TS
Ariel.Matsuyama
[Orific] Waysteel: Wayang Baja (Indonesian Superheroes)
Genre:Action | Drama | Sci-Fi | Supernatural
Sinopsis:Kematian sang kakak, membuat Ariel Sadewa menjadi seorang pendendam. Dendam itu mengubahnya menjadi seorang pahlawan super bernama `Waysteel`, yang memiliki misi melenyapkan `Rahwana`, makhluk yang mengancam populasi manusia, sekaligus makhluk yang membunuh kakaknya beberapa tahun silam.
Fic ini menceritakan tentang kisah Sang Wayang Baja dalam menumpas Rahwana.
Fic ini menceritakan tentang kisah Sang Wayang Baja dalam menumpas Rahwana.
Spoiler for Chapter List:
Part 1
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Part 2
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Part 3
[Act 1] [Act 2 (End)]
Part 4
[Act 1] [Act 2 (End)]
[Act 1] [Act 2] [Act 3] [Act 4 (End)]
Part 2
[Act 1] [Act 2] [Act 3 (End)]
Part 3
[Act 1] [Act 2 (End)]
Part 4
[Act 1] [Act 2 (End)]
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 11-04-2017 18:34
0
8.2K
Kutip
18
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Fanstuff
1.9KThread•347Anggota
Tampilkan semua post
TS
Ariel.Matsuyama
#16
Spoiler for Part 3 Act 2 (End):
Ariel masuk ke dalam pabrik itu. Ia melihat sekeliling. Tapi ia tidak menemukan Hanzo. Tidak lama kemudian...
“Ekhm!” Hanzo tiba-tiba muncul, keluar dari sebuah ruangan.
Ariel tersentak. Kepalanya menoleh ke kanan.
“Ariel Sadewa. Pemuda yang cukup hebat,” ucap Hanzo.
Dahi Ariel mengernyit. “Darimana kamu tahu nama saya?”
“Hahahaha. Cuma dengan menatap mata seseorang dengan seksama, saya bisa tahu data pribadi dan kehidupannya,” kata Hanzo. “Waktu kita bertarung, saya sempat natap mata kamu dengan seksama.”
“Kalo begitu dimana perempuan yang kamu bawa tadi?” tanya Ariel. Tatapan matanya yang dingin menajam.
“Dia nggak apa-apa, tenang saja. Dia ada di salah satu ruangan di pabrik tua ini. Saya bawa dia cuma untuk mancing kamu,” jawab Hanzo. “X-Storm!!” teriaknya kemudian.
Seorang pemuda berambut panjang dengan tubuh tinggi tegap serta berotot keluar dari salah satu ruangan. Ia mengenakan setelan baju lengan panjang warna putih yang bagian sebelah kirinya berlengan pendek. Celananya berwarna senada dengan baju. Lengan kirinya seperti lengan kiri `monster`. Di pinggangnya terselip samurai panjang dengan cabang gagang berbentuk huruf `X`. Pemuda itu berjalan secara perlahan menghampiri Hanzo, kemudian berdiri disampingnya.
“Ini!” Hanzo melemparkan sebuah kalung emas dengan bandulan berupa kristal persegi enam warna biru dengan ruby di tengahnya pada Ariel. Ariel menangkap kalung tersebut, lalu memperhatikannya dengan seksama.
“I-ini ... Nggak salah lagi, kalung ini punya Kak Rieft yang diwarisin sama ayah! Kalung ini langka, cuma ada satu di dunia,” gumam Ariel. “Darimana kamu dapet benda ini?” tanyanya pada Hanzo.
“Benda itu punya orang yang ada di sebelah saya,” jawab Hanzo seraya menunjuk pemuda berambut panjang warna perak yang berdiri di sebelah kanannya dengan jempolnya.
“Apa???” Mata Ariel membelalak. Ia lalu memperhatikan ciri fisik orang disamping Hanzo itu dengan seksama, lalu bicara dalam hati, “Rambut perak dan mata biru itu ... I-ini mustahil! Orang itu ... Dia Kak Rieft! Nggak salah lagi! Walau sekarang rambutnya udah panjang. Tapi, gimana bisa??”
“Hahahahaha... Kenapa, Ariel Sadewa? Saya tidak berkata bohong, saya bicara kenyataan. Dan orang disamping saya ini, sekarang akan jadi lawan kamu!” ujar Hanzo. “X-Storm, habisi dia!!” perintahnya pada pemuda disampingnya.
Pemuda yang dipanggil X-Storm tersebut mengangguk, kemudian maju beberapa langkah ke depan. “Heeaaahh...!!” teriaknya, seraya meliukkan punggung sedikit ke belakang serta mengepalkan kedua tangannya.
“Kakak...,” gumam Ariel dengan nada lirih.
“Saya pergi dulu. Selamat menikmati jamuan dari saya, tamu spesial. Hahahahaha...” Hanzo lalu melompat ke lubang persegi berukuran besar yang ada di atap dan kemudian pergi.
"Kak Rieft ... Saya mohon, sadar kak...," ucap Ariel. "Saya ini Ariel, Ariel Sadewa. Adik kamu."
"Saya nggak pernah punya adik. Dan nama saya 'X-Storm'! Ingat itu!" ujar X-Storm sembari menunjuk Ariel.
