dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#821
PART 38

"Dua Mei dua ribu lima belas, rapat pertama non-kubu, dimulai."
"Siip!" ucap Edo mematikan hapenya. "Keren banget kalo ini."
"Ah... ini harus banget, ya? Tiap rapat harus direkam? Lama-kelamaan udah kayak semacam mau shooting." Gue peragakan seorang clipper menggunakan buku, "Take one, jam dua belas malam, tanggal dua belas, bulan dua belas tahun dua ribu dua belas, satu malam sebelum kiamat."
Edo dan Wisnu memandang gue sinis, "Alay!"
"Kalian yang alay! Aku cuma contohin!"
"Udah...," kata mas Bowo membuka slop rokok. "Yang penting kosan damai."
"Denger tuh, Wi," ucap Wisnu membuka sebungkus rokok. "Damai."
"Damai, Wi." Edo menyalakan sebatang rokok, "Demi perdamaian."
"Kenapa jadi aku yang kelihatan bersalah, sih?!"

Hari ini rapat resmi pertama anggota non-kubu. Gue, mas Bowo, mas Freddy, Edo, Wisnu, dan Uchup berkumpul di ruang tamu. Kita all out dalam berencana demi mengajak bang Galang untuk bergabung.

Gimana sama yang barusan? Kelakuan Wisnu sama Edo? Yah... begitulah mereka, manusia rata-rata ketemu sama manusia kutil pasti bikin ribut. Orang-orang normal enggak bakalan paham apa yang mereka bicarakan, apalagi yang mereka lakukan. Anehnya, mereka saling memahami satu sama lain. Mirip kayak pengendara jeager di pasifik rim, otak dan imajinasi mereka tersambung.

"Jadi... apa yang udah kamu selidikin, Wi?"
"Nih orang nih, Mas!" Gue menunjuk Wisnu, "Kutilnya gede banget! Di bawah ketek."
"Ku-kutil? Kutil apa?"
"Kutil kutukan, Mas!" Gue menatap mas Bowo tajam-tajam, "Asal mas tau, semua anggota keluarganya punya kutil. Mulai dari nenek buyut sampe keturunan kedelapan, semua punya kutil."
"O-oke, kutil," mas Bowo manggut-manggut. "Kita lupain dulu kutilnya, ada informasi lain?"
"Kalo yang ini, Mas!" Gue tunjuk Edo, "Manusia rata-rata! IPKnya rata-rata, mukanya rata-rata, hobinya, makannya, bahkan segala ukuran ditubuhnya juga rata-rata."
"Rata-rata? Maksudnya?"
"Segala sesuatu dia lakukan selazimnya manusia pada umumnya, bedanya, dia yang melakukan."
"Tunggu, Wi." Mas Bowo mematikan rokoknya, "Kayaknya kita enggak butuh informasi itu, deh."
"Ta-tapi cuma itu informasi yang aku tau."
"Enggak ada yang lain?"
Gue menggeleng.
"Oke... giliran Uchup, katanya dia juga sempat cari informasi, kan?"
"Iya, Mas!" jawab Uchup lantang. "Aku juga punya informasi penting."
"Buruan gih ngomong," perintah mas Bowo.
"Dengerin baik-baik!" Uchup mematikan rokoknya, "Orang pertama, mas Freddy!"
"Lhoh? Kok aku?!"
"Ssstt...! Dengerin dulu Fred!"
"Kelakuannya serba aneh, dan diluar batas wajar. Di kamarnya dia pelihara ular—"
"Tunggu!" potong mas Freddy. "Kok kamu tau, Chup?!"
"Beneran ada, Mas?! Itu kalo lepas kita bisa dimakan lho!"
"Dimakan?" gumam Wisnu. "Dimakan ularnya?"
"Iya, Nu!" jelas gue percaya diri. "Mulut ular bisa melebar sampe sepuluh kali ukuran aslinya! Bayangin aja! Sekali telen abis kita!"
"Sateeeee ulaaaaarrrr...!" seru Wisnu. "Sate ulaaaaarrr...!"
"Kok jadi sate?! Maksudku tuh kalo kitanya kemakan ular, bukan kita yang makan ularnya."
"Ide bagus!" setuju mas Bowo. "Besok malem kita makan sate! Peraturan kos kan enggak boleh pelihara hewan."
"Janganlah, Mas! Itu aku beli tiga juta, masa iya berakhir di pemanggang?"

