- Beranda
- Stories from the Heart
Misteri Posko KKN
...
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kiara00
#95
[Tidur Tapi Tak Tidur]
Setiap selesai rapat aku selalu langsung masuk
kamar. Aku berharap dapat memejamkan mata
dan tidur dengan nyenyak seperti saat aku belum
berngkat KKN.
Tapi apa yang terjadi? Setiap aku tidur hanya
mataku saja yang terpejam tapi ragaku tak
pernah dapat terpejam. Ragaku selalu berkeliling
melihat kondisi teman-temanku. Aku
memperhatikan bagaimana kondisi mereka.
Ya.....jauh di dalam lubuk hatiku aku masih
mengkhawatirkan mereka.
Aku dapat melihat dan mendengar apa yang
mereka lakukan, apa yang mereka alami. Aku
dapat menyaksikan semuanya tanpa mereka
ketahui.
Aku lihat mereka membicarakanku. Aku
mendengar apa saja yang mereka bicarakan
mengenai aku. Aku tahu mereka menyesal, tapi
kenapa mereka tak mau minta maaf?
Aku duduk memperhatikan mereka,
memperhatikan sekelilingku. Sangat jelas aku
melihat sosok tinggi hitam berwajah menakutkan.
Matanya merah menyala menatapku. Dia coba
menakutiku tapi aku tak bergeming sedikit pun.
Dia beralih ketengah-tengah teman-temanku. Dia
mulai melancarkan aksinya. Dia menampakkan
dirinya kepada teman-temanku.
Wajahnya berubah, dia bukan lagi berwajah
menyeramkan dengan mata merah menyala. Dia
hadir dalam wajah yang jauh lebih menyeramkan
dari itu.
Semula wajahnya hanya menyeramkan, hanya
penuh dengan betol-bentol. Tapi
sekarang.....bentol-bentol itu pecah,
mengeluarkan nanah yang berbau menyengat.
Dan matanya.....mulai melotot. Perlahan mata itu
mulai keluar dari tempatnya.
Aku bergidik menyaksikan semuanya. Teman-
temanku berlarian menghindari makhluk itu.
Malang.....Ria yang mencoba berlari tapi kakinya
tertangkap oleh makhluk itu.
Dia diseret mendekat makhluk itu. Dia terus
menjerit dan merontak meminta tolong. Tapi tak
ada satu pun yang mau menolongnya. Dia terus
meronta dan berteriak.
Senti demi senti tubuh Ria semakin mendekati
makhluk itu. Teriakan dan rontaannya semakin
menjadi hingga suaranya berubah menjadi parau.
****
"Di....bangun Di," Fitri berteriak
membangunkanku.
"Ada apa?" tanyaku masih berharap apa yang
kulihat adalah mimpi.
"Ria...Ria Di," katanya terbata-bata.
"Ria kenapa?" tanyaku
"Ria di bawa makhluk tu," kata Fitri.
"Ya Tuhan," ternyata itu bukan mimpi, itu nyata.
Teman-temanku sudah bergumul mengelilingiku.
Aku langsung bangun dan keluar kamar. Kini aku
jelas dapat melihat apa yang terjadi pada Ria. Aku
melihat dengan jelas makhluk itu.
Tanpa pikir panjang aku langsung menangkap
tangan Ria, mencoba agar dia dapat terlepas dari
cengkraman makhluk itu. Susah payah aku
menariknya, akhirnya Ria terlepas.
Makhluk itu menggeram padaku. Aku mundur
selangkah sambil menarik Ria. Dia terus
mendekati kami, aku kembali mundur.
Tiba-tiba aku mendengar sebuah nyanyian.
Nyanyian itu lagi, itu lagu lingsir wengi. Tapi....ini
berbeda, ni bukan lingsir wengi yang dulu.
Ini....ini....pemanggil kunti.
Aku terus mundur tapi aku tak bisa mundur lagi,
kakiku terganjal sesuatu. Aku melihatnya
kebelakang. Dan alangkah kagetnya aku melihat
kuntilanak tepat di belakangku.
"Aaaahhhhh....." aku menjerit ketika kuntilanak
itu akan mencakarku. Semenit, dua menit aku
menunggu apa yang akan terjdi. Tapi tak ada
suatu apa pun terjadi padaku.
Aku mendongakkan kepalaku dan melihat ke
depan serta ke belakangku. Tak ada lagi
kuntilanak atau pun makhluk seram itu. Aku
terduduk lemas. Aku berharap ini hanya mimpi
seperti yang pertama aku lihat tadi.
"Di....kamu gak apa-apa?" tanya Arif.
Aku baru tersadar ternyata ini bukan mimpi, ini
nyata. Tak jauh dariku aku melihat Ria terkapar.
Tubuhnya penuh dengan luka.
Aku beranjak dari dudukku dan hendak kembali
ke kamarku.
"Puas kamu Di? Puas kamu melihat kami hampir
mati?" bentak Lia.
"Maksud kamu apa?" tanyaku.
"Semua gara-gara kamu sampai kami diserang
makhluk itu!" kata Lia.
"Gara-gara aku kamu bilang? Apa salahku?"
tanyaku.
"Kamu tidak melindungi kami," katanya.