"Tapi kalung ini!" Ariel mengangkat lengan kanannya, seraya menunjukkan kalung yang ia pegang pada X-Storm. "Ini punya kamu dari ayah. Cuma kamu yang punya kalung ini, kak!"
"Ayah??" X-Storm mengernyitkan dahinya. "Saya nggak punya ayah, dan saya nggak tahu siapa yang ngasih kalung itu. Tapi yang jelas, Hanzo pernah bilang, kalung itu punya pengaruh buruk buat saya, makanya dia ambil. Dan sekarang, kamu boleh ambil kalung itu! Oh iya, berenti panggil saya kakak! Kita nggak ada hubungan apa-apa. Kamu itu lawan saya, dan saya lawan kamu. Jelas?"
"Kakak! TOLONG SADARLAH!!" teriak Ariel.
"Diam!" balas X-Storm yang kemudian mengarahkan telapak tangan kirinya ke depan.
Bagian biru di telapak tangan kiri X-Storm tiba-tiba menyala terang, begitu pula bagian biru berbentuk huruf `X` di punggung tangannya, serta kuku-kuku jarinya. Setelah itu, muncul cahaya bundar berwarna biru seukuran telapak tangannya. Cahaya bundar tersebut diselimuti oleh petir yang menyambar-nyambar.
"Thunder!!" teriak Rieft. Saat itu juga, cahaya biru bundar berpetir tersebut langsung melesat ke arah Ariel.
Terkesiap, Ariel pun menghindarinya dengan melompat ke kanan. Alhasil, cahaya biru bundar tersebut mengenai tembok hingga bolong.
X-Storm mencabut pedang bergagang putih dengan cabang gagang berbentuk huruf `X` yang berada dalam sarung putih yang tersampir di pinggang sebelah kanannya. Setelah itu ia berlari menuju Ariel.
Begitu X-Storm jaraknya dan Ariel sudah dekat, ia langsung menebaskan pedangnya ke tubuh Ariel.
Untungnya, Ariel bisa menghindari serangan tersebut dengan memutar bahu kirinya ke belakang. X-Storm kembali menebaskan pedangnya. Ia melakukan tebasan datar ke arah kepala Ariel.
Ariel yang sudah membaca pola serangan X-Storm segera merunduk. Walhasil serangan X-Storm meleset.
Akan tetapi, X-Storm yang melihat celah pada pertahanan Ariel segera menendang perut pemuda itu sekuat tenaga. Hal demikian membuat tubuh Ariel meliuk sedikit ke belakang.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, X-Storm langsung meninju perut Ariel dengan lengan kirinya sekuat mungkin.
Ariel yang tidak siap menerima serangan itu pun mencelat ke belakang. Tubuhnya menubruk tembok hingga bolong. Ia terlempar ke luar pabrik dan terguling-guling begitu tubuhnya menyentuh tanah.
Setelah tubuhnya berhenti berguling, Ariel berusaha bangkit sembari memegangi perutnya yang sakit bukan main sekaligus menahan rasa sakit di punggungnya.
"Ahakh!" Ariel muntah darah. "Ku-kuatnya...," gumamnya.
X-Storm keluar dari pabrik melalui salah satu pintu yang ada disana. Ia berjalan perlahan menghampiri Ariel yang baru setengah bangkit.
"Cuma segitu kemampuan kamu, Ariel?" tanya X-Storm yang sudah berjarak beberapa hasta dari Ariel dengan nada dingin.
"Kakak, tolong jangan paksa saya!" pinta Ariel.
X-Storm tersenyum miring. "Saya nggak peduli. Lawan saya, atau kamu akan mati!"
"Geh ...." Ariel kembali muntah darah.
X-Storm maju beberapa langkah lagi, kemudian ia menarik kerah baju Ariel dengan lengan kirinya sehingga Ariel berdiri dengan sempurna.
"Dasar lemah!" cemooh X-Storm, sebelum akhirnya meninju perut Ariel sekali lagi dengan lengan kirinya.
Ariel langsung terpental ke belakang, ke arah rumah kosong kecil yang jaraknya tak jauh dari tempat X-Storm berpijak. Tubuhnya menabrak kaca rumah itu hingga pecah dan ia pun masuk ke dalamnya.
"Thunder!! Thunder!! Thunder!!" teriak X-Storm seraya meluncurkan bola cahaya biru berpetir dari telapak tangan kirinya sebanyak 3 kali dan mengarahkannya ke lima jejer drum minyak yang ada di depan rumah tempat Ariel terpental.
BUOOMM!! BUOOMM!! BUOOMM!! BUOOMM!! KWABOOMM!!!
Lima drum minyak yang ada di depan rumah tersebut meledak. Dan akibat dari ledakan itu, tembok rumah tersebut rusak parah dan rumah itu kebakaran.
"Khuh! Cuma segitu aja kemampuannya," ucap X-Storm yang kemudian membalikkan badannya.
Namun, baru selangkah saja X-Storm berjalan, ia berhenti karena mendengar sesuatu di belakangnya.
Begitu X-Storm memutar tubuhnya ke belakang, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah `Waysteel` yang sedang berdiri tegak di kobaran api sambil memegang `Dhamarwulan` di tangan kanannya.
