Kaskus

Story

kiara00Avatar border
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka
.

Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kiara00Avatar border
TS
kiara00
#50
[Teror Pertama]

Perih.....itu yang aku rasakan saat ini. Bekas cakaran Lia semalam masih sangat jelas di tubuhku. Bekas cakaran itu terlihat sangat jelas,merah dan bergaris Bekas cakaran itu bukan hanya ada di tanganku, tapi juga ada di wajahku.

Samar aku melihat ada sesuatu yang aneh dengan bekas cakaran yang ditinggalkan Lia di kedua lenganku, tapi apa itu? Aku tak dapat melihatnya dengan jelas.
Ingin aku pergi ke dokter dan memeriksakan
bekas cakaran ini, tapi aku tak tau dimana ada dokter disini. Selama aku tinggal disini dan berkeliling aku tak menemukan satu pun rumah dokter atau klinik, bahkan disini tak ada puskesmas desa. Disini hanya ada bidan, sedang lukaku ini bukan luka yang dapat di obati oleh
bidan, harus dokter yang mengobatinya.

Perlahan kusingkap selimut yang menutupi
tubuhku, aku paksakan diri untuk bangun dari tempat tidur. Perih dan pegal semakin menjadi hingga rasanya membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidur. Kulihat kamarku telah kosong,
menandakan teman-teman yang lain telah mulai beraktivitas. Kukucek mataku dan perlahan keluar dari kamar.

"Di....maafin aku ya," kata Lia saat aku keluar dari
kamar.

"Gak apa-apa Li, lagian kamu kan gak sadar saat
melakukan itu," kataku sambil berlalu menujukamar mandi.

Braakk.... terdengar suara benda jatuh di kamar mandi. "Siapa di dalam?" tanyaku.
Semenit dua menit aku menunggu di depan
kamar mandi, tapi tak ada jawaban dari dalam.
Aku coba dorong pintu kamar mandi ternyata tak terkunci dan kamar mandi kosong. Aku melihat
beberapa peralatan mandi jatuh berserakan di lantai kamar mandi.

Aaahhhhh.....rasanya begitu pedih saat air
membasuh setiap luka ditubuhku. Rasanya aku taksanggup untuk melanjutkan mandiku. Luka ini terasa begitu menyakitkan bagiku.

"Di....handphonemu bunyi," kata Fitri berteriak dari balik pintu. Aku merasa aneh bagaimana ada
signal sementara disini sangat sulit signal. Ah akubaru ingat kalau aku menyimpan handphoneku di atas jendela.
Aku bergegas mencuci muka dan menggosok gigi dan segera berlari ke kamar untuk mengangkat
ponselku. Ternyata dari Wilman. Kenapa dia harus menelpon sepagi ini? Apakah dia tidak apel pagi?

"Ada apa Wil?" tanyaku saat aku mengangkat telponnya.

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Wilman.
Aku terdiam mendengar pertanyaan Wilman.

Bagaimana bisa dia bertanya soal itu dan tepat saat tubuhku penuh luka bekas cakaran? Darimana dia tahu kalau aku terluka. Apakah ada
yang memberitahunya bahwa aku terluka
semalam? Ahhhh....mungkin hanya perasaan dia saja yang mengatakan kalau aku tengah terluka.

"Hai....ko diam? Kamu gak apa-apa kan?" tanyanya
lagi.

"Aku gak apa-apa tenang saja," kataku berbohong.

"Jangan bohong!!! Malam Arif ngasih tahu, ada yang kesurupan dan kamu di cakarnya kan?" tanya
Wilman.

Ah.....Arif kenapa sekarang jadi comel seperti ini?
Jika Wilman sudah tahu masalah ini dia pasti tak
akan diam. Dia pasti akan berusaha untuk datang
kesini dan mengajakku pulang. Kenapa Arif tak
terpikir dengan hal itu?

"Ya....aku gak apa-apa ko hanya bekas cakar,"
kataku.

"Nanti sore sepulang aku berdinas aku kesana,"
katanya. Ternyata perkiraanku benar dan kalau
dia kesini pasti mengajak pulang.

"Gak usah, nanti biar aku ke klinik di kecamatan,"
kataku.

