Kaskus

Story

kiara00Avatar border
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka
.

Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kiara00Avatar border
TS
kiara00
#66
[Lingsir Wengi]

Pusing.....itu yang aku rasakan saat pagi
menjelang. Mentari bersinar dengan begitu
indahnya di ufuk timur. Tapi....kantung mata
bergelayut dengan begitu indahnya di kedua
bola mataku.

Mataku terlihat jelas merah menunjukkan
bahwa aku semalam tak tertidur sama sekali.
Kepalaku mulai berat menahan pusing yang
diakibatkan karena tidak tidur. Perutku mulai
terasa mual menunjukkan begitu banyak
tenaga yang aku gunakan tapi asupan makanan
sangat kurang.

"Di...." kata Lia dari belakangku.

"Hhhmmmm....apa Li?" kataku sambil menahan
pusing yang aku rasakan.

"Maaf ya," katanya

"Maaf untuk apa?" tanyaku yang bingung
dengan permintaan maaf dia.

"Maaf aku sudah banyak menyusahkanmu,
maaf aku sudah mencakarmu begitu parah,"
jawabnya.

"Sudahlah jangan dipikirkan, itukan bukan
kamu yg cakar aku," kataku.

"Semalam....semalam..." katanya berbicara
dengan sesikit ragu.

"Ada apa Li, bilanglah," pintaku.

"Semalam mamaku telpon, katanya aku
memang mudah kesurupan karena tulang
belakangku longgar," jawabnya.

"Kamu cerita sama mamamu kalau kamu
kesurupan?" tanyaku.

"Ya....mamaku tanya sama orang pintar disana,

orang itu sempet coba ngusir jarak jauh tapi gak
bisa..." katanya.

"Apa???? Ibu kamu ke orang pintar, dukun
maksudnya?" tanyaku kaget.

"Iiiya Di...kenapa?" katanya.

"Pantas saja. Dia kedukun kemarin kan?"
tanyaku lagi.

"Bukan, kemarinnya lagi dan malamnya dukun
itu coba mengusir makhkuk itu," jawabnya.

"Ya ampun Li, kamu tau ga gara-gara dukun itu
kita semua bisa saja mati disini," bentakku.

"Ma...maksud kamu apa?" tanyanya.

Semua teman-temanku datang menghampiri
kami karena mendengar suaraku membentak
Lia.

"Ada apa Di?" tanya Arif.

"Tanya sama Lia," kataku sambil beranjak pergi.

"Di.....kamu mau kemana?" tanya Ria tapi aku
tak menghiraukannya.

Aku benar-benar kesal dengan apa yang
dilakukan oleh orang tua Lia. Apa mereka tidak
memikirkan bagaimana buruknya jika usaha dia
gagal? Baik kalau berhasil, tapi kalau gagal? Dia hanya akan membuat dirinya kehilangan
anaknya dan juga membuat banyak orang tua
kehilangan anaknya.
Dalam amarahku aku berjalan menyusuri jalan
perkampungan mengikuti kemana kakiku
melangkah meluapkan semua emosi yang ada
di hatiku. Saat aku melewati sebuah rumah,
sayup-sayup aku mendengar lagu yang tak asingditelingaku.

Lingsir Wengi
Lingsir wengi
Sepi durung biso nendro
Kagodho mring wewayang
Kang ngreridhu ati
Kawitane
Mung sembrono njur kulino
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno
Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi
Nandang bronto
Kadung loro
Sambat-sambat sopo
Rino wengi
Sing tak puji ojo lali
Janjine mugo biso tak ugemi

Lagu ini....ini adalah lagu yang aku dengar
semalam. Ya, sama persis dengan lagu
semalam. Aku berjalan ke arah rumah itu,
rumah yang begitu besar berlantai dua dengan
pohon-pohon rindang disekelilingnya.

"Tok...tok..." aku mengetuk pintu rumah itu.

"Siapa ya?" tanya perempuan separuh baya
sambil membukakan pintu.

"Saya mahasiswa yang sedang KKN disini bu,"
jawabku.

"Oh ya....dulu kalian kesini untuk
memperkenalkan diri tapi saya sedang ke Jawa,
mari nak silahkan duduk," katanya ramah dan
mengajakku duduk di kursi yang ada di teras
rumah.

"Terima kasih bu," kataku.

"Ada apa nak pagi-pagi sudah mau berjalan
jauh ke rumah ibu?" tanyanya.

"Tadi saya mencari angin sambil berkeliling,
saya mendengar lagu dari rumah ibu. Kalau
boleh tahu itu lagu apa bu?" tanyaku.

"Itu lagu lingsir wengi nak," jawabnya.

"Lingsir....lingsir wengi bu? Itu....itukan lagu
pemanggil kuntilanak bu," kataku kaget.

Ibu itu tertawa begitu renyah menunjukkan
keriput di wajahnya. Aku merasa aneh kenapa
dia tertawa seperti itu? Dalam film lagu itu
memang pemanggil kuntilanak.

"Maaf...bukan nak, lingsir wengi adalah lagu
jawa. Lagu yang dinyanyikan oleh seorang
perempuan yang sedang jatuh cinta dan saat
malam dia merindukan pemuda yang
dicintainya," terangnya.

"Tapi dalam film itu pemanggil kuntilanak bu,"
kataku.

"Lingsir wengi telah di ubah oleh masyarakat
yang ada sebagian seperti yang ada di film itu.
Dan yang di film memang liriknya sangat
menakutkan," katanya.

"Oh begitu bu," kataku.

Aku baru tahu kalau lingsir wengi memiliki lirik
yang berbeda dengan yang kudengar di film.
Dan aku juga baru tau jika banyak versi lirik
lingsir wengi yang disebabkan karena ubahan-
ubahan yang dilakukan masyarakat.

"Maaf bu, saya harus pamit karena saya harus menjalankan beberapa kegiatan hari ini,"
kataku.

"Ya nak...hati-hati ya. Kalau sempat sebelum
kembali ke kota mainlah kesini," katanya
dengan ramah.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.