- Beranda
- Stories from the Heart
Misteri Posko KKN
...
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kiara00
#61
[Penampakan]
Lelah....itu tang kurasakan saat ini. Aku ingin
segera memejamkam mataku dan pergi ke alam
mimpi yang sudah sangat jarang sekali aku
dapatkan sejak berangkat KKN. Sepertinya
duniaku sekarang dipenuhi dengan teror-teror
yang tak pernah aku tahu akan berujung
dimana.
Perlahan mata ini mulai menutup dan
mengantarkanku ke alam mimpi. Tapi.....baru
sekejap kupejamkan mata tiba-tiba terdengar
suara gaduh dari depan televisi sepertinya
teman-temanku tak ingin membiarkan aku
tertidur walau sejenak saja.
Dengan malas-malasan aku paksakan diri untuk
beranjak dari tempat tidur. Aku kira ada suatu
kejadian yang aneh lagi, ternyata mereka hanya
sedang menonton acara televisi saja.
"Berisik banget sih, aku kira ada apa," kataku.
"Lagian Di, baru jam 9 masa kamu udah tidur,"
kata Ferdi dari tempat duduk yang berada di
ruang televisi.
"Ngantuk aku," kataku sambil duduk di dekat
Ferdi.
Rasa kantuk yang telah hilang dihempas
keramaian teman-temanku membuatku ikut
menikmati acara di televisi. Sejenak aku bisa
tertawa dan menikmati acara yang ada di
televisi.
"Fer, ngapain kamu pegang-pegang pundakku?"
tanyaku di tengah-tengah acara televisi.
"Siapa yang megang pundak kamu? Ini
tanganku kumplit ada 2," kata Ferdi sambil
menunjukkan kedua tangannya.
Tanpa komando aku dan Ferdi bersamaan
melirik ke samping tempatku duduk. Tidak ada
apa-apa, tapi.....tangan itu ada di pundakku. Aku
dan Ferdi saling bertatapn kemudian melihat ke
samping Ferdi.
Dan......alangkah kagetnya kami saat kami
melihat sesosok perempuan berbaju putih
tengah duduk di samping Ferdi dan tangannya
memegang pundakku. Rasanya jantungku mau
copot melihat sosok itu. Aku ingin berteriak, tapi
kutahan karena takut membuat teman-
temanku panik dan ketakutan.
Aku dan Ferdi kembali saling berpandangan.
Tanpa berkata apa-apa kami sama-sama berdiri
dari kursi dan beranjak pindah ke kursi depan.
Sambil lewat aku mencolek Evi agar ikut dan
Ferdi mencolek Arif. Mereka pun mengikuti
tanpa banyak bertanya.
"Ada apa?" tanya Evi pelan setelah kami duduk
di ruang tamu.
"Ada perempuan di kursi yang tadi aku duduki,"
jawabku pelan.
Arif dan Evi melihat ke arah tempat aku dan
Ferdi tadi duduk. Tanpa berkata apa-apa
mereka langsung mengalihkan pandangan
mereka kembali. Ada raut kaget dan ketakutan
di wajah mereka. Aku yakin mereka melihat apa
yang aku dan Ferdi lihat.
"Kalian ko pada misahin diri kesini gak lanjut
nonton?" tanya Ria yang tiba-tiba datang.
"Ehhmmm....ini kami lagi bahas soal kegiatan
besok," kataku berbohong.
"Sudah jam 10 lebih, besok kegiatan kita padat,"
kata Arif sambil meminta teman-teman yang
lain tidur.
Ketika yang lain telah tidur, kami berempat
masih tak beranjak dari tempat duduk kami
masing-masing. Tiada sepatah kata pun yang
terucap dari bibir kami. Kami terdiam dengan
pemikiran kami masing-masing.
Dalam diamku aku terus menatap sosok
perempuan yang berada di ruang televisi yang
hanya terpisah oleh lemari saja. Aku menatap
sosok itu lekat-lekat. Tak ada yang aneh dari
sosoknya, dia sama seperti manusia biasa
hanya saja kulitnya pucat.
Dia tak memperlihatkan permusuhan sama
sekali. Dia bahkan terlihat senang dengan
kehadiran kami. Dia tak mengganggu kami sama
sekali. Tangannya yang di sampirkan ke
pundakku seakan seperti sebuah ucapan
selamat datang dan perkenalan dari dia.
Semakin lekat aku memandangnya, semakin
aku dapat melihat ada segaris senyum yang
menghiasi wajah pucatnya. Dia tidak
menakutkan seperti hantu-hantu yang lainnya.
Tapi......aku melihat sosok lain di pintu yang
menuju dapur. Sosok yang membuat sosok
perempuan itu ketakutan.
