Kaskus

Story

.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:


Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.

Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.

Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.


Quote:


Spoiler for Sambutan:


Quote:

Quote:

Quote:

Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
samsung66Avatar border
fikrifbsAvatar border
Arsana277Avatar border
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
.rafferthaAvatar border
TS
.raffertha
#4024
Part 108
Rea : "Calista !! Mau sampai kapan kamu begini ?!"
Lista : "...."
Rea : "Kamu selalu egois.. Hanya mau mendengar apa yang ada dipikiranmu tapi ga mau dengar apa yang aku bilang.."
Lista : "Aku ga salah !!"
Rea : "Jelas kamu salah, Calista !!"
Lista : "...."
Rea : "Ga ada didalam kamusku 'wanita selalu benar'."
Lista : "...."
Rea : "Gimana aku mau nunggu kamu 4 tahun lagi kalo aku aja ga tahan sama sikapmu yang seperti ini dalam sehari ?"
Lista : "...."
Rea : "Kamu masih mau berkhayal bahwa kita bisa bertahan LDRan selama 4 tahun ?"
Lista : "...."
Rea : "Kamu masih waras kan, Calista ?"
Lista : "Kamu aja jalan sama cewek lain.."
Rea : "Dia temanku.. Dia boss ku.. Mendadak dia ngajak jalan.. Bukan kemauanku atau direncakanan.. Bukan itu.."
Lista : "...."
Rea : "Ya udah sana kalau kamu mau pulang, pulang aja sendiri.."

Aku berjalan kembali ke tempat dimana aku duduk tadi.
Perlahan-lahan aku berjalan, ternyata Calista mengikutiku dari belakang.
Hingga akhirnya dia duduk disampingku kembali.

Rea : "Katanya mau pulang.."
Lista : "...."
Rea : "Hei.. Kata nya mau pulang.."
Lista : "Iya aku pulang !!"
Rea : "Eh eh.. Tunggu.. Dibecandain dikit aja marah..", sambil menahan tangannya.
Lista : "Iya ga jadi pulang.."
Rea : "Jadi, kamu itu ngambek nya pulang ya.."
Lista : "...."
Rea : "Kayaknya kita LDRan ga bakalan lama.."
Lista : "Kenapa ?"
Rea : "Disaat aku kangen sama kamu, aku tinggal bikin kamu ngambek aja.. Biar pulang.. Hahahahahahahaha.."
Lista : "Iihh.. Ngeselin.."
Rea : "Iya kan.. Nanti kan kamu ngambek tuh.. Terus kamu pulang.. Ga jadi LDRan.. Hehehehehehe.."
Lista : "Iya deh.. Suka-suka kamu aja.."
Rea : "Masih aja ngambek.. Cemburu ya.."
Lista : "Ya iyalah.. Kamu pikir enak cemburu itu.."
Rea : "Hahahahahaha.."

Kami melanjutkan canda-tawa kami yang tadi tertunda akibat kecemburuan Calista yang berlebihan.
Hari semakin larut.
Lautpun sudah gelap.
Menandakan bahwa kami berdua harus meninggalkan tempat ini.

Rea : "Pulang yuk.. Udah malem.."
Lista : "Yah, padahal aku masih mau lama-lama sama kamu.."
Rea : "Waktu kita terbatas.. Apa lagi kamu harus berangkat kan.."
Lista : "Seandainya kamu bisa ikut aku kuliah disana.."
Rea : "Kalo aku disana, emang kenapa ?"
Lista : "Ya malah bagus.. Kita ga LDRan.. Bisa sekamar di kost.."
Rea : "Ngaco kamu.. Sekamar di kost yang ada nanti kamu hamil gimana.."
Lista : "Ya kamu nikahin aku.."
Rea : "Kalo bukan aku pelaku nya ?"
Lista : "Ngga mungkin.. Aku cuma mau sama kamu.."
Rea : "Udah udah.. Ayo pulang.."

Malam itu, aku antar Calista pulang kerumahnya.
Aku sengaja berjalan perlahan menuju rumahnya.
Berat hatiku untuk berpisah dengannya beberapa hari lagi.
Waktu tak bisa aku putar kembali.
Dan tibalah aku dirumahnya.