"Tapi itu jauh Di," katanya.

"Lebih jauh dari kota kesini, dan lebih lama jika
harus nunggu obat dari kamu. Sudahlah, aku mau
siap-siap ke kecamatan sekalian ke klinik," kataku
lalu menutup telpon karena aku tak ingin
memdengar ceramah dia yang lebih panjang lagi.
Wilman memang sangat perhatian terhadap
kesehtanku. Aku sangat menghargai dan
mengagumi perhatiannya itu. Tapi....rasanya
semua itu tak membuat rasa sakit hatiku hilang
saat melihat dia merangkul perempuan lain
dihadapanku.

"Aaawwww.....," terdengar suara seseorang
berteriak dari arah dapur.
Aku langsung berlari ke arah suara itu. Aku begitu
kaget saat melihat Lia terjatuh disana, sepertinya
dia terpeleset saat berjalan. Tapi tunggu......ada
sesuatu dilantai yang menyebabkan Lia terpeleset
dan terjatuh. Ya Tuhan.....itu tidak mungkin,
bagaimana bisa itu ada disana. Bagaimana
mungkin seperti itu?

"Di....kamu kenapa bengong?" tanya Arif.

"Itu....itu....," kataku.

"Ya ampun, bagaimana ada darah disana?" tanya
Arif tak kalah kagetnya denganku.

"Kamu bantu Lia berdiri Rif," pintaku.
Aku memeriksa noda darah yang ada dilantai lalu
kucium baunya. Bau ini....ini bau darah haid.
Bagaimana mungkin ada darah haid berceceran
disini, jangan-jangan....

"Ada yang sedang haid ga?" tanyaku kepada
kawan-kawanku.
Mereka semua menggelengkan kepala tanda tidak
ada satu pun dari mereka yang sedang haid.

"Ada apa Di?" tanya Fitri.

"Ada...." kata Arif namun aku menggelengkan
kepala.

"Tidak ada apa-apa," kataku.
Dengan cepat aku membersihkan noda darah
yang tercecer di lantai dapur. Aku tak ingin
seorang pun menyadari ada sesuatu yang aneh
dengan rumah ini. Aku sendiri tak dapat
berspekulasi karena aku takut jika aku salah.

"Aaawww...." teriak seseorang tepat setelah aku
membersihkan noda darah di dapur. Ada apa lagi
sekarang? Apakah ada hal aneh lainnya? Aku
langsung berlari ke asal suara itu untuk
memastikan semuanya.

"Ada apa?" tanya Evi kaget.

"Ada darah," kata Fitri.

"Mana?" tanyaku.

"Ini," kata Fitri sambil menunjukkan tangannya.

"Cuci tanganlah mungkin ada hewan terluka di
atap," kataku menenangkan kepanikan mereka
semua.
Tidak mungkin ada hewan mati atau terluka di
atap dan darahnya jatuh tepat ke tangan Fitri. Ini
pasti ada sesuatu yang aneh dengan rumah ini,
tapi ada apa?
Apakah semua ini berhubungan dengan
peringatan semalam? Tapi aku melakukan itu
semalam dan mereka menerimanya. Bagaimana
mungkin semua ini bisa terjadi? Seharusnya ini
tak terjadi.
Aku sangat yakin ada hal lain dengan tempat ini
diluar kejadian semalam, diluar makhluk apa pun
yang merasuki tubuh Lia semalam. Tapi apa, apa
yang terjadi dengan rumah ini? Tak mungkin
semua ini terjadi begiti saja tanpa ada sebab.

"Apakah ada yang berbuat aneh setelag tidur
semalam? tanyaku pada teman-temanku.

"Gak ada Di, memang kenapa?" kata Arif.
Jika tak ada yang berbuat aneh, bagaimana ini
bisa terjadi? Siapa yang telah melakukan semua
ini? Ini benar-benar sudah tak beres, sudah di
luar kewajaran. Makhluk astral tak pernah
menyerang orang yang tak mengganggunya. Tapi
pagi, ini sudah sangat keterlaluan karena hadir di
pagi hari, waktu yang tak seharusnya mereka
hadir ditengah-tengah peradaban manusia.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.