Kaskus

Story

kiara00Avatar border
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka
.

Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kiara00Avatar border
TS
kiara00
#117
[Hilang]

Kuntilanak itu semakin mendekat. Senti demi
senti tangannya terus maju dan berusaha
menggapai kami. Kami semakin merapatkan
badan ke pintu.

Malang......Lia tidak sempat memundurkan
kakinya ke belakang. Tangannya dicengkram erat
oleh kuntilanak. Dia menjerit dan meronta
diiringi dengan tawa kuntilanak yang menakutkan.
Kuntilanak itu menyeret Lia secara kasar. Kami
berusaha menggapai lengan satunya.

Tapi....lengan itu begitu licin bagai belut. Setiap
kali kami menangkapnya maka akan terlepas
dengan tersendirinya karena licinnya tangan Lia.
Jeritan dan rontaan Lia perlahan semakin jauh
dan menghilang. Entah kemana kuntilanak itu
membawa Lia. Kami terduduk lemas setelah
kemunculan kuntilanak itu.
Pintu yang dari tadi begitu sulit untuk dibuka,
tiba-tiba dengan begitu mudahnya dapat di buka.
Tapi semuanya menjadi percuma, kami telah
kehilangan Lia.

"Bagaimana sekarang?" tanya Arif.

"Ga tahu, aku bingung," kata Ferdi.

"Di....Di....." teriak Fitri di balik telingaku.
Tapi
aku seakan tak mendengarnya.
Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Aku begitu
shock dengan apa yang baru saja aku alami.
Bagaimana aku tak dapat berbuat apa-apa disaat
Lia berteriak dan meronta di depan mataku
sendiri. Lia memang sering kali melukai hatiku
dengan ucapannya, tapi bagaimana pun dia tetap
temanku.
Bagai mayat hidup yang tak peduli disekitarku.
Aku berdiri lunglai dan gontai menuju kamar.
Teman-temanku terus memanggilku tapi rasanya
panggilan itu terdengar begitu jauh dan berbeda
ruang serta dimensi.

Aku rebahkan badanku diatas tempat tidur. Aku
pejamkan mataku. Perlahan kurasakan ada
sesuatu yang hangat mengalir dari pelipisku. Aku
memegangnya.

"Aaahhh...." jerutku.

"Ada apa Di?" tanya Fitri yang langsung datang ke
kamar.

"Kenapa.....kenapa pelipisku berdarah?" tanyaku.

"Kamu gak sadar Di?" tanyanya.

"Apa?" tanyaku.

Aku benar-benar tak ingat apa yang telah terjadi
hingga pelipisku bocor dan mengeluarkan darah
segar.

"Kepalamu terbentur ujung kursi saat kamu
berusaha meraih tangan Lia," jelas Fitri.

Aku baru saja ingat kejadian beberapa waktu lalu.
Saat Lia berteriak dan meronta. Aku coba
menggapai tangannya, aku berusaha menariknya.
Dan kuntilanak itu menatapku dengan tajam. Aku
berusaha menarik tangan Lia tapi tangannya
begitu licin hingga aku terpental ke belakang dan
kepalaku membentur ujung kursi yang berada di
sampingku.

"Sini kubersihkan," kata Fitri.

"Gimana Fit?" tanya Evi masuk ke kamar.

"Ga terlalu dalam hanya agak besar," jawab Fitri.

"Semua salahku," kataku menyalahkan diriku
sendiri.

"Kamu gak salah Di," kata Evi.

"Kalau aku ga egois pasti Lia gak akan hilang,"
kataku.

"Sudah, lukanya sudah aku perban. Kamu istirahat
ya Di?" kata Fitri.

"Aku harus mencari Lia," kataku.

"Tidurlah Di," kata Evi.

Aku coba merebahkan kembali badanku diatas
tempat tidur. Perlahan aku regangkan ototku yang
tegang sedari tadi.
Perlahan aku pejamkan mataku, mencoba
melupakan semua yang telah terjadi. Berharap
bahwa semua yang telah terjadi ada sebuah
mimpi, bukan kenyataan.

"Di.....tolongin aku Di," teriak Lia.

Aku mencoba melihat kesekelilingku mencoba
mencari Lia. Tapi aku tak dapat menemukannya.
Hanya suara teriakannya yang aku dengar.

"Li kamu dimana?" tanyaku.

Tak ada jawaban dari Lia. Aku terus berjalan dan
mencarinya sambil melihat kesekelilingku, tapi
aku tak menemukannya.

"Li kamu dimana?" teriakku.

"Aku disini Di. Tolong aku Di," pinta Lia.

Suara Lia terdengar begitu dekat namun aku tak
dapat menemukannya. Aku terus mencari
kesekelilingku tapi tetap aku tak dapat
menemukannya.
Aku terus berjalan dan berkeliling mencari Lia.
Aku berteriak memanggil namanya tapi tak
pernah aku dengar jawaban darinya.
Lelah......itu yang aku rasakan. Kakiku terasa
begitu lunglai tak bertenaga setelah berkeliling
mencarinya. Dengan tenaga terakhirku aku coba
berjalan mencari keberadaan Lia.

"Brruuukkkk," aku terjatuh karena tersandung
sesuatu.

Aku bangun dan mengusap lututku yang tadi
terjatuh. Perlahan aku merangkak mencari apa
yang membuatku tersandung dan terjatuh.

"Lia....." teriakku

"Di...bangun Di," kata Ria yang tidur disampingku.

Seketika aku membuka mataku. Aku atur nafasku.
Degup jantungku berdetak dengan sangat kencang
dan keras. Butir-butir keringat berjatuhan dari
keningku.

"Ah....syukurlah ternyata hanya mimpi," kataku

sampil mengusap keringat yang berjatuhan dari
dahiku.

"Kamu kenapa Di?" tanya Ria.

"Gak apa-apa Ri, aku hanya mimpi saja. Oh ya, Lia
mana?" kataku.

"Lia kan dibawa kuntilanak itu Di semalam," kata
Ria.

Seketika aku terdiam dan terpekir. Aku baru
ingat jika Lia telah di bawa oleh kuntilanak itu.
Jika Lia tidak ada, lalu mimpi itu?
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.