- Beranda
- Stories from the Heart
Budak Cinta (setan) Based on true story
...
TS
edelweiss94
Budak Cinta (setan) Based on true story

Hai, salam kenal agan agan penghuni kaskus beserta suhu suhunya
. Kenalan dong
gue Edel 23 tahun masih newbie banget(seperti nama samaran lain gue juga pake nama bunga
). Tadinya gue gak tau tuh yang namanya SFTH, berhubung gue suka bikin puisi akhirnya temen gue nyaranin suruh nulis aja di KASKUS. Nah beneran tuh gue turutin, gue download aplikasinya di HP (waktu itu belom punya punya laptop) gue mulai bikin puisi puisi mellow (curhat si sebenernya). Gue penasaran ada apa aja si di KASKUS ini, BUJUBUNEENNGGG,,,,,
ketemulah gue sama SFTH. Nah gue pengin bikin thread juga di situ tapi belum ngerti urutan urutannya gimana, akhirnya gue beraniin diri bikin thread pertama gue ini ...
Check it out...
Langsung aja gan, gue pengin cerita tentang kisah hidup gue semenjak kenal sosial media, free sex dan sampe pada suatu hari gue hampir mati gara gara itu. Memalukan si
tapi ya ini hidup gue...
INDEX1. Kepiting Cina
2. Kepiting Cina 1
3. Yuda & Mangsa Baru
4. One Night with Marchel
5. (sedikit) Tentang Aku
6. Setelah Kepergian Yuda
7. Aku Hanya Umpan Ikan bukan Mermaid
8. Tukang Tipu Kena Tipu
9. Kesepianku
10. Dia Kembali
11.Dan Lagi
12. Penyesalan
13. I'm Yours
14. Cinta Memang Sebercanda Itu
15. An Options
16. The Hell
17. Setetes Darah Terakhir
18. New Changes
.................. To be continue
Diubah oleh edelweiss94 09-08-2018 22:02
anasabila memberi reputasi
1
31.8K
141
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
edelweiss94
#113
Setetes Darah Terakhir
Malam terasa begitu dingin, rintihan gue semakin menjadi.
"saa, ssaaakkkiiiittttt" gue berbicara dengan suara dan nafas tersendat,
Gue berbaring di tempat tidur dengan terus berzikir, gue takut malam itu hari terakhir gue bernafas.
" sakit banget,aku gak kuat"
"Kamu ini ngomong apa, jangan ngomong yang aneh aneh"
"Istighfar del, astaghfirullah hal'adzim" osa menangis dan memeluk gue, mengusap rambut gue yang basah oleh keringat dingin.
Malam semakin larut demam gue semakin tinggi, darah pun masih terus mengalir
"sa ttolllong pangku akuu" gue merintih
Osa memangku kepala gue ia mengusap kepala gue dan bersalawat, ia menangis hingga air matanya terjatuh mengalir di pipi gue, ia benar benar menyaksikan adiknya telah sekarat.
"aku capek, aku ingin tidur" gue merintih semakin lirih.
Sehari berlalu demam gue tak kunjung turun, mata gue sayu, kelopak mata gue tampak menghitam.
Osa meminta bantuan bang haris untuk membawa gue ke rumah sakit.
Setelah di periksa dokter gue di pindahkan ke IGD, darah gue masih mengalir membanjiri ranjang rumah sakit
" dimana suaminya?" tanya dokter.
"Suaminya sedang dinas di luar kota dok" lisa menjawab
Pak haris sedikit bingung, karena sepengetahuannya gue masih belum menikah.
"pasien keguguran rahimnya infeksi, ia harus segera di kuret" kata dokter sembari menunjukan hasil lab.
"Berapa biayanya dok?" tanya osa agak gugup
"biayanya kuret disini paling murah 7 juta, itu belum termasuk biaya opname, bapak dan ibu pikirkan saja dulu, setelah itu nanti kami siapkan kamar untuk operasinya "
"maaf dok bisa di rujuk ke rumah sakit yang lebih murah nggak?" kata bang haris setelah berunding dengan osa.
"Bisa, nanti saya buatkan surat rujukannya, ia harus hari ini juga di kuret kalau tidak jaringan jaringan yang tersisa di rahimnya akan membusuk" jawab dokter
Gue mendengar semua percakapan meraka, dan lagi lagi gue hanya bisa menangis. Gue menyesal sudah mempercayai seorang bajingan dan membuat gue samapai tidak bisa berobat karena gk punya uang.
...........................................................................................................................
Setelah dokter memberi surat rujukan kami pulang ke kost, rumah sakit rujukannya masih terlalu mahal buat gue, uang yang gue punya sama sekali gak mencukupi, gue juga gak punya asuransi kesehatan.
"aku keluar sebentar ya" kata lisa
"jangan, jangan pergi, aku takut” gue menangis dan memegangi perut gue, kesakitan.
