Boleh dibilang di pre-production ini banyak dibantu guru-guru dan mentor-mentor. Mereka membangun cerita Pasoa dari awal sekali. Seperti dalam kelas-kelas storyteller dan illustration, mereka harus secara berkala menyerahkan kerja mereka untuk supervisi. Ketika pre-production mereka juga disupervisi oleh guru-guru dan mentor-mentor mereka.

Yang gak kalah penting juga di pre-production itu design, karena looks dari setiap character akan di-develop di sesi ini. Mereka mulai dengan sketch di kertas, lalu coloring dan detailing di Photoshop, yang asiknya mereka rata-rata bekerja dengan wacom cintiq 22" gan sis! Yang pasti sudah bisa dibayangin bagaimana lebih cepat dan nyamannya mereka bekerja.

Ketika story, design, dan storyboard sudah final, proses selanjutnya adalah membuat animatic, seperti storyboard yang bergerak, sehingga semi layout bisa kelihatan dan yang penting lagi durasi juga bisa diketahui. Nantinya akan sangat sangat berguna untuk menentukan scene mana dulu yang harus dikerjakan, dan bagaimana scene itu harus dikerjakan. Untuk software yang digunakan adalah software editing atau compositing biasa. Di RUS studio mereka sudah menggunakan Toon Boom yang merupakan software 2D animation, sehingga beberapa motion sudah bisa diprediksi dari awal. Kita lanjut ke bagian produksi.

Di production ini pasti yang paling menarik buat gan sis. Mereka menggunakan Autodesk Maya mulai dari modeling, shading, texturing, rigging, rendering, visual effect dan lighting. Semua siswa dipersiapkan hanya dalam waktu 4 bulan saja lho! Mulai dari gak tahu apa-apa tentang komputer, sampai bisa masuk ke production yang menggunakan Autodesk Maya. Untuk modeling, shading, texturing, lighting, rendering, mereka menggunakan Autodesk Maya. Tetapi untuk rigging dan setup selain Autodesk Maya, mereka juga menggunakan Phyton programming dan scripting lho. Karena hampir sebagian besar character menggunakan rigging dan setup yang similar - karena prosedur yang selalu berulang itu - mereka taruh semua prosedurnya dalam Phyton programming. Menurut Pak Daniel sebagai technical advisor, mereka hanya membutuhkan 4 hari untuk setiap character rigging dan setup. Itu sudah termasuk custom UI untuk mempermudah setiap animator waktu meng-animate facial expression juga.

Untuk Shading, Lighting dan rendering RUS Studio menggunakan Mental Ray, sedangkan texture masih tetap menggunakan photoshop untuk color and texture painting-nya. Yang menarik pada waktu rendering, bukan hanya mereka menggunakan Mental Ray engine, tapi mereka juga menerapkan multi element dan multi passes untuk rendering, sehingga ketika harus compositing dan color correction menjadi sangat sangat flexible.

Untuk mengatur berjalan dengan baiknya project mereka, mereka menggunakan Shotgun untuk share pekerjaan ke setiap animator, mereview sejauh mana scene-scene itu selesai, dengan Shotgun semua pekerjaan dengan mudah di-tracking.

Yang menarik dari Modeling sampai Compositing semua ada group color code-nya, sehingga dari awal sudah dapat di ketahui kegunaan dan alasannya. Sangat jelas terlihat ketika melakukan group nesting di NUKE. Mana saja group nesting untuk lighting akan berbeda group nesting color correct, sehingga semua team member akan sangat mudah melihat perbedaan fungsi di dalam group nesting sewaktu compositing. Selanjutnya yang gak kalah penting adalah fase pasca-produksi.

Ketika semua render element dan passes selesai, selanjutnya relayout, compositing, color adjusment, color correcting, lalu grading. RUS studio menggunakan Davinci Resolve, dan memakai Advanced Panel. Untuk color grading semua kualitas warna bisa diperkuat lagi, terutama untuk kebutuhan film dan video, apalagi untuk kebutuhan film karena color depth di film lebih tinggi juga.

Untuk sound design dan audio mixing mereka juga lakukan sendiri. Untuk dubbing atau voice over juga mereka lakukan sendiri, mungkin hanya soundtrack yang mereka serahkan ke pihak lain. Oh iya, untuk soundtrack Pasoa ini dinyanyikan oleh Isyana Sarasvati lho gan!