- Beranda
- Stories from the Heart
Misteri Posko KKN
...
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
kiara00
#38
[Rumah]
Semilir angin berhembus menerbangkan setiap
helai rambutku yang tak tertutup helm. Deru
suara kendaraan mengisi setiap relung telingaku.
Aku masih saja tak mengerti dengan apa yang
dipikirkan Wilman dan dia lakukan. Bagaimana dia
masih sapat bersikap biasa saja saat dia telah
menghancurkan hatiku sedemikian rupa.
"Berhenti!" pintaku saat sudah mulai memasuki
jalan raya.
"Kenapa?"
"Aku mau naik umum,"
"Kenapa harus naik umum Di?"
"Aku tak ingin bersama dengan orang yang telah
menyakiti hatiku, menghancurkan
kepercayaanku,"
"Maksud kamu apa?"
"Masih tanya maksud aku apa? Kamu pikir sendiri
apa yang kamu lakukan kepadaku saat
pemberangkatan dulu. Sekarang hentikan
motornya!" pintaku dengan tegas dan seketika itu
Wilman memberhentikan motorny.
"Dengarkan aku Di, dia bukan siapa-siapaku, kami
hanya berteman,"
"Teman katamu? Jadi begitu cara memperlakukan
teman, merangkul dia dan mengantarkan dia ke
tempat KKN sampai kamu tega membohongiku
dan membatalkan janjimu?"
"Di aku benar-benar tak ada hubungan apa-apa
dengan dia,"
"Sudahlah,"
"Please Di percaya sama aku?"
"Percaya kamu bilang? Lalu nanti kamu
hempaskan kepercayaanku lagi?"
"Gak Di, please,"
"Baiklah," kataku. Aku terpaksa mempercayai
Wilman kali ini. Aku mempecayainya karena aku
melihat cinta yang sangat besar di matanya. Aku
kembali naik ke belakang Wilman dan tanganku
berpegangan erat pada pinggang Wilman. Aku
memang masih marah padanya, tapi tak dapat
kupungkiri jika aku masih sangat mencintainya.
Perlahan namun pasti, kantuk menyelimuti kedua
mataku. Aku terus mencoba terjaga tapi aku tak
mampu. Sesekali aku terantuk ke punggung
Wilman.
"Kamu ngantuk ya?" tanya Wilman.
"Ehhhmmm...." jawabku.
"Eratkan peganganmu dan tidurlah, aku akan
menjalankan motor dengan pelan," kata Wilman.
Aku menurut dengan apa yang dikatakannya. Aku
seolah menemukan kembali Wilman yang aku
sayangi dan cintai selama dua tahun ini.
Kelembutannya mampu membuatku lupa akan
apa yang dia lakukan kemarin kepadaku.
****
"Bangunlah, kita sudah sampai," kata Wilman
membangunkanku.
"Lho....ko bawa aku ke rumahmu?" tanyaku.
"Aku ganti baju dulu, tak mungkin aku datang ke
rumahmu dengan pakaian dinas," kata Wilman.
"Diona....kamu apa kabar sayang? Mama kangen
sama kamu, kamu kenapa gak ke rumah dahulu
sebelum berangkat KKN?" tanya Mama Yeni,
ibunya Wilman.
"Baik mah.... Ya mah, kemarin Diona sibuk
persiapkan kebutuhan disana," jawabku.
"Kamu kapan kembali lagi ke posko?" tanya Mama
Yeni.
"Senin sore mah. Aku harus bimbingan dan
bertemu dahulu dengan beberapa dosen serta
menghadap prodi," jawabku.
"Sebelum pulang ke posko kamu kesini dulu ya?
Dan jangan lupa, besok temenin mama arisan,"
kata Mama Yeni.
"Ya mah," kataku.
"Yuk Di," kata Wilman yang telah selesai berganti
pakaian.
Setelah berpamitan aku kembali naik ke atas
motor Wilman. Deru suara kendaraan kembali
memenuhi telingaku. Rambutku kembali
diterbangkan oleh angin yang membelai
rambutku. Aku ingin bertanya kembali mengenai
perempuan itu, tapi aku urungkan. Aku telah
berkata bahwa aku memberinya kepercayaan lagi,
jadi untuk apa aku bertanya lagi padanya?
Tubuhku begitu lelah dan ingin segera
merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku.
Ketika sampai di rumah aku langsung masuk
kamar dan meninggalkan Wilman bersama
dengan keluargaku. Tak lama mataku mulai
terpejam dan memasuki alam mimpi.