"Apa itu??" gumam X-Storm kebingungan. "Siapa kamu?" tanyanya pada Waysteel.
"Panggil saya Waysteel. Wayang ... Baja," ujar Waysteel.
"Waysteel??" X-Storm mengeryitkan dahinya.
"Ya. Apa yang kakak lakuin tadi maksa saya bertindak sejauh ini," ucap Waysteel.
"Kakak??" X-Storm berfikir sejenak, sebelum akhirnya bertanya, "Apa kamu Ariel Sadewa?"
"Tepat," jawab Waysteel.
"Hoo... Begitu rupanya. Ternyata kamu punya wujud lain. Ini akan jadi menarik," kata X-Storm.
"Kalo begitu, karena kakak udah maksa saya, saya nggak keberatan lanjutin pertarungannya," ucap Waysteel.
"Bagus!" ujar X-Storm. "Saya juga punya wujud lain. Dan sekarang, saya akan memakainya. Bersiap-siaplah!"
Dari balik helm Waysteel-nya, Ariel menatap tajam.
X-Storm mengangkat lengan kirinya setinggi wajah, sebelum akhirnya mengepalkan jarinya dan berteriak, "X-Storm Armor!!"
Bagian biru yang berbentuk huruf `X` di punggung tangan X-Storm menyala terang. Kemudian tubuhnya tertutup cahaya biru nan menyilaukan. Tak lama, cahaya itu meredup dan tubuh X-Storm pun berubah. Tubuhnya kini diselimuti baju baja berwarna dominan putih dan biru di beberapa bagiannya. Bagian biru tersebut bentuknya seperti kaca, terdapat di kedua lutut, tangan kanan, serta beberapa bagian lainnya. Kaca helm pakaian pelindung itu juga berwarna biru, dan di bagian atas helm tersebut, terdapat sepasang tanduk pipih. Lalu di bagian dadanya ada lambang seperti huruf `X` berwarna biru pula. Yang tidak berubah dari X-Storm hanya lengan kiri dan senjatanya saja.
"Ternyata dia sama kayak Strong," gumam Waysteel.
Mari, kita mulai pertarungannya!" ucap X-Storm seraya memasang kuda-kuda dan perlahan menyerong beberapa langkah ke kiri.
Waysteel pun demikian, ia memasang kuda-kuda, dan perlahan menyerong beberapa langkah, namun ke kanan.
"Thunder!! Thunder!! Thunder!!" X-Storm menembakkan 3 bola cahaya biru berpetirnya ke arah Waysteel.
Sadar akan serangan yang datang, Waysteel pun menebas bola cahaya biru tersebut satu persatu.
"Heaaaaahh!!" Di waktu yang hampir bersamaan, X-Storm berlari ke arah Waysteel sembari mengangkat pedangnya.
Untung saja Waysteel bergerak cepat, ketika jarak X-Storm sudah dekat, tebasan pedangnya mampu ia tangkis dengan Dhamarwulan, hingga berdentang keras TRANKKK!!! Dan menimbulkan percikan api.
Setelah itu, mereka berdua kembali mengayunkan pedangnya.
TRANK!! TRINK!! TRANK!! TRINK!!
Adu pedang yang sengit terjadi diantara mereka berdua. Mereka berdua mengayunkan pedang beberapa kali dan saling beradu pedang. Masing-masing dari mereka mengeluarkan jurus-jurus yang sangat apik. Debu beterbangan akibat gesekan kaki mereka
Sesekali, Waysteel mengelak menghindari pukulan tangan kiri X-Storm yang berbahaya dan ia segera membalasnya dengan ayunan Dhamarwulan beberapa kali ke arah X-Storm yang membuat X-Storm kerepotan.
Ketika tebasan besar Waysteel mengarah padanya, dengan sigap X-Storm melompat mendatar ke belakang menghindari tebasan tersebut.
X-Storm terdiam sembari berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Boleh juga dia sekarang," gumam X-Storm, sebelum akhirnya ia berlari dengan kecepatan tinggi ke hadapan Waysteel.
Melihat hal demikian, Wasteel kembali memasang posisi siaga.
TRANK!! TRINK!!
Pedang Waysteel dan X-Storm beradu lagi. Jurus-jurus maut kembali mereka keluarkan selama`beberapa saat`.
TRANKK!!
X-Storm terseret ke belakang menahan kekuatan Dhamarwulan milik Waysteel. Namun kemudian, X-Storm menghentakkan pedangnya yang beradu dan itu membut Waysteel sedikit terpental ke belakang.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, X-Storm langsung meninju dada Waysteel dengan tangan kirinya. Waysteel yang tidak siap menangkis pun terlempar cukup jauh dari posisi awalnya lalu menubruk pohon.
"Egh ...," Waysteel yang sudah setengah bangkit mengusap dadanya yang sakit. "Bahaya tangan kirinya."
" X-Storm berdiri tegak dan tersenyum sinis dari balik helmnya. "Khuh!" dengusnya.
"Oke kalo begitu." Wasteel kemudian menekan tombol merah yang ada di sebelah kiri sabuknya.
`Highspeed Activated!`
Mata sabuk Waysteel baru saja mengeluarkan suara.
Dalam sekejap, Waysteel langsung lenyap dari pandangan X-Storm.
