dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#857
PART 42

Setelah obrolan nostalgia dengan Bentigo, gue beranjak ke kamar Grace. Perlahan tapi pasti gue buka pintu kamar Grace. Karena gelap, gue nyalakan saklar lampu yang gue raba berada dekat pintu.

Betapa kagetnya gue ketika lampu menyala, di kamar Grace ada sebuah foto kita berdua yang di perbesar menghadap tempat tidur.

Otak gue seketika blank, pikiran gue terbang kemana-mana. Kenangan gue dan Grace terbayang-bayang di kepala gue. Bener-bener sebuah foto yang membuat gue teringat masa lalu.

"Wi?"
"Eh... iya, Grace?"
"Kamu ngapain di depan pintu?" tanya dia dari tempat tidur. "Sini masuk, jangan lupa tutup pintu sama matiin lampunya."

Gue segera menutup pintu dan mematikan lampu. Dalam gelap, gue berjalan ke arah tempat tidur.

"Udah mau tidur?"
"Belum ngantuk sih sebenernya," jawab gue menaiki tempat tidur. "Lo keganggu sama lampu, ya? Maaf deh."
"Enggak, kok." Grace bergeser ke dekat gue, "Terus kenapa tidur? Udah males ngobrol sama Ben?"
"Enggaklah, mana ada gue males ngobrol sama dia."
"Terus?"
"Benti Jr. nangis, tanggung jawab papa buat tidurin anaknya."

Entah kenapa malam itu terasa lebih panjang dari biasanya. Gue sama sekali enggak bisa tidur di kamar Grace, foto besar itu menghantui malam gue. Foto berdua yang dia ambil sewaktu main DotA bareng di warnet langganan gue. Foto berdua yang dipotong karena sebenarnya bertiga. Foto berdua yang mengingatkan gue tentang perjuangan Grace waktu itu.

"Dawi...." gumam Grace dalam gelap. "Kalo aja kamu sadar aku selalu ada buat kamu. Kalo aja aku masih dikasih kesempatan buat perjuangin kamu, Wi. Kalo aja kayak gitu, Wi. Aku pasti enggak bakalan lepasin kamu, enggak bakalan ninggalin kamu."

Gue enggak berani membalas kata-kata Grace. Mulut gue bener-bener terbungkam, enggak ada sepatah kata pun yang bisa terucap. Satu-satunya hal yang bisa gue lakukan agar Grace sadar kalo gue masih bangun adalah mengganti posisi tidur.

Dan ketika gue mengganti posisi tidur, Grace memeluk gue dari belakang. Dia berbicara tepat dibelakang telinga gue, suara nafasnya terdengar jelas di telinga gue.

"Aku udah tau semuanya, Wi. Aku tau kalo waktu kamu nolak aku itu kamu putus sama Masayu."

Watefak! Dia tau soal gue sama Masayu?! Perasaan orang yang tau tentang hubungan gue cuma anak kos lama. Dan satu-satunya orang luar yang tau kalo gue putus sama Masayu juga cuma Arin, Peppy pun enggak tau tentang hubungan gue itu. Kenapa Grace bisa tau? Darimana dia tau?!

"Aku juga tau kalo kamu pernah deket sama Arin, Wi."

What?! Dia tau juga tentang Arin? Tunggu! Jangan-jangan dia juga tau tentang Emil?!

"Tapi aku masih belum tau kenapa kalian tiba-tiba jadi musuh. Apa masih ada cewek lain yang luput dari pengetahuanku, Wi?"

Slamet! Untung Grace enggak sampe tau masalah Emil. Kalo aja dia tau, berarti dia tau dengan detil semua kehidupan gue. Dan kalo itu terjadi, berarti gue lagi seranjang sama orang yang memperhatikan hidup gue selama ini.

"Aku pengin banget dapetin kamu sepenuhnya, Wi. Apa aku harus sakit kayak Masayu biar kamu mau perjuangin aku? Apa aku harus hamil—"
"Enggak!" potong gue. "Lo mikir apaan coba, Grace!"
"D-Dawi?! Kamu masih bangun?!"
"Iya, aku masih bangun."
"Dari kapan? Jangan-jangan kamu denger semuanya?!"
"Iya, aku denger semuanya."
"Wi, maafin aku," ucap Grace. "Aku enggak bermaksud—"

Gue bungkam mulut Grace dengan sebuah ciuman. Satu ciuman yang panjang, satu ciuman yang hangat, satu ciuman yang enggak bakal terlupakan

Grace mendorong gue, "Dawi...!"
"Apa?"
"Kamu...," ucap Grace terisak. "Kamu kenapa cium aku?"
"Bukannya itu yang kamu mau? Bukannya itu yang kamu harapin? Bukannya itu yang selama ini kamu tunggu?"

Gue cium Grace untuk yang kedua kalinya, tapi kali ini hanya sebentar dan tidak ada penolakan.

"Kamu kalo ada apa-apa bilang sama aku, jangan dipendam sendiri."
"Dawi...." Grace memeluk gue erat, "Aku sayang banget sama kamu, Wi."
Diubah oleh dasadharma10 14-03-2017 11:37
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.