Tapi osa tak menghiraukan kata kata gue ia pergi untuk membeli makanan dan beberapa macam bahan jamu buat gue
"astagfirullah haladzim" osa berlari dan meluk gue
"astagfirullah, istigfar del.....astagfirullah haladzim" lisa mengusap kepala dan membangunkan gue yang mengigau.
"jangan duduk disitu sa, disitu tempat untuk bayiku" gue bersikap layaknya orang yang telah melahirkan, dan gue melihat jelas ada bayi di samping gue,
Osa berusaha menenangkan gue, seiring dengan suara tangisan gue darah pun kembali mengalir membasahi tempat tidur gue.
Gue mulai merasa nafas gue mulai sesak, mau ngomong juga susah, badan gue terasa sangat panas, dan bergetar.
Gue sekarat, tak satupun keluarga gue mengetahui, gue menadah air mata dan dosa yang gue buat, dan terpaksa osa harus terlibat,
Sudah 3 hari sejak hari gue menelan obat itu, gue membiarkan rahim gue terluka, Gue berusaha cari pinjaman uang tapi tak satupun mereka memberi, gue hanya bisa pasrah seandainya memang gue harus ikut terbunuh.
Gue udah gak bisa bangun, bahkan untuk kencing gue harus di papah osa, gue gak turun ke kamar mandi gue kencing di ember yang disediakan osa.
Udah gak terbayangkan bau apa yang tercium di kamar gue waktu itu.
Tubuh gue semakin lemah dan semakin lemah, rasa sakit terus menghujam, air mata gue serasa telah kering, tak bisa lagi menetes.
Gak satupun teman kerja gue yang dateng menjenguk (resiko orang cuek, gak punya temen) , osa merawat gue dengan di bantu istrinya bang haris.
Osa mencuci semua pakaian gue yang berlumur darah, tanpa pamrih dan mengeluh, tak jarang gue melihat dia menangis tanpa suara.
Hari berganti hari,sisa sisa jaringan yang ada di rahim gue perlahan keluar.
Ya tak di sangka2 ternyata teman kantor gue gak seburuk apa yang gue pikir, beberapa dari mereka menjenguk gue, dan lagi lagi gue harus bohong soal sakit gue untuk menutupi aib.
Berkat bantuan dari mereka juga gue bisa pergi ke dokter untuk USG.
Mukjizat selalu ada, ampunan selalu terbuka.
Rahim gue yang infeksi telah membaik, pembusukan di rahim gue sudah tak terlihat, jaringan jaringan yang tersisa di rahimnya juga sudah mulai bersih.
Allahu akbar .
Gue hanya perlu beberapa kali check up lagi untuk memastkan keadaan rahim gue.
Aborsi menggunkan obat sangat berbahaya, gue membaca beberapa artikel bahkan ada yang terbunuh oleh obat biadab itu, orang yang keguguran secara alami karena jatuh atau karena kecelakaan lainnya, janinnya tidak akan rusak seperti apa yang gue alamin, janinnya masih terbungkus oleh selaput pembungkusnya beserta tali pusar yang mulai tumbuh, dan untuk seusia kandungan gue yang waktu itu menginjak 2 bulan 10 hari jaringan jaringannya telah hacur bahkan obat itu juga melukai rahim gue.
Berat badan gue waktu itu hanya sisa 36 kg (biasanya 45), seminggu gue melewati masa sulit akhirnya gue bisa keluar dari masa itu, dangue harus memikirkan bagaimana cara mencari surat keterangan sakit untuk 2 minggu, karena gue harus bedrest. Ditambah gue gak mungkin minta surat keterangan sakit dari dokter yang memeriksa gue......
Yaa lagi lagi gue harus curang...
Malam terasa begitu dingin, rintihan gue semakin menjadi.
"saa, ssaaakkkiiiittttt" gue berbicara dengan suara dan nafas tersendat,
Gue berbaring di tempat tidur dengan terus berzikir, gue takut malam itu hari terakhir gue bernafas.
" sakit banget,aku gak kuat"
"Kamu ini ngomong apa, jangan ngomong yang aneh aneh"
"Istighfar del, astaghfirullah hal'adzim" osa menangis dan memeluk gue, mengusap rambut gue yang basah oleh keringat dingin.
Malam semakin larut demam gue semakin tinggi, darah pun masih terus mengalir
"sa ttolllong pangku akuu" gue merintih
Osa memangku kepala gue ia mengusap kepala gue dan bersalawat, ia menangis hingga air matanya terjatuh mengalir di pipi gue, ia benar benar menyaksikan adiknya telah sekarat.
"aku capek, aku ingin tidur" gue merintih semakin lirih.
Sehari berlalu demam gue tak kunjung turun, mata gue sayu, kelopak mata gue tampak menghitam.
Osa meminta bantuan bang haris untuk membawa gue ke rumah sakit.
Setelah di periksa dokter gue di pindahkan ke IGD, darah gue masih mengalir membanjiri ranjang rumah sakit
" dimana suaminya?" tanya dokter.
"Suaminya sedang dinas di luar kota dok" lisa menjawab
Pak haris sedikit bingung, karena sepengetahuannya gue masih belum menikah.