*****
Aku berada disuatu rumah, rumah yang begitu
besar. Aku seperti mengenal rumah ini, tapi aku
tak tau dimana. Aku terus berjalan mengitari
rumah yang begitu luas ini, tapi tak kutemukan
seorang pun yang menghuni rumah ini. Derap
langkah terdengar mulai mendekatiku. Aku
berbalik dan mencari asal suara itu, tapi aku tak
menemukan siapa pun disana. Aku kembali
berjalan mengitari rumah itu.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang begitu
dingin memegang pundakku dari belakang.
Seketika itu bulu romaku langaung berdiri
merasakan adanya makhluk lain yang tengah
hadir di sekitarku. Aku kemudian membalikkan
badanku berharap dapat menemukan seseorang
dan berharap bahwa perasaanku itu salah, tapi
lagi-lagi aku tak melihat siapa pun di belakangku.
Kususuri ruangan demi ruangan yang ada di
rumah ini dengan seksama. Aku hanya melihat
photo-photo terpampang didinding rumah
dengan sangat rapi. Aku perhatikan satu persatu
photo itu. Photo itu terdiri dari seorang pria tua,
seorang pria muda, seorang perempuan tua dan
dua orang gadis cilik yang sangat cantik,
sepertinya gadis itu anak kembar.
"Tinggalkan rumah itu," terdengar suara berteriak
menggema memecahkan sunyinya rumah ini.
"Siapa disana?" tanyaku.
"Tinggalkan rumah itu atau kalian akan celaka!!!"
perintahnya.
"Rumah????? Rumah yang mana?" tanyaku
kebingungan.
"Rumah yang kalian tempati," suara itu kembali
menggema.
Aku mulai mencari arah dari suara itu, tapi lagi-
lagi aku tak menemukan siapa pun di rumah itu.
Rumah itu benar-benar sepi dan tak ada
penghuninya. Lalu suara siapa yang aku dengar
tadi?
*****
"Di....Diona, kamu tidak apa-apa?" terdengar
suara mama menggedor pintu kamarku.
"Enggak mah, memang kenapa?" tanyaku sambil
mengucek mataku.
"Tadi kamu teriak-teriak, ada apa?" jawab
mamaku.
"Aku hanya mimpi mah," kataku. Terdengar suara
kaki mama menjauh dari kamarku.
Mimpi apa yang aku alami tadi? Kenapa mimpi itu
terasa begitu nyata? Tapi rumah siapa yang harus
aku tinggalkan? Semua tempat yang aku tinggali
aku rasa baik-baik saja, tak ada yang salah dengan
tempat itu. Tak ada kejadian yang aneh dengan
semua rumah itu.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan segera
pergi ke ruangan keluarga dan berkumpul dengan
kedua orang tua dan adikku. Aku mencari sosok
Wilman tapi tak kutemukan.
"Dia sudah pulang, tadi mau bangunin kamu tapi
kata Wilman gak boleh biar kamu istirahat," kata
mama.
"Bagaimana tempat kamu KKN?" tanya ayah.
"Berasa dibuang dari peradaban. Gak ada warung
yang jual cemilan, gak ada kendaraan umum.
Satu-satunya kendaraan hanya ojek," jawabku.
"Untung ya punya pacar baik, jadi pulang ada yang
jemput," kata adikku.
"Besok kamu yang antar aku ke posko," kataku.
"Aku sekolah sampai sore," kata adikku.
"Oh iya Mah, ada yang aneh malam jum'at
kemarin," kataku.
"Aneh apanya?" tanya Ayah.
"Jam 1 dini hari ada suara tongkat di ketuk-
ketukkan ke jalan, seperti kakek-kakek jalan pakai
tongkat. Tapi saat kami melihatnya tidak ada
siapa-siapa," kataku.
"Hati-hati kamu disana Di, disana tempatnya
masih benar-benar mistis. Jaga sikap dan
perilakumu!" kata mama.
Apakah benar tempat itu semistis yang dikatakan
mama dan ayah? Aku rasa daerah disana baik-baik
saja, tidak ada yang aneh seperti tempat-tempat
mistis yang pernah aku singgahi.
Ya....aku memang senag pergi ke beberapa
tempat mistis, tapi kenyataan bukan mistis
karena ada makhluk halus melainkan karena
tempat-tempat itu masih memegang adat istiadat
dengn sangat kuat. Tapi tempat KKNku tak seperti
itu. Mereka biasa saja dengan tempat aku tinggal.