"Hah?? Kemana dia??" X-Storm kebingungan.
Tiba-tiba, X-Storm merasakan tubuhnya ditebas berulang kali dengan kecepatan di luar batas. Kemudian, X-Storm merasakan perutnya dihantam oleh sesuatu yang membuatnya terpental jauh ke belakang.
Belum cukup sampai disitu, X-Storm ditebas lagi dari segala arah dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya. Sampai akhirnya, X-Storm terlempar, membentur tembok pabrik hingga hancur dan ia masuk ke dalamnya serta terguling-guling.
`Highspeed Over!`
Terdengar suara rekaman digital, dan Waysteel kembali dapat dilihat oleh pandangan mata.
Di saat yang hampir sama, X-Storm sudah kembali berdiri walau sempoyongan dan tubuhnya berasap-asap.
"Sial," geram X-Storm sambil memegangi perutnya.
"Kakak yang maksa saya," ucap Waysteel yang berdiri tegak memandang X-Storm yang jaraknya agak sedikit dekat.
"Baiklah ...." X-Storm lalu mengangkat lengan kirinya setinggi wajah, sebelum akhirnya mengepalkannya sembari berkata, "Invisible.""
Bersamaan dengan itu, tanda `X` yang ada di punggung tangan X-Storm pun menyala terang, dan tubuh X-Storm pun menghilang dari pandangan mata.
"Ah?!" Waysteel terkejut.
Tak berselang lama, tubuh Waysteel seperti ditebas berkali-kali dari segala arah dan tidak diberi kesempatan untuk bernafas.
Lalu, dagu Waysteel dihantam keras oleh sesuatu yang tidak terlihat sampai ia terpelanting ke atas, kemudian ia di hantam lagi ke bawah dan jatuh ke lantai sampai lantai tersebut retak dan berjejak seukuran tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, X-Storm kembali terlihat, dan berada persis di depan Waysteel.
Waysteel terpojok. Ia sudah tak mampu melanjutkan pertarungan.
X-Storm berdiri menatapnya, lalu mengayunkan pedangnya, bersiap menyarangkan sabetan besar pada Waysteel.
Waysteel hanya bisa pasrah.
Namun, tiba-tiba X-Storm mengerang kesakitan. Pedangnya terjatuh ke lantai. Ia memegangi kepalanya sambil mengerang dengan tubuh sempoyongan.
Tak lama, tubuh X-Storm menghilang. Bersamaan dengan itu, pedangnya yang tergeletak di lantai juga menghilang.
Waysteel selamat. Tapi ia harus kehilangan kakaknya sekali lagi.
“Kakaakkk!!!” teriak Waysteel yang sudah setengah bangun dan dalam posisi berlutut. Ia mengepal tangannya kuat-kuat, kemudian meninju lantai hingga bolong. “Kenapa?? Kenapa harus kayak gini?? KENAPA???” Dari balik topengnya, Ariel meneteskan air mata.
Waysteel kemudian membuka penutup kecil yang ada di lengan kanannya dan menekan tombol disana, membuat lampu led yang ada disamping tombol itu menyala dan mengeluarkan suara rekaman digital, `Armor System Deactivated!`
Spontan, armor yang dikenakan Ariel berubah menjadi transparan, lalu masuk ke dalam lampu yang ada di gagang Dhamarwulan. Setelah itu, ia mencabut Waysteel Digital Memory yang tertancap di atas gagang pedangnya tersebut dan mengantonginya di saku belakang celananya.
Waysteel telah kembali ke wujud Ariel.
Ariel kemudian mengambil Wayphone di dalam saku celana sebelah kirinya, lalu menekan tombol `111` dan dilanjutkan dengan tombol `Ok` pada benda itu. Seketika, layar Wayphone menampilkan gambar sarung pedang Dhamarwulan. Tak lama, di depan Ariel muncul serpihan-serpihan holograpichal yang kemudian berubah menjadi sarung pedang Dhamarwulan.
Ariel mengambil sarung pedang tersebut, menyisipkan Dhamarwulan ke dalamnya, lalu menyembunyikan pedang tersebut dibalik jasnya. Setelah itu, ia berdiri, kemudian memeriksa setiap sudut ruangan untuk mencari dimana Priska disembunyikan.
Sampai akhirnya, di salah satu ruangan, Ariel menemukan Priska tengah tergeletak tak sadarkan diri di pipa besi yang besar dengan tubuh yang terikat oleh tali tambang. Ariel langsung menghampirinya. Ia membuka tali tambang yang mengikat tubuh Priska, lalu membuka lakban yang memplester mulut gadis itu.
Perlahan-lahan Ariel mengguncang-guncang tubuh Priska.
Kelopak mata Priska mulai terbuka pelan-pelan. Pandangan yang pertama kali ia lihat ialah sosok Ariel yang sedang memandang dirinya.
Priska langsung terkejut. Ia yang sudah sadar dari pingsannya segera duduk dan mundur menjauhi Ariel dengan cepat, kemudian bertanya, “Ariel?? Kok lo bisa ada disini?? Lo nggak ngapa-ngapain gue kan??”
“Bagus kalo kamu udah sadar.” Ariel berdiri, kemudian membelakangi Priska. “Ayo pulang!”
