Kaskus

Story

taucolamaAvatar border
TS
taucolama
Cahaya Dalam Kelam
Sebelum membaca mohon diperhatikan:

1. Cerita ini fiksi bila ada kejadian yg sama dengan kehidupan nyata anggap saja kebetulan. Atau kejadian nyata yang udah dirubah kedalam cerita.
2. Jangan kepo tentang ane dan tokoh tokoh dalam cerita. Nikmati aja jalan ceritanya.
3. Update diusahakan secepatnya. Jangan protes kalo updatenya sedikit. Yang penting diusahakan sampe tamat.

Prolog


Namaku Cahya. Asli dari kota kecil di Jawa Barat. Aku merantau ke kota setelah tamat SMU. Maklum ortuku hanya petani dengan penghasilan pas pasan sehingga tak mampu membiayai kuliah. Aku merantau kekota pun gara gara sakit hati diputuskan oleh Nala pacarku yang memilih lelaki lain.

Aku dimasukkan kerja di toko pakaian disalah satu mall dikota oleh sepupuku Irene (salah satu tokoh di cerita Gelap Tak Selamanya Kelam). Aku bekerja serabutan dari membantu dirumah pemilik toko sebut saja pak Budi dan beres dirumah, lanjut ke Toko Pakaian. Aku sendiri kost di dekat rumah pak Budi.


INDEX

CHAPTER 1
part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20


Yang suka Rate, Share ,Komen gak nolak dikasih yg ijo ijo.
Diubah oleh taucolama 14-04-2017 17:43
nona212Avatar border
ameyliasalsaAvatar border
4BrotherTanAvatar border
4BrotherTan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
73.2K
306
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
taucolamaAvatar border
TS
taucolama
#134
part 14

Makhluk berbulu dan bertaring itu mendekati kami. Tapi entah mengapa hanya aku yang melihat makhluk itu. Yang lain hanya bilang melihat benda bergerak sendiri. Aku terus berdoa, dalam hatiku menginginkan sosok bayangan yang menabrak sosok perempuan yang mengganggu tempo hari hadir.

Tiba tiba... Bulu kudukku merinding kali ini serasa ada getaran hebat di sisi kiriku.

"Aku hadir": tiba tiba terdengar suara setengah menggeram terdengar. Apa ini, disisiku tiba tiba muncul bayangan seperti seseorang. Astaga bayangan itu kini menjelma menjadi seorang lelaki setengah baya dengan pakaian jaman dahulu.

Lelaki itu menatap tajam kearah makhluk mengerikan didepanku.
"Biar kulawan makhluk itu": kata sosok lelaki itu.
Hawa cukup kuat muncul dari sosok lelaki itu. Perlahan lahan lelaki itu membungkuk dan astaga sosok lelaki itu berubah menjadi harimau.
Harimau yang cukup besar dan tiba tiba harimau itu menerkam makhluk itu. Mereka bergulingan saling cakar dan menyerang.
Suatu saat harimau itu berhasil menggigit tengkuk makhluk itu.
Suara makhluk itu menjerit terdengar cukup mengerikan.

Makhluk itu berusaha meronta tapi gigitan harimau itu kuat sekalu. Hingga makhluk itu berhenti meronta dan hilang tanpa jejak. Kini harimau itu berubah kembali menjadi sosok lelaki dan seperti memberi salam padaku. Tak lama sosok lelaki itu hilang.

"Cahya, ada apa sebenarnya kenapa tadi benda benda disapur bergerak sendiri, terus terdengar jeritan dan kemudian semua benda berhenti bergerak sendiri": kata Ajeng.
"Tadi ada makhluk yang ganggu tapi kini sudah pergi": kataku.
"Tapi balik lagi ga, bibi takut": kata bi Dedeh.
"Gak bi sudah diusir, gak akan balik lagi": kataku.
"Ya udah bibi mau lanjutin masak buat makan malam kita": kata bi Dedeh
"Aku kedepan ke tempat resepsionis ya": kata Zainal.
"Ya, aku disini dulu nemenin bi Dedeh": kataku.
"Bi saya bantu yah": kata Ajeng.