Lelah....itu tang kurasakan saat ini. Aku ingin
segera memejamkam mataku dan pergi ke alam
mimpi yang sudah sangat jarang sekali aku
dapatkan sejak berangkat KKN. Sepertinya
duniaku sekarang dipenuhi dengan teror-teror
yang tak pernah aku tahu akan berujung
dimana.
Perlahan mata ini mulai menutup dan
mengantarkanku ke alam mimpi. Tapi.....baru
sekejap kupejamkan mata tiba-tiba terdengar
suara gaduh dari depan televisi sepertinya
teman-temanku tak ingin membiarkan aku
tertidur walau sejenak saja.
Dengan malas-malasan aku paksakan diri untuk
beranjak dari tempat tidur. Aku kira ada suatu
kejadian yang aneh lagi, ternyata mereka hanya
sedang menonton acara televisi saja.
"Berisik banget sih, aku kira ada apa," kataku.
"Lagian Di, baru jam 9 masa kamu udah tidur,"
kata Ferdi dari tempat duduk yang berada di
ruang televisi.
"Ngantuk aku," kataku sambil duduk di dekat
Ferdi.
Rasa kantuk yang telah hilang dihempas
keramaian teman-temanku membuatku ikut
menikmati acara di televisi. Sejenak aku bisa
tertawa dan menikmati acara yang ada di
televisi.
"Fer, ngapain kamu pegang-pegang pundakku?"
tanyaku di tengah-tengah acara televisi.
"Siapa yang megang pundak kamu? Ini
tanganku kumplit ada 2," kata Ferdi sambil
menunjukkan kedua tangannya.
Tanpa komando aku dan Ferdi bersamaan
melirik ke samping tempatku duduk. Tidak ada
apa-apa, tapi.....tangan itu ada di pundakku. Aku
dan Ferdi saling bertatapn kemudian melihat ke
samping Ferdi.
Dan......alangkah kagetnya kami saat kami
melihat sesosok perempuan berbaju putih
tengah duduk di samping Ferdi dan tangannya
memegang pundakku. Rasanya jantungku mau
copot melihat sosok itu. Aku ingin berteriak, tapi
kutahan karena takut membuat teman-
temanku panik dan ketakutan.
Aku dan Ferdi kembali saling berpandangan.
Tanpa berkata apa-apa kami sama-sama berdiri
dari kursi dan beranjak pindah ke kursi depan.
Sambil lewat aku mencolek Evi agar ikut dan
Ferdi mencolek Arif. Mereka pun mengikuti
tanpa banyak bertanya.
"Ada apa?" tanya Evi pelan setelah kami duduk
di ruang tamu.
"Ada perempuan di kursi yang tadi aku duduki,"
jawabku pelan.
Arif dan Evi melihat ke arah tempat aku dan
Ferdi tadi duduk. Tanpa berkata apa-apa
mereka langsung mengalihkan pandangan
mereka kembali. Ada raut kaget dan ketakutan
di wajah mereka. Aku yakin mereka melihat apa
yang aku dan Ferdi lihat.
"Kalian ko pada misahin diri kesini gak lanjut
nonton?" tanya Ria yang tiba-tiba datang.
"Ehhmmm....ini kami lagi bahas soal kegiatan
besok," kataku berbohong.
"Sudah jam 10 lebih, besok kegiatan kita padat,"
kata Arif sambil meminta teman-teman yang
lain tidur.
Ketika yang lain telah tidur, kami berempat
masih tak beranjak dari tempat duduk kami
masing-masing. Tiada sepatah kata pun yang
terucap dari bibir kami. Kami terdiam dengan
pemikiran kami masing-masing.
Dalam diamku aku terus menatap sosok
perempuan yang berada di ruang televisi yang
hanya terpisah oleh lemari saja. Aku menatap
sosok itu lekat-lekat. Tak ada yang aneh dari
sosoknya, dia sama seperti manusia biasa
hanya saja kulitnya pucat.
Dia tak memperlihatkan permusuhan sama
sekali. Dia bahkan terlihat senang dengan
kehadiran kami. Dia tak mengganggu kami sama
sekali. Tangannya yang di sampirkan ke
pundakku seakan seperti sebuah ucapan
selamat datang dan perkenalan dari dia.
Semakin lekat aku memandangnya, semakin
aku dapat melihat ada segaris senyum yang
menghiasi wajah pucatnya. Dia tidak
menakutkan seperti hantu-hantu yang lainnya.
Tapi......aku melihat sosok lain di pintu yang
menuju dapur. Sosok yang membuat sosok
perempuan itu ketakutan.
Diubah oleh kiara00 08-03-2017 22:32
0