Kosan bangke! Gue berniat memberi tau betapa bahayanya seekor ular malah pada mau nyate. Sepertinya orang-orang di kosan ini enggak kalah tangguh dari Limbad. Bukannya takut hewan buas, malah tertarik sama mereka.

"Itu enggak penting." Uchup memandang kita semua, "Kalo kita masuk kamarnya secara baik-baik, kita enggak bakalan nemuin itu ular. Kalian tau dimana dia simpan kandang ular itu?"
"Di-dimana?" tanya gue terbawa suasana. "Dimana, Chup?"
"Di bawah tumpukan celana dalam kotor."

Watefak! Di bawah tumpukan celana dalam kotor?! Gila! Itu jorok banget. Gue membayangkan betapa tersiksanya seekor hewan yang hidup di tumpukan kolornya mas Freddy. Udah sumpek, bau, banyak jamur tumbuh dimana-mana, betapa tersiksanya.

Entah dapat ilham darimana, tiba-tiba gue teringat dengan hukum pidana tentang hewan. Menaruh makhluk hidup di bawah tumpukan celana dalam kotor itu termasuk penyiksaan. Kalo gue enggak salah, ada hukum yang berlaku untuk hal yang setara.

"Pasal 302 KUHP!" seru gue lantang.
"Pa-pasal?!" Mas Freddy menelan ludah, "Pasal apaan?"
"Penyiksaan hewan ya, Wi?" tanya mas Bowo. "Bisa tuh dipenjarain."
"Tu-tunggu! Aku enggak nyiksa! Aku memelihara! Inget! Aku memelihara!"
"Di bawah tumpukan celana dalam kotor itu menyiksa!" seru gue lagi.
"Celana dalamku enggak seberbahaya itu!"
"Argghhhh...!" teriak Wisnu. "Gagal makan sateeee...!"
"Mas Freddy freak!"
"Itu masih belum seberapa! Ada yang lebih freak lagi, Wi."
"A-ada?"Gue memfokuskan pandangan ke Uchup, "Ada yang lebih freak lagi?"
Iya," kata Uchup manggut-manggut. "Yang paling parah itu mas Bowo—"
"Oke, cukup!" potong mas Bowo. "Kita enggak perlu tau informasi tersembunyi antar non-kubu satu sama lain."
"Curaangg!" kata Wisnu.
"Licik!" ucap Edo.
"Nyengiti!" keluh mas Freddy.
"Fokus sama orang di luar kubu aja, ya?" kata mas Bowo menggiring opini. "Jangan bahas yang enggak penting."
"Giliran dia yang mau diungkap langsung cari topik lain, nyengiti!"
"Terus sekarang apa?" tanya gue. "Kita pengin tau rahasia mas juga."
"Iya, Mas! Kutilku udah diungkap sama Dawi juga, kok."
"Kita harus fokus sama tujuan kita, jangan gampang teralihkan sama hal-hal kecil kayak barusan," kata mas Bowo. "Semakin cepat kita dapetin Galang, semakin cepat kosan kita bersatu!"
"Tapi bener juga, sih. Kayaknya dartadi semuanya enggak penting."
"Nah... kan! Dibilang juga apa, kita bahas yang penting—"
"Bodo!" teriak yang lain serentak.
"Ungkap keanehannya!"
"Beberkan kebusukannya!"
"Kepang bulu keteknya!"
Diubah oleh dasadharma10 12-03-2017 00:07
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.