Kaskus

Story

kiara00Avatar border
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka
.

Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kiara00Avatar border
TS
kiara00
#57
[Berunding]

Perih......semakin terasa di badanku ketika angin
bercampur embun mengusap bekas-bekas
cakaran ditangan dan di mukaku. Bekasnya
semakin memerah tak wajar. Ini tak seperti luka
yang aku derita jika aku kena cakar kukuku saat
menggaruk.

Naluri riderku kembali memuncak dijalanan
desa yang sempit. Aku memacu motor yang ku
pinjam dari temanku agar cepat sampai di klinik
yang ada dikecamatan. Perih.....seakan menjadi
teman setia dalam perjalananku kali ini.

Akhirnya aku sampai di bangunan yang tidak
terlalu besar bercat putih. Klinik ini tak lebih
besar dari posko KKN yang aku tinggali. Terlihat
hilir mudik pekerja klinik berpakian serba putih.
Dengan langkah gontai kususuri halaman klinik.

"Maaf neng, daftar dulu," kata seorang perawat
di meja resepsionis.

"Nama saya Diona Pranadi Wijaya," kataku.

"Usia?" tanya perawat itu lagi.

"Usiaku 21 tahun, aku mahasiswa yang tengah
KKN di Desa Bunga Wangi," jawabku.

"Keluhannya apa?" tanyanya lagi.

"Saya ingin mengobati bekas cakar di tangan
dan wajah," jawabku.

Dia menelisik setiap bekas cakar yang ada
ditangan dan wajahku.

"Ini.....ini sangat aneh tak seperti biasa," kata
perawat itu kaget.

"Saya tahu, bisa bertemu dokter sekarang?"
tanyaku.

"Masih ada pasien di dalam, duduk saja dulu
neng," kata perawat itu.

Aku duduk pada kursi putih khas kursi ruang
tunggu tempat praktek dokter. Ini memang
daerah terpencil, tapi ku akui penataan dan
fasilitas yang saat ini aku lihat cukup modern
walau masih jauh dari fasilitas klinik-klinik di
kota. Tapi fasilitas-fasilitas ini tak kalah dengan
tempat praktek dokter di kota.

Saat aku tengah menikmati sudut-sudut ruang
tunggu klinik ini, tiba-tiba aku melihat seorang
perempuan muda keluar dari ruang dokter. Aku
mulai menilai pakaian yang dikenakan
perempuan itu, cukup berkelas, tak mungkin dia
penduduk disini, dia sepertinya seorang
mahasiswa.Dan.....alangkah kagetnya aku saat perempuan itu berbalik badan. Dia....dia adalah perempuan yang sama yang dirangkul oleh Wilman tempohari. Dia perempuan yang sama juga yang naik ke atas motor Wilman saat aku sampai disini.

"Sedang apa kamu disini?" tanya dia sinis.

"Mau berobat," jawabku seperlunya.

Dia menelisik diriku dari ujung kaki sampai ke
ujung kepala.

"Habis berantem sama siapa kamu?" tanyanya
lagi saat melihat tubuhku yang penuh dengan
cakaran.

"Bukan urusanmu," jawabku sambil berdiri
hendak masuk ke ruang dokter.

" Oh iya....kamu jangan deketin Wilman, Wilman
mikikku!" katanya.

" Yakin Wilman milikmu?" tanyaku.

"Ya...kami saling mencintai, dia nanti mau kesini
menemuiku," kata perempuan itu.

"Coba lihat ini!" kataku sambil menunjukkan
cincin yang melingkar dijari manisku.

"Kami telah bertunangan dan telah pengajuan,"
kataku sambil tersenyum.

Dia terdiam tanpa sepatah kata pun yang keluar
dari mulutnya. Dia begitu kaget dan shock saat
melihat cincin yang melingkar indah di jari
manisku.
Ya.....mungkin saat ini Wilman khilaf dan menduakan cintanya. Tapi....dia akan
kembali ke pelukanku.

Dokter memeriksa setiap luka yang ada
ditubuhku. Dia merasa aneh dengan luka-luka
Itu karena luka itu tak selayaknya luka cakar
biasa. Dia hanya memberiku bio placentol agar
lukaku cepat kering


****


"Kita pindah saja dari sini," terdengar suara Fitri
dari dalam posko saat aku sampai.

Semuanya tengah berkumpul di ruang tamu
posko. Wajahnya terlihat begitu serius, entah
apa yang sedang mereka bahas.

"Ada apa?" tanyaku.

"Kami meminta pindah posko saja," kata Ria.

"Ada apa kalian tiba-tiba meminta pindah?"
tanyaku.

"Tadi pas tengah hari tiba-tiba pintu belakang
terbuka lagi dan ada bercak darah lagi," kata
Arif.

"Mungkin kena angin," jawabku enteng.

"Ga mungkin Di itu cuma. kena angin, tadi
pintunya dikunci. Ga bisa itu Di, ga bisa kebuka,"
kata Fitri dengan suara mulai tinggi.

"Lalu, kalau kalian pindah mau kemana?"
tanyaku.

"Rumah atas," jawab mereka bersamaan.

"Rumah atas yang mana sih?" tanyaku.

"Itu rumah besar yang bercat putih," kata Arif.

"Tidak!!!!! Disana lebih parah dari sini," kataku.

"Maksud kamu apa?" tanya Evi.

" Arif, Evi, dan Ferdi, aku tahu kalian punya
kelebihan, aku tahu kalian tahu kondisi rumah
ini dan rumah di atas seperti apa. Silahkan
kalian jelaskan pada yang lain, aku mau
istirahat," kataku lalu masuk ke kamar.

Aku memang mengatakan ingin beristirahat,
tapi mataku tak dapat terpejam. Aku masih
memikirkan kejadian demi kejadin yang terjadi
disini. Bagaimana semuanya bisa terjadi.
Sementara itu, perdebatan antara teman-
temanku semakin alot. Evi, Arif, dan Ferdi silih
berganti menjelaskan semua kondisinya, tapi
itu tak membantu apa-apa. Semuanya tetap
bersikukuh untuk pindah.

"Dengar, mungkin jika masih disini kami masih
bisa melindungi kalian dan tak kecolongan
seperti semalam. Mungkin kalian hanya akan
mendapat teror-teror biasa saja. Tapi kalau
diatas, kami tak bisa melindungi kalian.
Sekarang terserah kalian," kataku
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.