Latihan
Quote:
“abis istirahat kita coba kelompok 1 sampai 4”, kata pak Josh
Ali langsung kembali ke tempat duduknya, begitu juga dengan Vivi. Akupun melihat ke arah Rathi.
“kenapa?”, tanya Rathi ketus
Akupun langsung pergi keluar kelas
“Teo!!”, teriak Rathi
Aku tetap jalan keluar kelas dan duduk di lab biologi.
Aku lihat Rathi keluar namun dia tidak melihatku, dibelakang Rathi ada Lun dan dia menengok ke arah lab. Akupun senyum padanya
“Rathi marah tuh”, kata Luna
“aku tau ko dia marah, Cuma kalau aku marah juga ga akan selesai Lun”, kataku
“kalo aku marah kamu kaya gitu juga?”, tanya Luna
“ga tau Lun, masing-masing orang kan beda. Dan aku harap kamu ga pernah marah sama aku”, kataku
“Teo!! Kamu aku cariin!” teriak Rathi dan membuat kelas sebelah lab melihat ke arah kami
“kamu itu gimana sih !...”, belum selesai dia bicaraa kutup mulutnya.
“kamu jelek kalo marah yang”, kataku sambil berdiri
“coba kamu senyum yang”, kataku memegang pipinya
Perlahan tapi pasti Rathi mulai tersenyum.
“aku mau marah liat kamu kaya tadi tapi kamu tau aku kalo udah lost control gimana, mangkanya aku tahan yang”, kataku
“udah ya jangan marah lagi. Yang kamu dan Luna harus inget itu kalian sayangnya aku dan aku sayangnya kalian, make it simple. Ok”,
kataku memegang pipi Luna dan Rathi
Keduanya tersenyum lepas, lalu aku kembali duduk.
“buat masalah Vivi, karena absen kita deketan kalian harus bener-bener ngerti ya”, kataku
“iya yang, aku minta maaf”, kata Rathi
“enaknya punya ayang kaya kamu bisa tenang”, kata Luna
“kalo aku marah justru aku yang takut Lun”, kataku
“iya semua takut”, kata Rathi menunduk
Melihat ekspresi Rathi, Luna mengelus kepala Rathi. Kami bertiga kembali ke kelas dan mulai mempelajari naskah yang kami buat, Luna memanggil Vivi dan Ali. Saat bel masuk 4 kelompok yang di minta sudah selesai ke depan, dan kami mendapat nilai cukup baik.
Jam pelajaran selanjutnya pun berlalu tanpa kendala. Sampai akhirnya bel pulang sekolah. Mulai hari ini setiap pulang sekolah aku ada latihan ekskul untuk persiapan lomba, aku sudahmeminta Rathi dan Luna untuk pulang namun mereka bilang akan menemaniku latihan sampai lomba nanti.
“wuih raja minyak datang”, kata kakak kelasku
“apaan sih kang, Thi, Lun tunggu di DPR ya”, kataku
“DPR apa?”, tanya Luna polos
“dibawah pohon rindang lun”, kataku
“ooohhh, kirain apa”, kata Luna sambil mngajak Rathi
“Teo, tim inti belum latihan dulu, ini ngelatih kelas 1 dulu. Jadi komandan ya. Suara lu kan lantang”, kata kakak kelasku
“iya kang”, kataku
Akupun berkenalan dengan anggota kelas 1, dan menata barisan mereka sesuai tinggi. Akupun di bantu oleh teh Suci untuk melatih kelas 1. Teh Suci ini sebenarnya seumuran denganku tapi dia masuk sd lebih cepat sehingga jadi kakak kelasku sekarang. Yang lucu dari teh Suci ini dia itu cadel (tidak ada maksud merendahkan), saat dia berbicara terlalu cepat kamipun selalu merespon dengan kata “hah”, jika itu sudah terjadi dia akan memukul jidatnya sendiri dan berkata “sue gua lupa” lalu kamipun tertawa. Walaupun begitu dia orangnya tegas dan disiplin dan tak segan menghukum walaupun itu angkatannya sendiri.
“nah, iya gitu gerakannya”, kata Teh Suci
Aku hanya bersandar di tembok memberikan komando. Tak lama datanglah kang Lutfi, dia ini komandan yang sebenarnya.
“komando saya ambil alih! Semuanya siap gerak!”, teriaknya sambil jalan.
Tanpa babibu kami semua baris serapih mungkin. Kelas satu yang baru di minta untuk duduk, lalu pelatih kami sebanyak 3 orang datang memberikan arahan tentang lomba yang akan kami ikuti, peserta lomba akan di seleksi sampai hari lomba tiba, jadi masih ada kemungkinan anggota di ganti dengan yang lain. Hanya 3 orang yang tidak akan di ganti.
“jadi ini nama 3 orang yang udah fix ya. Komandan Luthfi, penjuru Teostra, MC Tia”, kata pelatih bernama pak Wan
“siap kang!”, teriakku
Kami bertiga pun langsung di pisah, untuk komandan kang Luthfi berlatih dengan pelatihku yang 1 lagi kang Anto, sedangkan aku latihan dengan mantan penjuru kelas 3 kang Bram, Tia dengan mantan MC teh Harum dan bu Mimi pelatih ke 3. Sebenarnya dari kelas 1 aku sudah di minta jadi penjuru tapi belum mengikuti banyak lomba, karena masih ada kelas 3 dan kelas 2. Setelah latihan terpisah kami di gabungkan kembali. Lalu pelatihku pak Wan memanggil nama-nama yang mungkin jadi kandidat peserta lomba. Kandidat ada yang dari kelas 1 juga, yang memang memiliki potensi. Setelah 3 jam latihan kamipun istirahat.
“hei maaf lama”, kataku ke Luna dan Rathi
“kamu keren banget yaaaannggg”, kata Rathi mencubit pipiku
“aduh sakit Thi”, kataku
“maaf-maaf aku gemes yang”, kata Rathi
Saat aku duduk Luna memijat bahuku
“kamu pasti pegel kan”, kata Luna
“makasih yang”, kataku
Lalu teh Suci mendekatiku
“ternyata gosip yang ada itu bener ya?”, kat teh Suci
“gosip apa teh”, kataku
“gosip cewe lu dua”, kata teh Suci melirik Rathi dan Luna
Aku hanya tersenyum, Luna masih tetap memijitku.
“10 menit dek”, kata teh Suci lalu pergi
“iya teh”, kataku
“gantian aku yang pijit Lun”, kata Rathi
“10 menit ya yang”, kataku
“ok. Siap komandan!”, kata Rathi lalu memijit punggungku