“Heh! Lo nggak ngapa-ngapain gue kan??” Priska mengulang pertanyaannya.
“Khuh!” dengus Ariel. “Buat apa?” Suaranya terdengar berat dan berwibawa.
“Bagus deh kalo gitu.” Priska lalu berdiri.
“Mau pulang bareng?” tanya Ariel tanpa menoleh ke arah Priska.
“Nggak usah!” tolak Priska. “Gue pulang sendiri aja.”
“Yaudah,” balas Ariel yang kemudian berjalan meninggalkan Priska.
Ariel berjalan ke arah luar. Sesampainya di luar, ia langsung menaiki Waybringer, menstarternya, dan melesat pergi dari tempat tersebut.
“Ekhm!” Hanzo tiba-tiba muncul, keluar dari sebuah ruangan.
Ariel tersentak. Kepalanya menoleh ke kanan.
“Ariel Sadewa. Pemuda yang cukup hebat,” ucap Hanzo.
Dahi Ariel mengernyit. “Darimana kamu tahu nama saya?”
“Hahahaha. Cuma dengan menatap mata seseorang dengan seksama, saya bisa tahu data pribadi dan kehidupannya,” kata Hanzo. “Waktu kita bertarung, saya sempat natap mata kamu dengan seksama.”
“Kalo begitu dimana perempuan yang kamu bawa tadi?” tanya Ariel. Tatapan matanya yang dingin menajam.
“Dia nggak apa-apa, tenang saja. Dia ada di salah satu ruangan di pabrik tua ini. Saya bawa dia cuma untuk mancing kamu,” jawab Hanzo. “X-Storm!!” teriaknya kemudian.
Seorang pemuda berambut panjang dengan tubuh tinggi tegap serta berotot keluar dari salah satu ruangan. Ia mengenakan setelan baju lengan panjang warna putih yang bagian sebelah kirinya berlengan pendek. Celananya berwarna senada dengan baju. Lengan kirinya seperti lengan kiri `monster`. Di pinggangnya terselip samurai panjang dengan cabang gagang berbentuk huruf `X`. Pemuda itu berjalan secara perlahan menghampiri Hanzo, kemudian berdiri disampingnya.
“Ini!” Hanzo melemparkan sebuah kalung emas dengan bandulan berupa kristal persegi enam warna biru dengan ruby di tengahnya pada Ariel. Ariel menangkap kalung tersebut, lalu memperhatikannya dengan seksama.
“I-ini ... Nggak salah lagi, kalung ini punya Kak Rieft yang diwarisin sama ayah! Kalung ini langka, cuma ada satu di dunia,” gumam Ariel. “Darimana kamu dapet benda ini?” tanyanya pada Hanzo.
“Benda itu punya orang yang ada di sebelah saya,” jawab Hanzo seraya menunjuk pemuda berambut panjang warna perak yang berdiri di sebelah kanannya dengan jempolnya.
“Apa???” Mata Ariel membelalak. Ia lalu memperhatikan ciri fisik orang disamping Hanzo itu dengan seksama, lalu bicara dalam hati, “Rambut perak dan mata biru itu ... I-ini mustahil! Orang itu ... Dia Kak Rieft! Nggak salah lagi! Walau sekarang rambutnya udah panjang. Tapi, gimana bisa??”
“Hahahahaha... Kenapa, Ariel Sadewa? Saya tidak berkata bohong, saya bicara kenyataan. Dan orang disamping saya ini, sekarang akan jadi lawan kamu!” ujar Hanzo. “X-Storm, habisi dia!!” perintahnya pada pemuda disampingnya.
Pemuda yang dipanggil X-Storm tersebut mengangguk, kemudian maju beberapa langkah ke depan. “Heeaaahh...!!” teriaknya, seraya meliukkan punggung sedikit ke belakang serta mengepalkan kedua tangannya.
“Kakak...,” gumam Ariel dengan nada lirih.
“Saya pergi dulu. Selamat menikmati jamuan dari saya, tamu spesial. Hahahahaha...” Hanzo lalu melompat ke lubang persegi berukuran besar yang ada di atap dan kemudian pergi.
"Kak Rieft ... Saya mohon, sadar kak...," ucap Ariel. "Saya ini Ariel, Ariel Sadewa. Adik kamu."
"Saya nggak pernah punya adik. Dan nama saya 'X-Storm'! Ingat itu!" ujar X-Storm sembari menunjuk Ariel.
"Tapi kalung ini!" Ariel mengangkat lengan kanannya, seraya menunjukkan kalung yang ia pegang pada X-Storm. "Ini punya kamu dari ayah. Cuma kamu yang punya kalung ini, kak!"
"Ayah??" X-Storm mengernyitkan dahinya. "Saya nggak punya ayah, dan saya nggak tahu siapa yang ngasih kalung itu. Tapi yang jelas, Hanzo pernah bilang, kalung itu punya pengaruh buruk buat saya, makanya dia ambil. Dan sekarang, kamu boleh ambil kalung itu! Oh iya, berenti panggil saya kakak! Kita nggak ada hubungan apa-apa. Kamu itu lawan saya, dan saya lawan kamu. Jelas?"
"Kakak! TOLONG SADARLAH!!" teriak Ariel.
"Diam!" balas X-Storm yang kemudian mengarahkan telapak tangan kirinya ke depan.
