Quote:
"Mbak Gladys kenapa?"
Gladys hanya menggeleng sedih ketika ditanya ibunya.
Jelas ibunya yang paling pertama tahu kalau Gladys sedang ada pikiran dan dia sedang sedih.
"Masalah di kantor? Masalah kerjaan? Masalah pacar?"
Gladys masih diam. dia belum pernah cerita tentang Nara pada ibunya dan perasaannya yang mulai desperate. Padahal Gladys itu anak baik-baik, jangankan mengemis minta supaya perasaannya dinotice, kalau ada orang yang beneran suka saja biasanya ditolak oleh Gladys. Padahal dia cantiknya bukan main, hidungnya mancung kecil, matanya cokelat, rambutnya tebal dan agak merah, badannya tinggi langsing. Dan hatinya ampun baiknya. Sabar juga. Gladys itu anak ibunya banget, kalau ada masalah, dia lebih senang diam dan memendam perasaannya.
"Mbak lai suka sama orang, yah?"
"Namanya Nara, Bu. But.....I don't think he likes me.
"Kenapa?"
"He doesn't want to talk to me."
"Kok gitu?"
"I'm not his type."
Mesti selera cowok yang disukai Gladys itu aneh, begitu pikir ibunya. Habis, anak perempuannya ini hampir sempurna, dan bisa-bisanya ada yang nolak.
Gladys bangkit dan mengambil buku dari kepolisian, ia membuka-buka beberapa halaman kemudian menunjukan pada ibunya. Ternyata profil dan foto Nara.
"Ganteng. Hidungnya bagus." Gladys tersenyum.
"He's more than just handsome, Mom. He's so.....smart, and kind, and brave. Highly moral......"
Baru pertama kali ibunya melihat Gladys begitu berbinar-binar ketika bercerita mengenai seorang cowok. Biasanya dia tertutup kalau maslaah begini. Berarti Gladys serius perasaannya pada Nara. Sayang perasaannya tidak terbalas.
"Yaudah, siapa tahu nanti dia juga bisa suka sama Mbak Gladys. Mbak jangan sedih, yah."