"Kalian yang membuat keputusan bukan aku!"
kataku sambil berlalu..
Setiap selesai rapat aku selalu langsung masuk
kamar. Aku berharap dapat memejamkan mata
dan tidur dengan nyenyak seperti saat aku belum
berngkat KKN.
Tapi apa yang terjadi? Setiap aku tidur hanya
mataku saja yang terpejam tapi ragaku tak
pernah dapat terpejam. Ragaku selalu berkeliling
melihat kondisi teman-temanku. Aku
memperhatikan bagaimana kondisi mereka.
Ya.....jauh di dalam lubuk hatiku aku masih
mengkhawatirkan mereka.
Aku dapat melihat dan mendengar apa yang
mereka lakukan, apa yang mereka alami. Aku
dapat menyaksikan semuanya tanpa mereka
ketahui.
Aku lihat mereka membicarakanku. Aku
mendengar apa saja yang mereka bicarakan
mengenai aku. Aku tahu mereka menyesal, tapi
kenapa mereka tak mau minta maaf?
Aku duduk memperhatikan mereka,
memperhatikan sekelilingku. Sangat jelas aku
melihat sosok tinggi hitam berwajah menakutkan.
Matanya merah menyala menatapku. Dia coba
menakutiku tapi aku tak bergeming sedikit pun.
Dia beralih ketengah-tengah teman-temanku. Dia
mulai melancarkan aksinya. Dia menampakkan
dirinya kepada teman-temanku.
Wajahnya berubah, dia bukan lagi berwajah
menyeramkan dengan mata merah menyala. Dia
hadir dalam wajah yang jauh lebih menyeramkan
dari itu.
Semula wajahnya hanya menyeramkan, hanya
penuh dengan betol-bentol. Tapi
sekarang.....bentol-bentol itu pecah,
mengeluarkan nanah yang berbau menyengat.
Dan matanya.....mulai melotot. Perlahan mata itu
mulai keluar dari tempatnya.
Aku bergidik menyaksikan semuanya. Teman-
temanku berlarian menghindari makhluk itu.
Malang.....Ria yang mencoba berlari tapi kakinya
tertangkap oleh makhluk itu.
Dia diseret mendekat makhluk itu. Dia terus
menjerit dan merontak meminta tolong. Tapi tak
ada satu pun yang mau menolongnya. Dia terus
meronta dan berteriak.
Senti demi senti tubuh Ria semakin mendekati
makhluk itu. Teriakan dan rontaannya semakin
menjadi hingga suaranya berubah menjadi parau.
****
"Di....bangun Di," Fitri berteriak
membangunkanku.
"Ada apa?" tanyaku masih berharap apa yang
kulihat adalah mimpi.
"Ria...Ria Di," katanya terbata-bata.
"Ria kenapa?" tanyaku
"Ria di bawa makhluk tu," kata Fitri.
"Ya Tuhan," ternyata itu bukan mimpi, itu nyata.
Teman-temanku sudah bergumul mengelilingiku.
Aku langsung bangun dan keluar kamar. Kini aku
jelas dapat melihat apa yang terjadi pada Ria. Aku
melihat dengan jelas makhluk itu.
Tanpa pikir panjang aku langsung menangkap
tangan Ria, mencoba agar dia dapat terlepas dari
cengkraman makhluk itu. Susah payah aku
menariknya, akhirnya Ria terlepas.
Makhluk itu menggeram padaku. Aku mundur
selangkah sambil menarik Ria. Dia terus
mendekati kami, aku kembali mundur.
Tiba-tiba aku mendengar sebuah nyanyian.
Nyanyian itu lagi, itu lagu lingsir wengi. Tapi....ini
berbeda, ni bukan lingsir wengi yang dulu.
Ini....ini....pemanggil kunti.
Aku terus mundur tapi aku tak bisa mundur lagi,
kakiku terganjal sesuatu. Aku melihatnya
kebelakang. Dan alangkah kagetnya aku melihat
kuntilanak tepat di belakangku.
"Aaaahhhhh....." aku menjerit ketika kuntilanak
itu akan mencakarku. Semenit, dua menit aku
menunggu apa yang akan terjdi. Tapi tak ada
suatu apa pun terjadi padaku.
Aku mendongakkan kepalaku dan melihat ke
depan serta ke belakangku. Tak ada lagi
kuntilanak atau pun makhluk seram itu. Aku
terduduk lemas. Aku berharap ini hanya mimpi
seperti yang pertama aku lihat tadi.
"Di....kamu gak apa-apa?" tanya Arif.
Aku baru tersadar ternyata ini bukan mimpi, ini
nyata. Tak jauh dariku aku melihat Ria terkapar.
Tubuhnya penuh dengan luka.
Aku beranjak dari dudukku dan hendak kembali
ke kamarku.
"Puas kamu Di? Puas kamu melihat kami hampir
mati?" bentak Lia.
"Maksud kamu apa?" tanyaku.
"Semua gara-gara kamu sampai kami diserang
makhluk itu!" kata Lia.
"Gara-gara aku kamu bilang? Apa salahku?"
tanyaku.
"Kamu tidak melindungi kami," katanya.
"Kalian yang membuat keputusan bukan aku!"
kataku sambil berlalu..
0