Lista : "Makasih udah mau jalan sama aku.."
Rea : "Sama-sama.. Aku juga seneng kok.."
Lista : "Maaf, sama sikapku tadi.. Aku berlebihan.."
Rea : "Ngga apa-apa.. Aku ngerti kok.. Kita sebentar lagi mau berpisah jauh.. Wajar aja kamu begitu.."
Lista : "Kamu yakin mau anter aku ke Gambir nanti ?"
Rea : "Iya, pasti aku usahain kok.."
Lista : "Ya udah kalo gitu.."
Rea : "Aku pulang ya.."
Lista : "Ga mau mampir dulu ?"
Rea : "Udah malem.. Ga enak sama orang tua kamu.."
Lista : "Hhmm.. Ya udah kalo gitu.."
Rea : "Dah, Calista.."
Lista : "Daah, Andrea.."

Aku pacu motor papaku dengan perlahan.
Ingin berjalan santai tetapi berat rasanya meninggalkan Calista yang berdiri mematung didepan rumahnya yang kulihat dari kaca spion ini.
Hanya sisa beberapa hari saja.
Rasa sesak didada sudah terasa, padahal Calista belum benar-benar pergi.
Apalagi kalau dia sudah benar-benar pergi meninggalkanku.

Aku masih ingat apa yang dikatakan Vania.
Mau jauh sekalipun kalau memang berjodoh, pasti akan didekatkan kembali dengan kejadian-kejadian yang tak terduga.
Tetapi, kini aku harus jauh darinya.
Bukan hitungan hari, bukan hitungan minggu, bukan juga hitungan bulan.
Aku harus menunggu dirinya 4 tahun lamanya.
Serasa aku akan ditinggalkan olehnya seumur hidupku.

Sesampainya dirumah, aku langsung rebahkan diriku diatas tempat tidurku.
Ingin mencoba memejamkan mata tetapi aku malah tak bisa tertidur dengan tenang.
Pikiranku melayang-layang membayangkan Calista.
Dimana kita bertemu pertama kali, pergi bersama, hingga akhirnya aku tak percaya bahwa dia akan meninggalkanku.

Hingga akhirnya, tibalah dihari dimana Calista harus berangkat meninggalkanku sekaligus kota ini.
Dia pergi untuk mengejar impiannya dengan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri yang ada di kota Malang, Jawa Timur.
Pagi itu, aku dibangunkan oleh adzan shubuh yang berkumandang.
Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan mengambil air wudhu.

Mama : "Re..", sambil membuka pintu kamarku.
Rea : "Iya.."
Mama : "Kirain belum bangun.."
Rea : "Kenapa, Ma ?"
Mama : "Ngga apa-apa.. Hari ini jadi kamu anter Calista ?"
Rea : "Jadi kok.."
Mama : "Kamu ga ngasih apa-apa buat dia disana ?"
Rea : "Hhmm.. Aku ga tau mau kasih apa.."
Mama : "Ya udah kamu sholat dulu aja.. Nanti habis itu kebawah ya.."
Rea : "Iya, Ma.."

Setelah sholat shubuh, aku segera turun kebawah menemui mamaku yang sudah meunggu diruang keluarga.

Rea : "Ada apa, Ma ?"
Mama : "Ini..", sambil memberiku sebuah kotak berwarna biru.
Rea : "Kalung ?"
Mama : "Itu punya mama waktu masih muda.. Masih bagus kok.."
Rea : "Ini buat Calista ?"
Mama : "Ya iyalah.. Dia mau pergi tapi kamu ga ngasih apa-apa sih buat dia.."
Rea : "Aku bingung mau kasih apa.."
Mama : "Kamu kapan sih peka sama perempuan ?"
Rea : "...."
Mama : "Kasih dia.. Supaya dia ingat sama kamu.."
Rea : "Iya, Ma.."
Mama : "Ya udah kamu siap-siap, terus sarapan.. Kamu harus berangkat lebih pagi supaya dia ga terlambat.."
Rea : "Iya Ma.. Ya udah aku siap-siap dulu.."

Aku segera mandi untuk membersihkan badanku ini.
Mungkin hari ini akan jadi hari yang berat untukku.
Hari ini adalah hari dimana aku akan melihat Calista benar-benar pergi.
Mau tidak mau aku harus hadapi kenyataan yang akan aku alami.
Setelah itu, aku segera berpakaian dan berjalan menuju tempat dimana Mama memarkirkan mobilnya.
Aku masuk dan duduk dibangku kemudi.
Berat tanganku untuk menyalakan mesin dari mobil keluaran Jerman ini.
Tetapi, mau tidak mau aku harus melakukannya dan siap menjemput Calista yang ada dirumahnya.
20 menit berlalu, tibalah aku dirumah Calista.