Lalu apanya yang mistis dengan tempat itu?
Semilir angin berhembus menerbangkan setiap
helai rambutku yang tak tertutup helm. Deru
suara kendaraan mengisi setiap relung telingaku.
Aku masih saja tak mengerti dengan apa yang
dipikirkan Wilman dan dia lakukan. Bagaimana dia
masih sapat bersikap biasa saja saat dia telah
menghancurkan hatiku sedemikian rupa.
"Berhenti!" pintaku saat sudah mulai memasuki
jalan raya.
"Kenapa?"
"Aku mau naik umum,"
"Kenapa harus naik umum Di?"
"Aku tak ingin bersama dengan orang yang telah
menyakiti hatiku, menghancurkan
kepercayaanku,"
"Maksud kamu apa?"
"Masih tanya maksud aku apa? Kamu pikir sendiri
apa yang kamu lakukan kepadaku saat
pemberangkatan dulu. Sekarang hentikan
motornya!" pintaku dengan tegas dan seketika itu
Wilman memberhentikan motorny.
"Dengarkan aku Di, dia bukan siapa-siapaku, kami
hanya berteman,"
"Teman katamu? Jadi begitu cara memperlakukan
teman, merangkul dia dan mengantarkan dia ke
tempat KKN sampai kamu tega membohongiku
dan membatalkan janjimu?"
"Di aku benar-benar tak ada hubungan apa-apa
dengan dia,"
"Sudahlah,"
"Please Di percaya sama aku?"
"Percaya kamu bilang? Lalu nanti kamu
hempaskan kepercayaanku lagi?"
"Gak Di, please,"
"Baiklah," kataku. Aku terpaksa mempercayai
Wilman kali ini. Aku mempecayainya karena aku
melihat cinta yang sangat besar di matanya. Aku
kembali naik ke belakang Wilman dan tanganku
berpegangan erat pada pinggang Wilman. Aku
memang masih marah padanya, tapi tak dapat
kupungkiri jika aku masih sangat mencintainya.
Perlahan namun pasti, kantuk menyelimuti kedua
mataku. Aku terus mencoba terjaga tapi aku tak
mampu. Sesekali aku terantuk ke punggung
Wilman.
"Kamu ngantuk ya?" tanya Wilman.
"Ehhhmmm...." jawabku.
"Eratkan peganganmu dan tidurlah, aku akan
menjalankan motor dengan pelan," kata Wilman.
Aku menurut dengan apa yang dikatakannya. Aku
seolah menemukan kembali Wilman yang aku
sayangi dan cintai selama dua tahun ini.
Kelembutannya mampu membuatku lupa akan
apa yang dia lakukan kemarin kepadaku.
****
"Bangunlah, kita sudah sampai," kata Wilman
membangunkanku.
"Lho....ko bawa aku ke rumahmu?" tanyaku.
"Aku ganti baju dulu, tak mungkin aku datang ke
rumahmu dengan pakaian dinas," kata Wilman.
"Diona....kamu apa kabar sayang? Mama kangen
sama kamu, kamu kenapa gak ke rumah dahulu
sebelum berangkat KKN?" tanya Mama Yeni,
ibunya Wilman.
"Baik mah.... Ya mah, kemarin Diona sibuk
persiapkan kebutuhan disana," jawabku.
"Kamu kapan kembali lagi ke posko?" tanya Mama
Yeni.
"Senin sore mah. Aku harus bimbingan dan
bertemu dahulu dengan beberapa dosen serta
menghadap prodi," jawabku.
"Sebelum pulang ke posko kamu kesini dulu ya?
Dan jangan lupa, besok temenin mama arisan,"
kata Mama Yeni.
"Ya mah," kataku.
"Yuk Di," kata Wilman yang telah selesai berganti
pakaian.
Setelah berpamitan aku kembali naik ke atas
motor Wilman. Deru suara kendaraan kembali
memenuhi telingaku. Rambutku kembali
diterbangkan oleh angin yang membelai
rambutku. Aku ingin bertanya kembali mengenai
perempuan itu, tapi aku urungkan. Aku telah
berkata bahwa aku memberinya kepercayaan lagi,
jadi untuk apa aku bertanya lagi padanya?
Tubuhku begitu lelah dan ingin segera
merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku.
Ketika sampai di rumah aku langsung masuk
kamar dan meninggalkan Wilman bersama
dengan keluargaku. Tak lama mataku mulai
terpejam dan memasuki alam mimpi.
