Di kelas 4, aku punya teman namanya Silvi. Aku tidak begitu akrab dengannya. Dia jarang masuk sekolah. Bahkan pernah dalam sebulan dia tidak masuk sekolah. Waktu dia datang ke sekolah, dia selalu memakai topi. Kami semua penasaran, kok silvi enggak mau buka topi walaupun udah di kelas? Akupun nanya sama Silvi. Ternyata kepalanya dibotakin karena habis sakit.

Tiba pelajaran olahraga, waktu itu lompat jauh. Kita disuruh lompatin bolongan sampah (itu lho yang dibuat galian untuk tempat sampah. Kalau uudah penuh, ditutup lagi pake tanah). Jadi kalau kita enggak bisa menjangkau di ujung, jatuhlah kita di sampah2 itu. Tiba giliran silvi yang melompat, topinya terjatuh. Botaknya kelihatan. Silvi dijadikan olok2an oleh teman2 yang lain. bakan ada anak cowok yang ngambil topinya dan tidak mau mengembalikannya. Aku jadi kasihan melihat silvi nangis. Aku datangi anak yang ngambil topi silvi dan langsung aku marahin.


Sahabat2ku yang waktu itu ikut dalam insiden richard akhirnya membantuku karena melihat aku kesusahan ngambil topi silvi. Setelah berhasil mengambil topi silvi, aku pakaikan dan aku tenangkan silvi di kelas. Besok2nya selvi jadi akrab sama aku. Tapi setelah penaikan kelas, silvi enggak sekolah lagi. Mungkin penyakitnya bertambah parah atau ada alasan lain, aku juga tak tau. SILVI, kamu dimana?

Skip....

Suatu ketika, aku dipanggil untuk mengikuti tes cerdas cermat. Ada 5 orang terpilh, 2 dari kelas A, yaitu Arya dan Arianti dan dari kelasku yenni, aku dan andri. Dan aku berhasil lolos untuk mengkuti cerdas cermat antar sekolah. Yenni yang enggak berhasil lolos sebel banget sama aku. Padahal aku tidak terlalu berambisi. Mana aku harus didampingi dengan 2 cowok, arya dan andri. Untung bukan aku yang ditunjuk sebagai pembicara, tapi Arya.

Saatnya pertandingan babak penyisihan. Pertandingan dilaksanakan di sekolahannya eti. Dan kami lolos untuk babak semi final. Untuk memasuki babak berikutnya, aku, arya dan andri berembuk. Aku kebagian pelajaran matematika dan IPA, andri bahasa daerah dan IPS, arya PMP dan bahasa Indonesia. Saat babak rebutan, nilai kami yang awalnya jauh di bawah grup lainnya melaju pesat karena kecepatan tangan arya memencet tombol. Hasil rembukan tadi, yang penting pencet tombol aja dulu, kita tau jawabannya atau tidak urusan belakangan. Di babak rebutan ini, pendamping juga boleh berbicara. Namun sayang, kami tetap tidak lolos untuk babak final.

Sepulang dari cerdas cermat, eti manggil aku...