Quote:


Suara yang begitu lembut terdengar olehku dari sebuah telepon.
Mungkin ini akan menjadi telepon yang terakhir sebelum dia pergi.
Tak lama kemudian, Calista keluar dan menghampiriku.

Lista : "Andrea.."
Rea : "Eh, Calista.."
Lista : "Ngapain bengong ? Ayo turun.."
Rea : "Eh, iya.."

Aku turun dari mobil Mamaku.
Kami berdua berjalan berdua menuju kedalam rumahnya.

Rea : "Sepi ya.."
Lista : "Mama lagi ke pasar, Papa tadi pagi berangkat keluar kota.."
Rea : "Emang orang tua kamu ga mau ngelepas kepergian kamu ?"
Lista : "Nanti ada Mama kok.."
Rea : "Hhmm.. Ya udah.."
Lista : "Re.."
Rea : "Ya.."
Lista : "Kita ke kamarku aja.."
Rea : "Mau ngapain ?"
Lista : "Ada sesuatu yang mau aku kasih ke kamu.."
Rea : "Hhmm.. Kenapa ga disini aja ?"
Lista : "Ikut aja sini..", sambil menarik tanganku.

Langkah demi langkah aku pijakkan dianak tangga ini.
Dia masih terus menggenggam tanganku sambil menarikku sampai kedalam kamarnya.
Tidak, kami berdua tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Ini kali pertama aku masuk kedalam kamarnya.
Kamarnya begitu rapih dan wangi.
Aku duduk diatas ranjangnya sambil melihat Calista sedang mencari barang yang akan diberikan kepadaku.

Lista : "Aku punya ini buat kamu..", dia memberiku sebuah gantungan kunci berbentuk lumba-lumba berwarna biru muda.
Rea : "Lumba-lumba ?"
Lista : "Iya.. Kamu suka laut kan ? Aku ga bisa kamu lautan.. Aku cuma bisa kasih kamu ini.. Yang akan nemenin kamu kalo lagi ke laut."
Rea : "Hahahaha.. Lucu.."
Lista : "Aku seneng kalo kamu suka.."
Rea : "Aku suka banget kok.."
Lista : "Ya udah.. Aku mau mandi dulu.."
Rea : "Aku tunggu dibawah ya.."
Lista : "Ya udah.. Sambil tunggu Mama dibawah.."

Aku keluar dari kamarnya dan berjalan menuju sofa yang ada diruang tamu nya.
Selama dia bersiap-siap, aku terus memandangi benda yang satu ini.
Sebuah gantungan kunci berbentuk lumba-lumba berwarna biru muda yang akan menemaniku jika aku pergi ke tepi laut itu nanti.
Tak lama kemudian, datanglah mama Calista yang baru saja pulang dari pasar.

Mama Lista : "Eh, ada Andrea.."
Rea : "Iya, Tante..", sambil menyalami dan mencium tangannya.
Mama Lista : "Udah lama disini ?"
Rea : "Ngga kok.. Belum lama.."
Mama Lista : "Mau antar Lista ke Gambir ya ? Maaf ya, Saya ga bisa ikut.. Rumah ga ada yang jaga.. Hehehehehe.."
Rea : "Iya ga apa-apa kok, Tan.."
Mama Lista : "Kamu udah makan ? Saya buatin makanan ya.."
Rea : "Eh, saya udah makan kok.."
Mama Lista : "Ya udah, saya bikinin minum aja ya.."
Rea : "Boleh deh.."

40 menit aku menunggu Calista disini.
Ditemani dengan secangkir teh hangat yang diberikan oleh mama nya Calista.
Tak lama kemudian, Calista muncul dengan tas ransel yang dibawa olehnya.

Rea : "Udah siap semua ?"
Lista : "Udah kok.."
Rea : "Mau berangkat sekarang ?"
Lista : "Iya.. Supaya ga terlambat.."
Rea : "Ya udah ayo.."

Aku dan Calista segera berangkat menuju Stasiun Gambir.
Tak lupa kami berdua berpamitan dengan mama Calista sebelum berangkat.
Terlihat dari wajahnya, sepertinya mama Calista ada rasa berat hati untuk melepas kepergian anaknya.
Jelas saja, Calista adalah anak perempuan satu-satunya dikeluarganya.
Setelah itu, kami berdua masuk kedalam mobil mamaku.

Lista : "Jalannya jangan ngebut ya.. Pelan-pelan aja.."
Rea : "Oh, iya.."
Lista : "Aku ga mau cepet-cepet pergi ninggalin kamu, Re.."
Rea : "Udah ga usah dipikirin.. Memang ga ada niat untuk ninggalin aku kan ?"
Lista : "...."