*****
Aku berada disuatu rumah, rumah yang begitu
besar. Aku seperti mengenal rumah ini, tapi aku
tak tau dimana. Aku terus berjalan mengitari
rumah yang begitu luas ini, tapi tak kutemukan
seorang pun yang menghuni rumah ini. Derap
langkah terdengar mulai mendekatiku. Aku
berbalik dan mencari asal suara itu, tapi aku tak
menemukan siapa pun disana. Aku kembali
berjalan mengitari rumah itu.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang begitu
dingin memegang pundakku dari belakang.
Seketika itu bulu romaku langaung berdiri
merasakan adanya makhluk lain yang tengah
hadir di sekitarku. Aku kemudian membalikkan
badanku berharap dapat menemukan seseorang
dan berharap bahwa perasaanku itu salah, tapi
lagi-lagi aku tak melihat siapa pun di belakangku.
Kususuri ruangan demi ruangan yang ada di
rumah ini dengan seksama. Aku hanya melihat
photo-photo terpampang didinding rumah
dengan sangat rapi. Aku perhatikan satu persatu
photo itu. Photo itu terdiri dari seorang pria tua,
seorang pria muda, seorang perempuan tua dan
dua orang gadis cilik yang sangat cantik,
sepertinya gadis itu anak kembar.
"Tinggalkan rumah itu," terdengar suara berteriak
menggema memecahkan sunyinya rumah ini.
"Siapa disana?" tanyaku.
"Tinggalkan rumah itu atau kalian akan celaka!!!"
perintahnya.
"Rumah????? Rumah yang mana?" tanyaku
kebingungan.
"Rumah yang kalian tempati," suara itu kembali
menggema.
Aku mulai mencari arah dari suara itu, tapi lagi-
lagi aku tak menemukan siapa pun di rumah itu.
Rumah itu benar-benar sepi dan tak ada
penghuninya. Lalu suara siapa yang aku dengar
tadi?
*****
"Di....Diona, kamu tidak apa-apa?" terdengar
suara mama menggedor pintu kamarku.
"Enggak mah, memang kenapa?" tanyaku sambil
mengucek mataku.
"Tadi kamu teriak-teriak, ada apa?" jawab
mamaku.
"Aku hanya mimpi mah," kataku. Terdengar suara
kaki mama menjauh dari kamarku.
Mimpi apa yang aku alami tadi? Kenapa mimpi itu
terasa begitu nyata? Tapi rumah siapa yang harus
aku tinggalkan? Semua tempat yang aku tinggali
aku rasa baik-baik saja, tak ada yang salah dengan
tempat itu. Tak ada kejadian yang aneh dengan
semua rumah itu.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan segera
pergi ke ruangan keluarga dan berkumpul dengan
kedua orang tua dan adikku. Aku mencari sosok
Wilman tapi tak kutemukan.
"Dia sudah pulang, tadi mau bangunin kamu tapi
kata Wilman gak boleh biar kamu istirahat," kata
mama.
"Bagaimana tempat kamu KKN?" tanya ayah.
"Berasa dibuang dari peradaban. Gak ada warung
yang jual cemilan, gak ada kendaraan umum.
Satu-satunya kendaraan hanya ojek," jawabku.
"Untung ya punya pacar baik, jadi pulang ada yang
jemput," kata adikku.
"Besok kamu yang antar aku ke posko," kataku.
"Aku sekolah sampai sore," kata adikku.
"Oh iya Mah, ada yang aneh malam jum'at
kemarin," kataku.
"Aneh apanya?" tanya Ayah.
"Jam 1 dini hari ada suara tongkat di ketuk-
ketukkan ke jalan, seperti kakek-kakek jalan pakai
tongkat. Tapi saat kami melihatnya tidak ada
siapa-siapa," kataku.
"Hati-hati kamu disana Di, disana tempatnya
masih benar-benar mistis. Jaga sikap dan
perilakumu!" kata mama.
Apakah benar tempat itu semistis yang dikatakan
mama dan ayah? Aku rasa daerah disana baik-baik
saja, tidak ada yang aneh seperti tempat-tempat
mistis yang pernah aku singgahi.
Ya....aku memang senag pergi ke beberapa
tempat mistis, tapi kenyataan bukan mistis
karena ada makhluk halus melainkan karena
tempat-tempat itu masih memegang adat istiadat
dengn sangat kuat. Tapi tempat KKNku tak seperti
itu. Mereka biasa saja dengan tempat aku tinggal.
Lalu apanya yang mistis dengan tempat itu?
0