Bagian biru di telapak tangan kiri X-Storm tiba-tiba menyala terang, begitu pula bagian biru berbentuk huruf `X` di punggung tangannya, serta kuku-kuku jarinya. Setelah itu, muncul cahaya bundar berwarna biru seukuran telapak tangannya. Cahaya bundar tersebut diselimuti oleh petir yang menyambar-nyambar.
"Thunder!!" teriak Rieft. Saat itu juga, cahaya biru bundar berpetir tersebut langsung melesat ke arah Ariel.
Terkesiap, Ariel pun menghindarinya dengan melompat ke kanan. Alhasil, cahaya biru bundar tersebut mengenai tembok hingga bolong.
X-Storm mencabut pedang bergagang putih dengan cabang gagang berbentuk huruf `X` yang berada dalam sarung putih yang tersampir di pinggang sebelah kanannya. Setelah itu ia berlari menuju Ariel.
Begitu X-Storm jaraknya dan Ariel sudah dekat, ia langsung menebaskan pedangnya ke tubuh Ariel.
Untungnya, Ariel bisa menghindari serangan tersebut dengan memutar bahu kirinya ke belakang. X-Storm kembali menebaskan pedangnya. Ia melakukan tebasan datar ke arah kepala Ariel.
Ariel yang sudah membaca pola serangan X-Storm segera merunduk. Walhasil serangan X-Storm meleset.
Akan tetapi, X-Storm yang melihat celah pada pertahanan Ariel segera menendang perut pemuda itu sekuat tenaga. Hal demikian membuat tubuh Ariel meliuk sedikit ke belakang.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, X-Storm langsung meninju perut Ariel dengan lengan kirinya sekuat mungkin.
Ariel yang tidak siap menerima serangan itu pun mencelat ke belakang. Tubuhnya menubruk tembok hingga bolong. Ia terlempar ke luar pabrik dan terguling-guling begitu tubuhnya menyentuh tanah.
Setelah tubuhnya berhenti berguling, Ariel berusaha bangkit sembari memegangi perutnya yang sakit bukan main sekaligus menahan rasa sakit di punggungnya.
"Ahakh!" Ariel muntah darah. "Ku-kuatnya...," gumamnya.
X-Storm keluar dari pabrik melalui salah satu pintu yang ada disana. Ia berjalan perlahan menghampiri Ariel yang baru setengah bangkit.
"Cuma segitu kemampuan kamu, Ariel?" tanya X-Storm yang sudah berjarak beberapa hasta dari Ariel dengan nada dingin.
"Kakak, tolong jangan paksa saya!" pinta Ariel.
X-Storm tersenyum miring. "Saya nggak peduli. Lawan saya, atau kamu akan mati!"
"Geh ...." Ariel kembali muntah darah.
X-Storm maju beberapa langkah lagi, kemudian ia menarik kerah baju Ariel dengan lengan kirinya sehingga Ariel berdiri dengan sempurna.
"Dasar lemah!" cemooh X-Storm, sebelum akhirnya meninju perut Ariel sekali lagi dengan lengan kirinya.
Ariel langsung terpental ke belakang, ke arah rumah kosong kecil yang jaraknya tak jauh dari tempat X-Storm berpijak. Tubuhnya menabrak kaca rumah itu hingga pecah dan ia pun masuk ke dalamnya.
"Thunder!! Thunder!! Thunder!!" teriak X-Storm seraya meluncurkan bola cahaya biru berpetir dari telapak tangan kirinya sebanyak 3 kali dan mengarahkannya ke lima jejer drum minyak yang ada di depan rumah tempat Ariel terpental.
BUOOMM!! BUOOMM!! BUOOMM!! BUOOMM!! KWABOOMM!!!
Lima drum minyak yang ada di depan rumah tersebut meledak. Dan akibat dari ledakan itu, tembok rumah tersebut rusak parah dan rumah itu kebakaran.
"Khuh! Cuma segitu aja kemampuannya," ucap X-Storm yang kemudian membalikkan badannya.
Namun, baru selangkah saja X-Storm berjalan, ia berhenti karena mendengar sesuatu di belakangnya.
Begitu X-Storm memutar tubuhnya ke belakang, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah `Waysteel` yang sedang berdiri tegak di kobaran api sambil memegang `Dhamarwulan` di tangan kanannya.
"Apa itu??" gumam X-Storm kebingungan. "Siapa kamu?" tanyanya pada Waysteel.
"Panggil saya Waysteel. Wayang ... Baja," ujar Waysteel.
"Waysteel??" X-Storm mengeryitkan dahinya.
"Ya. Apa yang kakak lakuin tadi maksa saya bertindak sejauh ini," ucap Waysteel.
"Kakak??" X-Storm berfikir sejenak, sebelum akhirnya bertanya, "Apa kamu Ariel Sadewa?"
"Tepat," jawab Waysteel.
"Hoo... Begitu rupanya. Ternyata kamu punya wujud lain. Ini akan jadi menarik," kata X-Storm.
"Kalo begitu, karena kakak udah maksa saya, saya nggak keberatan lanjutin pertarungannya," ucap Waysteel.
"Bagus!" ujar X-Storm. "Saya juga punya wujud lain. Dan sekarang, saya akan memakainya. Bersiap-siaplah!"