"pasien keguguran rahimnya infeksi, ia harus segera di kuret" kata dokter sembari menunjukan hasil lab.
"Berapa biayanya dok?" tanya osa agak gugup
"biayanya kuret disini paling murah 7 juta, itu belum termasuk biaya opname, bapak dan ibu pikirkan saja dulu, setelah itu nanti kami siapkan kamar untuk operasinya "
"maaf dok bisa di rujuk ke rumah sakit yang lebih murah nggak?" kata bang haris setelah berunding dengan osa.
"Bisa, nanti saya buatkan surat rujukannya, ia harus hari ini juga di kuret kalau tidak jaringan jaringan yang tersisa di rahimnya akan membusuk" jawab dokter
Gue mendengar semua percakapan meraka, dan lagi lagi gue hanya bisa menangis. Gue menyesal sudah mempercayai seorang bajingan dan membuat gue samapai tidak bisa berobat karena gk punya uang.
...........................................................................................................................
Setelah dokter memberi surat rujukan kami pulang ke kost, rumah sakit rujukannya masih terlalu mahal buat gue, uang yang gue punya sama sekali gak mencukupi, gue juga gak punya asuransi kesehatan.
"aku keluar sebentar ya" kata lisa
"jangan, jangan pergi, aku takut” gue menangis dan memegangi perut gue, kesakitan.
Tapi osa tak menghiraukan kata kata gue ia pergi untuk membeli makanan dan beberapa macam bahan jamu buat gue
"astagfirullah haladzim" osa berlari dan meluk gue
"astagfirullah, istigfar del.....astagfirullah haladzim" lisa mengusap kepala dan membangunkan gue yang mengigau.
"jangan duduk disitu sa, disitu tempat untuk bayiku" gue bersikap layaknya orang yang telah melahirkan, dan gue melihat jelas ada bayi di samping gue,
Osa berusaha menenangkan gue, seiring dengan suara tangisan gue darah pun kembali mengalir membasahi tempat tidur gue.
Gue mulai merasa nafas gue mulai sesak, mau ngomong juga susah, badan gue terasa sangat panas, dan bergetar.
Gue sekarat, tak satupun keluarga gue mengetahui, gue menadah air mata dan dosa yang gue buat, dan terpaksa osa harus terlibat,
Sudah 3 hari sejak hari gue menelan obat itu, gue membiarkan rahim gue terluka, Gue berusaha cari pinjaman uang tapi tak satupun mereka memberi, gue hanya bisa pasrah seandainya memang gue harus ikut terbunuh.
Gue udah gak bisa bangun, bahkan untuk kencing gue harus di papah osa, gue gak turun ke kamar mandi gue kencing di ember yang disediakan osa.
Udah gak terbayangkan bau apa yang tercium di kamar gue waktu itu.
Tubuh gue semakin lemah dan semakin lemah, rasa sakit terus menghujam, air mata gue serasa telah kering, tak bisa lagi menetes.
Gak satupun teman kerja gue yang dateng menjenguk (resiko orang cuek, gak punya temen) , osa merawat gue dengan di bantu istrinya bang haris.
Osa mencuci semua pakaian gue yang berlumur darah, tanpa pamrih dan mengeluh, tak jarang gue melihat dia menangis tanpa suara.
Hari berganti hari,sisa sisa jaringan yang ada di rahim gue perlahan keluar.
Ya tak di sangka2 ternyata teman kantor gue gak seburuk apa yang gue pikir, beberapa dari mereka menjenguk gue, dan lagi lagi gue harus bohong soal sakit gue untuk menutupi aib.
Berkat bantuan dari mereka juga gue bisa pergi ke dokter untuk USG.
Mukjizat selalu ada, ampunan selalu terbuka.
Rahim gue yang infeksi telah membaik, pembusukan di rahim gue sudah tak terlihat, jaringan jaringan yang tersisa di rahimnya juga sudah mulai bersih.
Allahu akbar .
Gue hanya perlu beberapa kali check up lagi untuk memastkan keadaan rahim gue.
Aborsi menggunkan obat sangat berbahaya, gue membaca beberapa artikel bahkan ada yang terbunuh oleh obat biadab itu, orang yang keguguran secara alami karena jatuh atau karena kecelakaan lainnya, janinnya tidak akan rusak seperti apa yang gue alamin, janinnya masih terbungkus oleh selaput pembungkusnya beserta tali pusar yang mulai tumbuh, dan untuk seusia kandungan gue yang waktu itu menginjak 2 bulan 10 hari jaringan jaringannya telah hacur bahkan obat itu juga melukai rahim gue.
Berat badan gue waktu itu hanya sisa 36 kg (biasanya 45), seminggu gue melewati masa sulit akhirnya gue bisa keluar dari masa itu, dangue harus memikirkan bagaimana cara mencari surat keterangan sakit untuk 2 minggu, karena gue harus bedrest. Ditambah gue gak mungkin minta surat keterangan sakit dari dokter yang memeriksa gue......
Yaa lagi lagi gue harus curang...
0