Bi Dedeh dan Ajeng melanjutkan masak. Aku memperhatikan Ajeng. Sebenarnya Ajeng cantik juga, cuma Ajeng sederhana.
Hari hari Ajeng cuma mengikat rambutnya yang panjang sebahu. Dandan juga paling pakai bedak dan lipstik tipis alis juga masih alami. Pakaian gak pernah pake baju ketat. Berbanding terbalik dengan mba Susan yang rambut lurus dan diwarna. Dandanan dan gaya baju modis.
Apa lebih baik kupilih Ajeng jadi pacarku?.

Aku teringat sosok lelaki yang berubah menjadi harimau. Siapa sebenarnya sosok itu?. Apa itu yang dibilang Aka sosok pelindungku. Ah yang penting bila ada gangguan akan kucoba panggil lagi. Tapi bagaimana cara memanggilnya?. Apa cukup mengharapkan kehadirannya?.

Bi Dedeh dan Ajeng beres memasak. Kami membawa makanan ke ruang resepsionis.

"Akhirnya mateng makanan siap": kata Dudu.
"Huuuu kalo makanan Dudu pasti nomer satu": kata Zainal.
"Du anterin dulu makanan ke pos buat mang Jajang": kataku.
"Ah koq aku sih aku kan dah laper": kata Dudu.
"Eh berani ngebantah kata atasan": kata Ajeng.
"Oh iya yah lupa. Sini biar aku anter": kata Dudu.
"Gak Usah biar Bibi aja yang anter": kata Bi Dedeh.

Bi Dedeh mengantar makanan ke pos. Aku dan yang lain mulai makan. Aku liat Ajeng curi curi pandang ke arahku. Setiap beradu pandang Ajeng langsung menunduk.

"Perasaan makanannya gak pedes, koq ada yang mukanya memerah": kataku
"Siapa sih Cahya?": kata Dudu
"Itu tu tuan putri": kataku
"Cie..cie..cie yang dibilang tuan putri": kata Dudu.

Ajeng terbatuk kayanya dia tersedak.

"Ih sebel becanda terus kan lagi makan": kata Ajeng terus minum
"Cie..cie cie ntar lagi ada yang jatuh cinta": kata Dudu.
"Ih Dudu jelek": kata Ajeng sambil melempar sepotong tahu kearah Dudu dan mengenai kepala Dudu.
"Koq aku yang dilempar padahal Cahya tuh yang mulai": kata Dudu.

Tiba tiba Ajeng berjalan kearahku dan Ajeng mencubitku.

"Aduh koq nyubit sih": kataku.
"Cie cie cie yang main cubit cubitan": kata Dudu.

Ajeng kembali nyubitku.

"Nah koq aku lagi yang dicubit": kataku.
"Abis kamu yang mulai duluan jadi Dudu terus ngejek terus": kata Ajeng.
"Cie cie cie": kata Dudu.
"Udah jangan bilang cie cie ntar aku dicubit lagi": kataku.
"Udah diterima aja cubitan yang langsung kehati": kata Dudu.
"Kehati bagaimana nih rasain": kataku sambil nyubit Dudu keras.
"Aduuuuuh, sakiiiiiit": kata Dudu.
"Sakit ya sini aku elus": kata Ajeng sambil mengelus tanganku.
"Gue yang dicubit malah cahya yang dielus": kata Dudu.
"Jeng pipi aku juga pingin dielus": kataku.
Ajeng mengelus pipiku lembut.
"Kampreeet malah manas manasin, mana aku belum punya pacar": kata Dudu.
Kami semua tertawa melihat sikap Dudu.
"Udah ah aku tidur duluan dadah Dudu jelek": kata Ajeng sambil melet ke Dudu.
"Ajeng jelek": kata Dudu.
"Mimpi yang indah ya tuan Putri": kataku sambil tertawa.
"Iya yang pasti gak mimpiin Dudu, soalnya nanti aku mimpi buruk": kata Ajeng.
"Napa gue yang jadi korban, gantian tuh Zainal yang dari tadi cengar cengir": kata Dudu sewot.
Kami tertawa lagi Dudu malah cemberut.

Ajeng pergi tidur, aku dan yang lain begadang sambil nonton bola.
Bukadikitjos620
radityodhee
khuman
khuman dan 2 lainnya memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.