Dari balik helm Waysteel-nya, Ariel menatap tajam.
X-Storm mengangkat lengan kirinya setinggi wajah, sebelum akhirnya mengepalkan jarinya dan berteriak, "X-Storm Armor!!"
Bagian biru yang berbentuk huruf `X` di punggung tangan X-Storm menyala terang. Kemudian tubuhnya tertutup cahaya biru nan menyilaukan. Tak lama, cahaya itu meredup dan tubuh X-Storm pun berubah. Tubuhnya kini diselimuti baju baja berwarna dominan putih dan biru di beberapa bagiannya. Bagian biru tersebut bentuknya seperti kaca, terdapat di kedua lutut, tangan kanan, serta beberapa bagian lainnya. Kaca helm pakaian pelindung itu juga berwarna biru, dan di bagian atas helm tersebut, terdapat sepasang tanduk pipih. Lalu di bagian dadanya ada lambang seperti huruf `X` berwarna biru pula. Yang tidak berubah dari X-Storm hanya lengan kiri dan senjatanya saja.
Spoiler for X-Storm Armor:
"Ternyata dia sama kayak Strong," gumam Waysteel.
Mari, kita mulai pertarungannya!" ucap X-Storm seraya memasang kuda-kuda dan perlahan menyerong beberapa langkah ke kiri.
Waysteel pun demikian, ia memasang kuda-kuda, dan perlahan menyerong beberapa langkah, namun ke kanan.
"Thunder!! Thunder!! Thunder!!" X-Storm menembakkan 3 bola cahaya biru berpetirnya ke arah Waysteel.
Sadar akan serangan yang datang, Waysteel pun menebas bola cahaya biru tersebut satu persatu.
"Heaaaaahh!!" Di waktu yang hampir bersamaan, X-Storm berlari ke arah Waysteel sembari mengangkat pedangnya.
Untung saja Waysteel bergerak cepat, ketika jarak X-Storm sudah dekat, tebasan pedangnya mampu ia tangkis dengan Dhamarwulan, hingga berdentang keras TRANKKK!!! Dan menimbulkan percikan api.
Setelah itu, mereka berdua kembali mengayunkan pedangnya.
TRANK!! TRINK!! TRANK!! TRINK!!
Adu pedang yang sengit terjadi diantara mereka berdua. Mereka berdua mengayunkan pedang beberapa kali dan saling beradu pedang. Masing-masing dari mereka mengeluarkan jurus-jurus yang sangat apik. Debu beterbangan akibat gesekan kaki mereka
Sesekali, Waysteel mengelak menghindari pukulan tangan kiri X-Storm yang berbahaya dan ia segera membalasnya dengan ayunan Dhamarwulan beberapa kali ke arah X-Storm yang membuat X-Storm kerepotan.
Ketika tebasan besar Waysteel mengarah padanya, dengan sigap X-Storm melompat mendatar ke belakang menghindari tebasan tersebut.
X-Storm terdiam sembari berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Boleh juga dia sekarang," gumam X-Storm, sebelum akhirnya ia berlari dengan kecepatan tinggi ke hadapan Waysteel.
Melihat hal demikian, Wasteel kembali memasang posisi siaga.
TRANK!! TRINK!!
Pedang Waysteel dan X-Storm beradu lagi. Jurus-jurus maut kembali mereka keluarkan selama`beberapa saat`.
TRANKK!!
X-Storm terseret ke belakang menahan kekuatan Dhamarwulan milik Waysteel. Namun kemudian, X-Storm menghentakkan pedangnya yang beradu dan itu membut Waysteel sedikit terpental ke belakang.
Memanfaatkan kesempatan yang ada, X-Storm langsung meninju dada Waysteel dengan tangan kirinya. Waysteel yang tidak siap menangkis pun terlempar cukup jauh dari posisi awalnya lalu menubruk pohon.
"Egh ...," Waysteel yang sudah setengah bangkit mengusap dadanya yang sakit. "Bahaya tangan kirinya."
" X-Storm berdiri tegak dan tersenyum sinis dari balik helmnya. "Khuh!" dengusnya.
"Oke kalo begitu." Wasteel kemudian menekan tombol merah yang ada di sebelah kiri sabuknya.
`Highspeed Activated!`
Mata sabuk Waysteel baru saja mengeluarkan suara.
Dalam sekejap, Waysteel langsung lenyap dari pandangan X-Storm.
"Hah?? Kemana dia??" X-Storm kebingungan.
Tiba-tiba, X-Storm merasakan tubuhnya ditebas berulang kali dengan kecepatan di luar batas. Kemudian, X-Storm merasakan perutnya dihantam oleh sesuatu yang membuatnya terpental jauh ke belakang.
Belum cukup sampai disitu, X-Storm ditebas lagi dari segala arah dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya. Sampai akhirnya, X-Storm terlempar, membentur tembok pabrik hingga hancur dan ia masuk ke dalamnya serta terguling-guling.
`Highspeed Over!`
Terdengar suara rekaman digital, dan Waysteel kembali dapat dilihat oleh pandangan mata.
Di saat yang hampir sama, X-Storm sudah kembali berdiri walau sempoyongan dan tubuhnya berasap-asap.
"Sial," geram X-Storm sambil memegangi perutnya.