Lista : "Sebenernya, aku ga mau pergi ninggalin kamu.. Tapi, aku takut ngecewain Papa sama Mama kalau aku batal untuk lanjut kuliah disana.."
Rea : "Aku ngerti kok.. Kalaupun aku bisa, aku pasti mau ikut kamu kuliah disana.. Tapi, ya apa dayaku.. Kita diterima di dua tempat yang berbeda.."

Tak terasa, kami berdua sampai ditempat tujuan.
Padahal aku sudah sengaja berjalan perlahan agar waktu terasa lama.

Rea : "Kita udah sampe nih.."
Lista : "Iya ya.. 15 menit lagi keretaku berangkat.."
Rea : "Ya udah yuk aku antar.."

Aku dan Calista keluar dari mobil mama.
Aku bawakan tas milik Calista yang berisi barang-barang yang ingin dibawa olehnya.
Sepanjang jalan kami berjalan, Calista terus menggenggam tanganku.
Seakan-akan dia tidak mau jauh dariku.
Sesekali kami saling bertatapan.
Aku tidak akan melewati momen ini karena ini adalah waktu dimana aku harus benar-benar bisa melepas kepergiannya.

Rea : "Calista.."
Lista : "Iya.."
Rea : "Aku ga bisa anter kamu lebih jauh.. Kita pisah disini ya.."
Lista : "...."
Rea : "Calista.."

Tiba-tiba dia memelukku dengan erat.
Tak peduli dengan keadaan sekitar.
Dia tetap memelukku.
Isak tangis darinya mewarnai perpisahan kami berdua.

Rea : "Calista.."
Lista : "Aku ngga mau pergi.."
Rea : "Hei, kamu ga boleh gitu.. Kamu harus kejar impian kamu disana.. Bukannya kamu yang mau masuk kesana ?"
Lista : "Keinginanku memang untuk kuliah disana.. Bukan berpisah sama kamu.."
Rea : "Calista.. Mungkin ini emang yang terbaik buat kita.. Aku tau 4 tahun bukan waktu yang sebentar.. Aku juga berat untuk lepas kepergianmu.."
Lista : "...."
Rea : "Aku ada sesuatu buat kamu.."

Aku berikan sebuah kotak yang berisi kalung milik Mama.
Dia menerima pemberian dariku dan tangisannya semakin pecah.

Lista : "Cantik.. Ini cantik banget, Andrea.."
Rea : "Aku seneng kok kalo kamu suka.."

Dia kembali memeluk erat tubuhku.
Aku melihat kearah jam dinding yang berada disana.
Ini sudah waktunya aku dan Calista untuk berpisah.
Aku lepas pelukannya dan memberi tahu bahwa ini saatnya kita berpisah.

Rea : "Calista.. Udah waktunya kamu berangkat.. Hati-hati dijalan ya.."
Lista : "Seandainya waktu ini bisa mundur 5 menit lagi.."
Rea : "Udahlah.. Suatu saat kita pasti ketemu lagi.."
Lista : "Aku sayang kamu.. Aku sayang banget sama kamu..", sambil memelukku dalam tangisnya.
Rea : "Aku juga sayang sama kamu, Calista."
Lista : "Tunggu aku 4 tahun lagi.. Kita sama-sama berjuang ya.."
Rea : "Iya.. Aku akan tunggu kamu 4 tahun lagi.. Aku akan berjuang disini.. Jaga diri kamu baik-baik ya.."

Dia mendekatkan wajahnya secara tiba-tiba.
Sebuah ciuman mendarat dibibirku.
Lalu, dia melangkah menjauh dariku.
Baru beberapa langkah dia berjalan, dia berhenti dan memutar balik tubuhnya kearahku dan melambaikan tangannya.
Aku hanya bisa tersenyum dan membalas lambaiannya.
Andai dia tahu bahwa waktu itu aku menahan rasa pedih dihati karena melihatnya melangkah meninggalkanku hingga akhirnya dia menghilang dari pandanganku.
Aku berdiri beberapa menit disana.
Aku baru menyadari bahwa dia tidak akan kembali lagi sebelum 4 tahun.
Hari-hariku pasti akan terasa tak berwarna lagi karena warna pelangi dihatiku pergi meninggalkanku.
Vania, Velina, dan sekarang Calista.
Perpisahan yang tak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku.


Spoiler for Terlalu Indah Dilupakan.. Terlalu Sakit Dikenangkan:
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.