepantasnya lo tunjukkin kepada seorang temen, Istigfar Nis!
Nisa : Peduli apa lo masalah pantas gak pantas, bukanya lo juga gak peduli tentang perasaan gue
Gue : Justru gue sangat peduli ke lo Nis, makanya gue ingin lo segera sadar dari jalan sesat ini, tak ada sebuah kebaikan yang akan lo dapet dengan terus mempertahankan perbuatan lo ini