"Kakak yang maksa saya," ucap Waysteel yang berdiri tegak memandang X-Storm yang jaraknya agak sedikit dekat.
"Baiklah ...." X-Storm lalu mengangkat lengan kirinya setinggi wajah, sebelum akhirnya mengepalkannya sembari berkata, "Invisible.""
Bersamaan dengan itu, tanda `X` yang ada di punggung tangan X-Storm pun menyala terang, dan tubuh X-Storm pun menghilang dari pandangan mata.
"Ah?!" Waysteel terkejut.
Tak berselang lama, tubuh Waysteel seperti ditebas berkali-kali dari segala arah dan tidak diberi kesempatan untuk bernafas.
Lalu, dagu Waysteel dihantam keras oleh sesuatu yang tidak terlihat sampai ia terpelanting ke atas, kemudian ia di hantam lagi ke bawah dan jatuh ke lantai sampai lantai tersebut retak dan berjejak seukuran tubuhnya.
Beberapa saat kemudian, X-Storm kembali terlihat, dan berada persis di depan Waysteel.
Waysteel terpojok. Ia sudah tak mampu melanjutkan pertarungan.
X-Storm berdiri menatapnya, lalu mengayunkan pedangnya, bersiap menyarangkan sabetan besar pada Waysteel.
Waysteel hanya bisa pasrah.
Namun, tiba-tiba X-Storm mengerang kesakitan. Pedangnya terjatuh ke lantai. Ia memegangi kepalanya sambil mengerang dengan tubuh sempoyongan.
Tak lama, tubuh X-Storm menghilang. Bersamaan dengan itu, pedangnya yang tergeletak di lantai juga menghilang.
Waysteel selamat. Tapi ia harus kehilangan kakaknya sekali lagi.
“Kakaakkk!!!” teriak Waysteel yang sudah setengah bangun dan dalam posisi berlutut. Ia mengepal tangannya kuat-kuat, kemudian meninju lantai hingga bolong. “Kenapa?? Kenapa harus kayak gini?? KENAPA???” Dari balik topengnya, Ariel meneteskan air mata.
Waysteel kemudian membuka penutup kecil yang ada di lengan kanannya dan menekan tombol disana, membuat lampu led yang ada disamping tombol itu menyala dan mengeluarkan suara rekaman digital, `Armor System Deactivated!`
Spontan, armor yang dikenakan Ariel berubah menjadi transparan, lalu masuk ke dalam lampu yang ada di gagang Dhamarwulan. Setelah itu, ia mencabut Waysteel Digital Memory yang tertancap di atas gagang pedangnya tersebut dan mengantonginya di saku belakang celananya.
Waysteel telah kembali ke wujud Ariel.
Ariel kemudian mengambil Wayphone di dalam saku celana sebelah kirinya, lalu menekan tombol `111` dan dilanjutkan dengan tombol `Ok` pada benda itu. Seketika, layar Wayphone menampilkan gambar sarung pedang Dhamarwulan. Tak lama, di depan Ariel muncul serpihan-serpihan holograpichal yang kemudian berubah menjadi sarung pedang Dhamarwulan.
Ariel mengambil sarung pedang tersebut, menyisipkan Dhamarwulan ke dalamnya, lalu menyembunyikan pedang tersebut dibalik jasnya. Setelah itu, ia berdiri, kemudian memeriksa setiap sudut ruangan untuk mencari dimana Priska disembunyikan.
Sampai akhirnya, di salah satu ruangan, Ariel menemukan Priska tengah tergeletak tak sadarkan diri di pipa besi yang besar dengan tubuh yang terikat oleh tali tambang. Ariel langsung menghampirinya. Ia membuka tali tambang yang mengikat tubuh Priska, lalu membuka lakban yang memplester mulut gadis itu.
Perlahan-lahan Ariel mengguncang-guncang tubuh Priska.
Kelopak mata Priska mulai terbuka pelan-pelan. Pandangan yang pertama kali ia lihat ialah sosok Ariel yang sedang memandang dirinya.
Priska langsung terkejut. Ia yang sudah sadar dari pingsannya segera duduk dan mundur menjauhi Ariel dengan cepat, kemudian bertanya, “Ariel?? Kok lo bisa ada disini?? Lo nggak ngapa-ngapain gue kan??”
“Bagus kalo kamu udah sadar.” Ariel berdiri, kemudian membelakangi Priska. “Ayo pulang!”
“Heh! Lo nggak ngapa-ngapain gue kan??” Priska mengulang pertanyaannya.
“Khuh!” dengus Ariel. “Buat apa?” Suaranya terdengar berat dan berwibawa.
“Bagus deh kalo gitu.” Priska lalu berdiri.
“Mau pulang bareng?” tanya Ariel tanpa menoleh ke arah Priska.
“Nggak usah!” tolak Priska. “Gue pulang sendiri aja.”
“Yaudah,” balas Ariel yang kemudian berjalan meninggalkan Priska.
Ariel berjalan ke arah luar. Sesampainya di luar, ia langsung menaiki Waybringer, menstarternya, dan melesat pergi dari tempat tersebut.
=***=
Part 3 End
Part 3 End
Diubah oleh Ariel.Matsuyama 12-03-2017 12:43
0
Kutip
Balas